Tidur Flair sangat lelap malam kemarin. Pagi ini ia membuka mata dengan sangat berat. Rasanya hanya ingin memejamkan matanya lebih lama lagi. Namun bunyi waker dari empat buah ponsel di meja dekat tempat tidurnya mengeluarkan bunyi yang sangat keras, memaksanya untuk membuka mata. Ia sengaja memasang semua alarm itu sebelumnya karena ia yakin akan susah sekali bangun pagi ini. Flair memksakan diri untuk duduk di tempat tidurnya dan segera berdiri. Ia harus semangat. Sekarang Ia hidup seorang diri. Bertahan hidup sendiri adalah hal yang tak boleh ia abaikan.
Kucuran air hangat dari shower mulai membangkitkan mengembalikan kesadaranya. Konsentrasi, ingatannya dan semangatnya ia bangun seiring tubuhnya yang kembali segar. Ia mandi dengan sangat lama agar tubuhnya benar-benar nyaman sebelum memulai hari yang berat dengan bekerja di perusahaan Nolan.
Dalam hati Flair hanya berharap kemudahan mengerjakan tugasnya dengan baik hari ini. Mengingat ia akan bekerja dengan banyak sekali orang baru dan banyak pelajaran baru yang harus ia catat dalam ingatannya di setiap kesempatan. Chad memang benar, ia baru saja bunuh diri dengan masuk ke SWTV. Tapi keputusan sudah dibuat, tidak ada jalan lain selain menikmatinya.
Setelah mandi, Flair mengeringkan rambut panjangnya dengan hair dryer lalu membubuhi vitamin rambut setelah terasa hampir kering. Ia mengamati dirinya di depan kaca. Mata sembab masih nampak di kedua matanya akibat menangisi Chad semalam.
Setelah selesai mengeringkan rambut dan masih dengan piyama mandi, Flair keluar dari kamarnya dan turun menuju dapur. Langkah riangnya terhenti ketika melihat Nolan lagi-lagi sudah masuk dalam apartemennya. Ah, lagi-lagi ia lupa. Di tempat yang baru ini, ia harus membiasakan diri dengan hal yang membuat sakit hati seperti ini. Bahkan kali ini Nolan sudah berada di dalam dapurnya. Nolan terlihat sedang sibuk memasukkan bahan makanan yang baru ia beli dari supermarket dan menatanya ke dalam kulkas. Padahal sisa bahan makanan yang sudah tersedia sebelumnya belum dihabiskan seluruhnya oleh Flair. Jadi, memang bahan makanan itu sengaja disediakan Nolan untuknya sedari kemarin? Pikir Flair. Flair kira bahan makanan itu hanya fasilitas awal ia memasuki apartemen ini. Ternyata Nolan yang menyiapkan semua untuknya.
Nolan menatap Flair yang berdiri di anak tangga sambil melihat ke arahnya. Ia melihat ada yang berbeda di wajah gadis itu tanpa senyuman sedikitpun. Karena pandangan Nolan ke arahnya itu, Flair menutupi wajahnya dengan kedua lengannya dan membuat celah di antara kedua lengannya itu agar tetap bisa melihat ke arah lain. Ia tak mau mata sembab nya dilihat oleh Nolan.
"Hey, mengapa diam di situ saja!!! Buatkan aku sarapan!!" Sapaan pagi Nolan.
"Aku akan mengganti pakaian dulu." Flair memutar badan hendak menuju ke kamarnya lagi. Ia sangat tak nyaman menggunakan kimono mandi ini di depan Nolan. Bagaimanapun juga Nolan laki-laki normal.
Nolan tidak sabar lagi jika harus menanti. Nolan dengan cepat menghampiri Flair sebelum masuk ke kamarnya menarik lengannya untuk kembali turun. Ditarik dengan begitu keras, Flair terpaksa ikut turun daripada harus jatuh di tangga dan terlihat konyol. Ia masih sekuat mungkin menutupi wajahnya dari Nolan.
Nolan berusaha memaksakan diri untuk tahu apa yang disembunyikan Flair dari wajahnya. Mengapa sampai ia tutupi hingga seperti itu. Dari celah-celah tangan itu ia melihat mata Flair memang sembab. Owh, jadi ia menangis semalam.
"Sudah buka saja!!! Mulai malam ini aku akan datang malam hari saja. Aku pastikan hal seperti ini tidak terjadi jika aku bermalam di sini." Nolan mulai menggoda dengan tampang seriusnya.
"Apa maksudmu??!! Aku akan memukulmu jika kamu memaksakan datang malam-malam!!" Seru Flair menanggapi gurauan Nolan.
"Tapi kemarin saat di rumah sakit, kamu menangis tidak sampai bengkak seperti ini jika bersamaku." Nolan menggoda lagi sambil memaksa Flair membuka kedua lengannya.
"Aaahhh!!!! Kamu menyebalkan sekali!!!" Seru Flair malu dan jengkel Nolan melihat mata sembabnya.
"Sudah jangan berlama-lama, buatkan aku sarapan!! Aku sudah lapar sekali. " Pinta Nolan sekali lagi.
"Aku tidak mau!! Itu bukan tugasku!!!" Flair berusaha kabur ke kamarnya.
