Melihat beberapa pelayan membawa botol-botol berisi minuman keras, Fayre menghapiri mereka dan mulai meminta sebotol. Ia mencari tempat yang tepat untuk menyendiri bersama minuman yang ia bawa. Seteguk-demi seteguk ia mulai menghapus air matanya yang tadinya tak bisa berhenti.
Kata-kata Flair terus terbayang di matanya. Pertentangan mereka membuatnya sakit sekali di dada. Fayre pun terus dan terus minum di sana berharap rasa sakitnya itu dapat hilang dan terhapuskan.
Saat minumannya habis Fayre merasa kesedihannya belum sirna. Air matanya terus merembes ke pipinya. Ia merasa sangat rindu pada orang tuanya. Ia sedikitpun tak ingin pulang. Karena jika pulang pasti Chad akan melihatnya sesedih ini. Bisa jadi Chad memarahi Flair dan akan terjadi pertengkaran yang lebih hebat lagi. Fayre tidak bisa menempatkan Chad pada posisi yang serba salah yang memaksakan untuk memilih salah satu antara membela Flair atau dirinya.
Pelayan yang membawa minuman sudah mulai berkurang. Tamu undangan pun mulai terlihat sepi. Hanya tersisa satu atau dua pelayan yang masih membawa nampan berisi minuman berakohol. Dan Fayre berhasil menghentikan salah satunya. Dia mengambil lagi dua gelas dan berjalan kembali ke balkon sepi tempatnya menyendiri tadi. Fayre berjalan sempoyongan seolah kakinya tak kuat menapak di lantai.
Brrukkkk!!! Tubuh menabrak seseorang yang berjalan di depannya. Bagaimana ia tak melihat orang di depannya. Mata Fayre tercekat pada wajah orang yang ditabraknya itu. Seorang pria paruh baya dengan wajah putih tirus dan pucat, mirip dengan pemilik SW-TV tetapi lebih tua. Dia diapit oleh dua pengawalnya yang menggunakan pakaian serba hitam.
" Gadis bodoh!!!! Kau tahu betapa mahal harga pakaianku!!!! Seumur hidup mungkin kau tidak akan sanggup membelinya!!!! " Bentak pria tersebut sambil menunjuk muka Fayre dengab telunjuknya.
"Segera kamu meminta maaf pada Mister Darren!!!" Pinta salah satu pengawal sambil mendorong tubuh Fayre maju ke depan.
"Maaf, Mister! Saya tidak sengaja." Ucap Fayre sambil membungkukkan badan.
" Permintaan maaf saja tidak cukup!!! Bawa Gadis ini!!!" Perintah Sang majikan dan pada dua pengawalnya.
Fayre sontak lari secepat mungkin sambil tubuhnya gemetaran. Kakinya yang lemas itu ia paksa untuk lari. Ia menaiki tangga kemudian terus saja berlari melewati lorong-lorong panjang. Menyadari para pengawal yang semakin dekat mengejarnya ia mencoba membuka pintu-pintu di sepenjang lorong itu barangkali mungkin ada ruangan yang bisa ia gunakan untuk sembunyi sementara waktu. Namub semua pintu di sana terkunci. Nafas Fayre semakin habis rasanya dan kepanikan mulai menderanya.
*********
Di ruangan yang lain karena sudah sangat lelah setelah menemani beberapa tamu, Ken meminta Nikki untuk membuka sebuah kamar President Class dan ia ingin beristirahat di sana. Dan Nikki pun segera menyipkannya. Nikki segera memesan kamar yang diminta oleh Kenrick.
Setelah mendapatkan kamarnya, Kenrick menyegarkan diri dan berendam di bak mandinya. Di kamar itu pun telah disipakan redwine yang ditempatkan dalam wadah yang penuh pecahan es batu. Sambil berendam inilah tempat favorit buat Ken setelah penat bekerja.
Ken menyatukan kedua telapak tangannya di tengah di atas meja. "Bayaran besar dimulai Shandy, kamu akan keluar dari sarangmu dan masuk ke sarang yang sudah aku siapkan." Bayangan Ken mulai melayang ke masa kebersamaannya bersama Shandy. Betapa cantiknya Shandy ketika masih remaja. Rambut hitam panjangnya yang terurai bebas. Matanya yang bulat. Senyumnya yang menawan dengan lesung pipit di sebelah kanan pipinya.
Kenrick menyalakan korek apinya dan mulai membakar ujung rokoknya. Menyedotnya dan menghisapnya dalam-dalam seperti rasa yang ia tahan dalam-dalam untuk melupakan Shandy nya namun ia belum mampu.
***********
Fayre berhasil membuka sebuah pintu tepat sebelum para pengawal yang mengejarnya sempat melihatnya memasuki ruangan itu. Dibalik pintu ia melihat sosok pria yang jasnya ia tumpahi minuman tadi.
"Dia menghilang boss!!!" Lapor salah satu pengawal.
"Cari lagi sampai dapat!!!!" Seru Boss pengawal tersebut dengan mata tajam masih melihat ke sekitar.
"Darren!! Darren sayang!!!!" Panggil seorang wanita dari kejauhan.
"Idlina, aku sudah bilang tunggu aku di bawah saja!!!" Ucap Pria yang dipanggil dengan nama Darren itu.
