Chapter 26 - Itu Dada Asli???

Fayre masih saja mengurung diri di kamarnya. Masih saja duduk melamun di atas tempat tidurnya sambil menatap keluar lewat jendela kamarnya. Ia melihat sedan kecil Flair masuk ke halaman dan berhenti di garasi. Flair, kembarannya itu ingin sekali ia peluk. Tapi entah mengapa seolah ada dinding tinggi yang menahannya untuk dapat menghampiri Flair dan berguarau seperti biasanya.

Dari halaman, Flair berhenti sejenak lalu memandang dan tersenyum ke arah Fayre yang duduk di jendela. Namun Fayre tidak membalasnya. Fayre menutup gorden jendelanya dan memilih menghindari Flair.

Saat masuk ke dalam kamar Fayre, Chad yang datang pun hanya dipandang tanpa makna, tidak seperti sebelum-sebelumnya. Ini membuat Chad khawatir dengan gadisnya itu.

"Kata bibi Denna kamu masih belum mau keluar kamar." Sapa Chad mengerutkan alis.

Fayre masih diam tak menjawab. Ia hanya memandang Chad dengan tatapan sayu tanpa semangat.

"Jika masih sakit, aku akan mengantarmu ke rumah sakit." Ucap Chad sembari mengambil duduk di sebelah Fayre.

"Aku tidak apa-apa, aku akan pergi bersama Rory." Sahut Fayre cepat.

"Nanti beritahukan hasilnya padaku setelah pemeriksaan, okay?" Pinta Chad sambil mengelus rambut colekat Fayre.

"Tidak perlu, aku akan lebih baik besok, aku janji." Fayre berharap kekawatiran Chad sirna dan menyembunyikan kekhawatirannya sendiri.

"Meski aku anak angkat di keluarga Bosley ini, aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu dari aku. Tapi aku tidak ingin memaksamu menceritakan jika kamu merasa lebih baik menyimpannya." Ucap Chad dengan senyumnya yg sendu.

Chad meraih janggut Fayre dan mulai mendekatkan bibirnya ke bibir Fayre. Namun karena masih trauma dengan kejadian itu, Fayre secara otomatis menjauhkan wajahnya dari wajah Chad dan mendorong tubuh Chad menjauh darinya. "No!!!"

Chad kaget dan terkesiap ditolak tiba-tiba seperti itu. Ia merasa gugup dan malu atas penolakan Fayre. "Baiklah, aku rasa kamu butuh istirahat lebih banyak." Lanjut Chad sambil keluar dari kamar Fayre.

Fayre merasa bersalah pada Chad, tapi ia mwuasih belum sanggup. Luka hatinya masih begitu dalam, masih perih. Ia masih merasa kotor dengan dirinya setiap melihat bekas kissmark di sekujur tubuh mungil itu walau sudah mulai memudar. Tapi bekas sayatannya di hati akan semua yang terjadi padanya masih teringat jelas di benaknya. Dalam hati dan pikirannya hanya satu pertanyaan yang memburu, yaitu siapa pria malam itu???

Rory mengetuk pintu kamar Fayre dan Fayre menjawabnya dengan tanpa melihat Rory yang berdiri di gawang pintu kamar Fyare yg terbuka.

Hari ini Fayre memakai celana panjang berwarna hitam, dengan kaus lengan panjang turtle neck berwarna marun dan rambut lurusnya jatuh bebas tanpa diekor kuda seperti biasanya. Ia berusaha menutupi semua bekas biru yang ada di seluruh tubuhnya itu agar tidak ada yang melihat.

"Aku sudah menghubungi Shandy, dan dia menunggu kita di IF Healthy pagi ini. Bersiaplah, aku akan menunggumu di bawah. Kita akan pergi ke sana dan mengatasi semua masalahmu" Ucap Rory sambil tersenyum lembut.

"Terima kasih, Rory. Aku takut sekali." Tubuh Fayre masih bergetar.

"Fay, kamu tahu, masa depan masih panjang, kamu pasti kuat. Kamu cantik, semua anggota keluarga yang menyayangimu. Kamu sangat berharga... Tidak akan terjadi apa-apa. Semua akan berjalan seperti biasa. Jangan terlalu banyak khawatir." Kata Rory sambil memeluk Fayre mencoba meyakinkannya.

"Jangan mengurung diri terus, nanti aku akan mengajakmu bertemu Nikki. Kamu akan melupakan semuanya. Okay?""

Fayre tidak menjawab, matanya berkaca-kaca,

tapi ia mengangguk menyanggupi sambil menahan sekuat mungkin air matanya yg ingin tumpah.

**********

Setelah menunggu beberapa saat tiba hasil tes diberikan oleh dokter. Shandy meminta Elain sahabatnya dan juga dokter ahli kebidanan di tempatnya bekerja untuk membantunya memeriksa kondisi Fayre.

"Semua sudah hancur Shandy, tidak ada yang tersisa." Ucap Fayre tiba-tiba saat keluar dari ruang kebidanan.

"Fayre jangan berpikir buruk dulu, semua belum tentu berjalan seburuk yang kamu pikirkan. Tenanglah Fayre." Ucap Shandy sambil membuka amplop berisikan hasil tes keperawanan Fayre.