"Membuatkan sarapan dulu untukku apa susahnya??!!!" Nada Nolan semakin memaksa dan ia menarik lagi lengan Flair.
"Tidak!!! Aku lebih baik mati kelaparan pagi ini!!!" Flair masih bersikukuh menolak. Ia berusaha berontak dari cengkeraman Nolan."Cari saja di tempat lain!!!"
Karena Nolan berbadan lebih besar dan sebagai laki-laki ia pun lebih kuat, ia berhasil menarik tangan Flair dan membanting tubuh Flair ke arah pintu kulkas. Kedua tangan Nolan memengangi masing-masing tangan Flair kuat-kuat menempel pada pintu kulkas. Mengisyaratkan Flair harus menyerah dan tidak boleh bergerak lagi.
"Kamu hanya bawahan, jangan lupakan itu!!! Jangan harap kamu bisa mendikteku!!!" Seru Nolan dengan wajah marah dan mata melotot tajam.
Flair sangat terkejut diperlakukan begitu kasar. Kimono mandi itu terbuka di bagian atas. Menunjukkan area baju tidur tipis yang berada di dalamnya. Flair sangat malu baju dalam putih satin dengan renda itu terlihat oleh Nolan. Nolan pun sempat menikmati apa yang ia lihat barusan walau Flair cepat-cepat menutup kimono mandinya kembali.
"Aku hanya ingin ganti baju. Tolong ijinkan sejenak saja." Flair tertunduk malu dan meneteskan air mata di sudut matanya.
Nolan yang melihat air mata itu ingin sekali memeluk dan meminta maaf. Tapi tidak ia lakukan. Karena itu bukan kebiasaannya.
*******
Flair sudah berpakaian rapi. Rambutnya sudah dikepang rapi ke belakang. Meski masih jengkel Flair turun menuju dapur untuk membuat makanan. Namun niatnya terhenti. Ia melihat Nolan sangat sibuk di sana membawa dua buah piring berisi sandwich dari roti bakar dengan isian sayur dan tomat. Sisa aroma daging bakar juga masih tersisa di dapur itu. Hhhmmm, rupanya sandwich itu juga dilengkapi beaf burger bakar di dalamnya. Nyummmy, sarapan yang lezat!!! Pikir Flair karena tak bisa menipu diri perutnya sudah sangat rindu untuk diisi makanan.
Flair sempat terkesan dengan penampilan Nolan yang menggunakan celemek memasak yang biasa ia kenakan saat di dapur. Seorang CEO perusahaan tempatnya bekerja membuatkannya sarapan lezat pagi ini. Ini gila!!!
Nolan mengambil susu kotak dari dalam kulkas dan menuangkan pada dua gelas tinggi yang sudah ia siapkan sebelumnya. Setelah kedua gelas penuh susu, ia menaruh salah satunya di dekat piring yang berisi satu sandwich. Sedangkan satunya lagi didekatkan dengan piring yang berisi dua sandwich miliknya.
"Segeralah sarapan!!!" Ajak Nolan sambil menunjuk satu kursi kosong didepannya dengan telunjuk kanan.
Apa ini sarapan permintaan maaf? Pikir Flair. Baginya ini sudah cukup sebagai permintaan maaf bahkan ia sendiri tidak membayangkan Nolan mau membuatkannya sarapan seperti ini.
Flair segera duduk dengan nyaman menghadap ke makanannya. Tanpa banyak suara lagi mereka menyantap sarapan mereka sampai habis. Setelah makan, Nolan pun membereskan piring dan gelas ke tempat cuci.
"Nanti malam kamu harus menebusnya." Celetuk Nolan, sambil mengelap tangannya dengan lap handuk bersih dari lemari.
"Nanti malam? Jangan lagi!!!! " Sahut Flair dengan muka masam
"Aku tetap akan memastikan kamu tidur dengan perut kenyang dan tidak merengek lagi. " sambung Nolan sambil memberikan setumpuk map tugas untuk Flair hari ini.
"Hari ini kita akan fokus kepada persiapan pagelaran. Kamu yang harus mengatur semuanya. Jangan khawatir aku akan terus memantaumu karena ini wajah perusahaan. Aku akan memberikan beberapa orang bersamamu yang bisa membantu menyelesaikan tugas ini sampai pagelaran usai. Merekalah yang akan membawahi tim-tim dan kamu tinggal mengaturnya."
Di atas meja kerja Nolan menjelaskan semuanya. Susunan acara, persiapan di tempat diadakannya pagelaran, para penyanyi dan bintang yang akan hadir, budget dan banyak lagi. Nolan menjelaskan dengan sangat terperinci dan Flair pun memperhatikan setiap detail tugas besar yang diberikan kepadanya ini. Tapi Nolan yakin Flair mampu melakukannya.
Setelah selesai menjelaskan Nolan menyuruh Flair merapikan semua map-mapnya dan bergegas berangkat. Dan saat lengah seperti ini, Nolan sengaja memanfaatkan kesempatan memeluk Flair dari belakang.
Dengan spontan Flair menjerit kaget. Ia pun berusaha melepaskan diri. Semakin ia berusaha berontak membuat Nolan semakin gemas melihat gadis itu. Nolan memeluk Flair dengan gemas dan mengecup keningnya.