Siang ini suasana SWTV sangat ramai sekali. Persiapan panggung pun sudah mencapai 90%. Para karyawan di sana semua bekerja sangat keras demi berhasilnya pagelaran besar-besaran yang akan diadakan tak lama lagi. Seluruh artis pendukung acara berlatih sangat keras demi suksesnya performa mereka di atas panggung nantinya. Para penyanyi, penari latar, perancang busana semua mempersiapkan diri semaksimal untuk penampilan terbaik mereka nanti. Terbersit rasa bangga di hati Flair bisa memiliki kesempatan turut serta dalam persiapan acara besar seperti ini.
Ding! Ding! Ding! Beberapa pesan masuk di ponsel Flair. Erinka baru saja mengirim pesan kepada Flair tentang kabar terbaru dari keadaan Hadley.
Hadley baru saja selesai operasi di kepalalanya.
Gumpalan darah di kepalanya sudah berhasil dikeluarkan.
Sekarang Hadley masih dalam perawatan intensive.
Aku tidak bisa mengambil gambar karena pihak rumah sakit melarang.
Maaf baru memberi kabar untukmu. Karena jika Thomas sampai tahu aku menghubungimu,
laki-laki tua itu bisa merampas ponselku.
Tulis Erinka dalam pesannya. Flair membaca pesan itu dengan hati yang berdegub kencang.
Di Rumah sakit apa Nyonya Erinka? Bisakah aku segera menjenguknya?
Balas Flair.
Owh, jangan dulu , Dear.
Suasana belum terlalu baik untuk menerimamu,
Nanti saat kondisi Hadley sudah sadar dan membaik,
Mungkin Thomas ataupun pengawalnya tidak menjaga seketat sekarang,
saat itu kamu bisa ke sini.
Semoga saja hari itu segera datang, aku menanti selalu kabar darimu Nyonya. Balas Flair sambil menitikkan air mata.
Owh, Nyonya Erinka, aku ingin sekali terbang ke sana. Ucap Flair dalam hati sambil terpejam membayangkan kondisi Hadley yang penuh perban di kepalanya.
Ding! Ding! Pesan baru kembali masuk ke ponsel Flair.
Cepat pulang!!!!!!!!!!! Lama sekali, aku sudah lapar!!!!! Pesan dari Nolan.
Huh!! Pria ini merusak ketenangan hariku bisanya! Batin Flair sambil geram ingin sekali ia membanting ponselnya.
Dddrrrtttt! Ponsel Flair bergetar dan Flair hampir menjatuhkanya karena terkejut.
"LAMA SEKALI MENGANGKAT TELEPONKU!!!!! KAMU KEMANA SAJA SIH ????!!! MENGAPATIDAK MEMBALAS PESANKU, HAH??!!!" Bentak Nolan di ponsel.
"Bisa tidak kamu tidak selalu marah-marah??!" Sahut Flair balas membentak.
"Sudah cepat pulang!!!! Suruh Perry mengantarmu!! Biar Tatiana yang menyelesaikan semua urusanmu di sana!!"
"Tapi tidak bisa begitu, Tatian kan....."
" SUDAH JANGAN BANYAK ALASAN LAGI!!!! CEPAT PULANG!!!!!" Bentak Nolan dan menutup panggilannya.
"Owh, aku bisa semakin gila karena pria ini!!!!" Flair kesal dan marah.
Sebelum pulang, Flair berkoordinasi dengan Tatiana dan dua pria yaitu Marc dan Neal yang merupakan tangan kanan Nolan yang ditugasi untuk membantu Flair, agar menghandle semetara pekerjaan Flair saat ia akan pulang sejenak. Altha dan Rubi yang sedari tadi mengamati Flair dari jauh tampak tidak senang Flair masih bekerja di sana. Ingin sekali Altha menendang Flair keluar dari SWTV sekarang ini. Altha mulai curiga saat Perry mendekati Flair. Bahkan Perry, sopir pribadi Nolan sejak kecil, juga di tugasi mendampingi Flair. Begitu istimewa kah gadis ini di mata Nolan? Altha tidak habis fikir mengapa Nolan tertarik pada Flair seorang model yang belum terlalu terkenal.