"Malam itu benar- benar terjadi Shandy. Dan aku tidak tahu siapa!!!!!!" Teriak Fayre histeris dan menangiis kaku dalam pelukan Shandy.

"Fay, aku di sini. Aku bersamamu. Apapun itu yang kamu khawatirkan, tidak akan pernah terjadi." Bisik Shandy sambil ikut menangis sedih untuk Fayre.

*********

Setelah keluar dari rumah sakit, Rory berniat mengajak Fayre untuk menghiburnya. Di dalam mobil menuju pertemuan dengan Nikki, pandangan Fayre tak terlihat kosong lagi, meski masih tak banyak bicara. Matanya masih terlihat sangat sembab karena tangisannya di rumah sakit tadi.

"Rory, mataku masih bengkak. Aku sangat malu tampil keluar seperti ini." Fayre menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Ini akan membantumu." Rory mengambil sebuah kacamata berlensa putih dengan Frame tebal berwarna biru tua dari dalam laci dashboard mobil.

Fayre memakainya dan merasa nyaman, ia bisa menyamarkan sembab di matanya dengan memakai kacamata itu.

Rory memarkirkan mobil di salah satu outdoor resto dan langsung menuju ke tempat pertemuan yang sudah dijanjikan oleh Nikki sebelumnya. Di sana sudah duduk Nikki seorang diri dengan seringai lebar dengan memakai jas putih dan kemeja berwarna pink. Nikki berdiri dari duduknya ketika melihat Fayre dan Rory datang. Mengejutkan, Nikki mencium pipi Rory dengan lembut saat mereka bertemu. Fayre sempat terkesiap sejenak melihat hal itu.

"Aku harap aku belum ketinggalan," Tiba-tiba suara Ken terdengar dari arah belakang.

Fayre seketika menengok ke arah Ken dan mereka saling berpandangan. Ken sejenak melihat mata Fayre yang masih terlihat sembab walau tersembunyi di balik frame yang tebal. Ini pertama kalinya ia bertemu Fayre setelah kejadian malam itu. Ia pikir Fayre akan memakinya, menamparnya atau apapun. Tapi ternyata Fayre hanya diam tanpa bereaksi apa-apa. Entah mengapa hati Ken perih melihat Fayre dengan mata seperti itu,yang seolah Fayre menangis karenanya.

" Terima kasih," ucap Fayre saat Ken memundurkan kursinya untuk diduduki Fayre.

"Flair sudah berada di parkir mobil. Sebebtat lagi ia akan bergabung." Celetuk Rory sambil menutup ponselnya.

Dari arah pintu masuk terlihat Flair datang bersama Chad. Flair sangat cantik dengan poni sampingnya dan lipstik berwarna pink di bibirnya.

Rory melambai kepada Flair mengisyaratkan tempat duduk mereka, Falir dan Chad pun menghampiri mereka.

" Maafkan kami terlambat, Rory. Hai, Nikki!!!" Sapa Flair.

Falir mengambil duduk di sebelah Fayre dan sempat menggenggam pundak Fayre sebelum ia duduk.

"Pasti ada hal yang sangat penting hingga kamu mengumpulkan kita semua di sini." Celetuk Chad sambil duduk di sebelah kiri Fayre.

"Yeah, that's right. Karena semua sudah berkumpul maka aku langsung saja." Ucap Rory sambil menyeringai lebar.

"Aku dan Nikki akan menikah. Kami akan menikah bulan depan." Lanjut Rory sembari menggenggam tangan Nikki.

Suasana menjadi hening sejenak. Dan empat orang yang hadir di sana saling berpandangan.

"Menikah? Kalian?" Celetuk Flair dengan mata melotot tak yakin.

"Iya, Rory sudah melamarku dan aku menerimanya." Sahut Nikki tampak sangat bahagia.

"Apa yang salah? Wajar kan, hubungan mereka juga sudah cukup lama." Sahut Ken tenang tampak tak kaget seperti yang lain.

"Jadi ini alasan kamu selalu masuk ke toilet wanita?" sambung Fayre berkompromi dengan apa yang dibayangkannya.

"Jadi, kamu wanita? " Sahut Flair meyakinkan diri karena Rory tak mingkin salah pilih.

"Dia tidak harus bilang bukan jika dia wanita saat berkenalan. Dan jangan selalu melihat seseorang dari luar saja." Sahut Chad menimpali.

Rory membuka jasnya lalu melepas dasi panjangnya dan tinggalah ia memakai kemeja tanpa lengan berwarna pink. Dan ia berdiri dan memperlihatkan lekuk tubuhnya yang asli.

"Is The Breast Real??" Celetuk Flair melihat bagian dada Nikki.

"Flair, jangan mulai konyol lagi." Rory tampak cemberut kekasihnya diperlakukan seperti itu.

Semuanya seketika terbahak-bahak bersama-sama. Dan secara bergantian mereka semua memberi selamat kepada pasangan baru ini.

*******

Di jam yang sama di rumah sakit, Shandy lagi-lagi menerima parsel bunga yang kembali dikirim oleh Kenrick. Hampir setiap hari parsel bunga itu selalu datang ke meja Shandy. Membuat Shandy setengah frustasi. Shandy membanting parsel bunga yang datang kali ini dan menginjak-injaknya. Kemudian memfotonya.

.

.

.

*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas

untuk tahu judul Novel saya yang lain