"Honey, siapa yang kamu cari hingga kemari???" Tanya Idlina sambil mengibas-ngibaskan jas Darren yang bernoda itu.
"Ini perbuatan anak kecil yang menabrakku tadi. Menumpahkan semua isi minumannya ke pakaianku. Aku ingin memberinya pelajaran." Ujar Darren dengan suara lantang.
"Sayang, lupakan anak kecil itu. Besok kau janji mengantarkan aku ke Paris bukan. Sebaiknya kita segera pulang saja. Aku sudah sangat lelah sekali." pinta Idlina pada suaminya itu.
Darren, Idlina dan kedua pengawal itu akhirnya memutar badan dan bejalan meninggalkan lorong itu dan Fayre bisa bernafas lega. Ia merasa sangat letih setelah dikejar-kejar tadi. Ia kemudian mengunci pintu ruangan itu lalu duduk dilantai dan meringkuk di ruangan dingin dan gelap tersebut. Namun Tubuhnya tiba-tiba menggigil merasakan dinginnya AC karena pakaian tipis yang dikenakannya.
Fayre berdiri dan meraba-raba dalam gelap barang kali ada benda yang bisa ia gunakan untuk menghangatkan badannya. Kepalanya sangat pusing berputar-putar. Matanya pun sangat berat. Setelah mendapatkan sebuah benda yang dirasanya adalah sebuah selimut, Fayre segera membalut tubuhnya dan tidur di atas sebuah kasur yang sepuluh kali lebih nyaman dari kasurnya. Ia tidak bisa menguasai dirinya lagi.
***********
Setelah puas berendam, Kenrick memasang pakaian dalam dan baju mandi. Kemudian bersiap tidur di ruang tidur. Wine yang diminumnya tadi mulai membuatnya penatnya berkurang. Ia mengambil lagi rokoknya dan mulai membakar lagi ujungnya. Mengepulkan asapnya ke langit-langit dan....
Uhukkk!! uhukkk!!! Suara seseorang batuk di ruangan itu.
Ken langsung melompat berdiri dari tempat tidurnya heran ada suara lain di sana mengingat hanya ada dia di ruangan itu. Kenrick menyalakan semua lampu di kamar itu hingga semuanya menjadi terang sekali.
Fayre keluar dari balik selimut dengan pandangan kosong. Menatap ke arah Ken dengan senyuman khasnya. Di dalam alam bawah sadarnya, ia merasa melihat seorang lelaki tampan yang entah ia sendiri tak ingat siapa.
"Mengapa kamu bisa berada di sini????" Tanya Kenrick merasa tidak nyaman. "Siapa yang membawamu kemari???" Lanjutnya.
Fayre tak menjawab, tubuhnya hanya menggeliat dan kemudian dengan sisa tenaga ia berusaha berdiri. Namun kaki-kakinya masih lemah. Ia memutuskan untuk merangkak di atas tempat tidur dan menghampiri Kenrick yang memasang wajah heran. Dengan posisinya yang merangkak itu, Kenrick dengan mudah bisa melihat belahan dada Fayre dari balutan gaunnya itu.
Fayre merebut rokok yang di tangan Ken, menyedotnya dan mengepulkan asap nya ke arah wajah Ken.
Kenrick merasa geram dan meraih lengan Fayre dengan kedua tangannya. Fayre yang merasa tubuhnya akan dibanting ke bawah sontak berpegangan pada baju mandi Kenrick hingga talinya pengikat pinggangnya terlepas. Mereka ambruk bersamaan ke lantai dengan tubuh Fayre menindih tubuh Kenrick.
Fayre yang masih belum sadarkan diri, memeluk erat tubuh Kenrick dan menyandarkan kepalanya di atas dada Kenrick. Hatinya yang sedih masih mempengaruhinya walau ia sedang tidak ingat apapun. Ia nyaman berada di atas dada Ken.
Ken merasa ada bagian tubuhnya yang mengeras di bawah sana. "Jangan salahkan karena kamu membangkitkan aku!" Ujar Kenrick.
Ken menarik lengan Fayre secara paksa. Memasukkan tubuh Fayre ke dalam bak mandi dan menyiram Fayre di sana. Air dingin seketika membekukan tubuh Fayre yang masih kedinginan itu. Fayre menangis sejadinya di dalam bak itu.
Melihat tangisan Fayre, Ken mendekatinya.
"Mengapa menangis???" Tanya Ken di telingan Fayre.
"Sakit dan dingin sekali." Sahut Fayre lirih dan tampak menggigil.
Dengan separuh tenaga yang tersisa, Kenrick mengankat tubuh gadis itu dan mengeringkannya dengan baju mandi lalu menggendongnya ke ruang tidur. Dalam posisi saling memakai baju mandi seperti ini, entah mengapa Kenrick merasa hangat sekali mendekap tubuh Fayre.
Kenrick meletakkan gadis itu di atas tempat tidur dan melepaskan pakaian Fayre yang basah dan Fayre pun tanpa busana.
Kenrick tidak kuasa menghentikan keinginannya untuk menjamah tubuh indah itu. Menjamah leher, dada, pinggang.
Hasratnya yang telah lama tertidur mulai bangkit. Ia pun mencium leher Fayre dan telinga Fayre.
Fayre merasa telinganya hangat dan detak jantungnya mulai lebih cepat.
.
.
.
*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas
untuk tahu judul Novel saya yang lain