"Kamu akan pergi kemana? Pekerjaan belum selesai dan kamu akan meninggalkan begitu saja?" Tanya Altha sambil menghapiri Flair yang tengah berjalan keluar bersama Perry.
"Aku...." Flair bingung akan berasalan apa. Karena tidak mugkin memberi alasan akan pulang untuk merawat Nolan yang sekarang sedang menginap di apartemennnya.
"Mister Nolan memberi tugas untuk Nona Flair menemui klien di luar dan saya akan mengantarnya." Sahut Perry membantu Flair untuk menjawab.
"Klien siapa? Kenapa aku tidak tahu ada pertemuan dengan klien penting di luar?" Altha mencoba menjebak.
"Tidak semua klien baru harus diberitahukan kepada pihak keuangan bukan? Karena sudah terlalu banyak tugas keuangan yang harus dikerjakan, mengapa masih dibebani dengan klien baru yang belum tentu bersepakat dengan perusahaan kita??" Jawab Flair mencoba berkelit dari Altha.
"Aku bisa melaporkan kepada komisaris jika klien yang kamu maksud hanya fiktif dan alasan kalian hanya mengada-ada" lanjut Altha.
"Mister Nolan sudah menugaskan kami menghadle tugas Nona Flair selama bekerja di luar, Nona Altha." Sahut Neal salah satu tangan kanan Nolan.
"Nona, jika kamu masih menghalangi silahkan Anda berkonfirmasi dengan Mister Nolan agar semuanya bisa lebih jelas." Celetuk Perry yang tahu kelemahan Altha adalah tidak berani menetang kakaknya.
Wajah Altha berubah kesal kepada Perry yang sudah berani menggunakan alasan kakaknya untuk menyelamatkan Flair.
"Hey, model murahan!!! Aku tahu kamu menggunakan kesempatanmu ini untuk membuka jalan menjadi model besar. Jangan bermimpi, kamu hanya menggunakan rayuanmu pada Nolan karena sudah tidak ada lagi Hadley yang bisa menghidupimu. Kamu merayu Nolan untuk dapat menaikkan popularitas mu!!! Benar-benar wanita tidak tahu malu!!!" Jelas Rubi sangat lantang meninggikan nada suaranya agar didengar banyak orang.
Saat semua mata menuju kepada pertengkaran kecil itu, mendadak suasana menjadi hening.
"Kalian jangan terkecoh dengan wanita ini!! Dia model kecil yang bergaya polos dan tanpa dosa tiba-tiba masuk ke industri televisi hanya untuk menggunakan Boss kita sebagai batu loncatan untuk meraih kepopuleran semata. Lihat saja tanpa bantuan dari Nolan mana mungkin dia bisa mengerjakan pekerjaannya sesempurna ini??" jelas Rubi melanjutkan.
Altha hanya tersenyum senang melihat Flair di bully seperti itu oleh Rubi.
"Lihat saja sebentar lagi setelah pagelaran ini ia akan meminta Nolan untuk memberikannya suatu acara Televisi yang menarik dengan begitu dia bisa mulai menjadi artis layar kaca, bukankah begitu mudah bagi Nolan untuk memberikannya kesempatan menjadi artis terkenal dalam waktu semalam saja??? Dengan begitu hartaya akan segera terkumpul dan dia akan mendepak Nolan jika menemui mangsa baru seperti dia mendepak Hadley."
"Apa maksudmu?" Altha menimpali dengan nada pura-pura tidak tahu.
"Lihatlah ini!!" Rubi menunjukkan foto ketika Hadley dirawat di rumah sakit dan Flair menunggu di sebelahnya.
"Ini adalah foto Model—Murahan ini saat berhasil mencelakai Mister Hadley karena sudah mendapat jalan mendekati Mister Nolan. Karena Mister Hadley sudah tidak berguna baginya. Dan bisa saja Mister Hadley menghalangi maksud buruknya. Dan sekarang ia sedang dalam jalan merayu Mister Nolan Boss yang tentunya lebih kaya dan lebih memiliki pengaruh."
"Merayu?? Flair kamu sedang merayu kakakku???!!!" Altha menutup mulutnya dengan kedua tangannya pura-pura heran.
"Benar Altha, sahabatku. Sebaiknya kamu cepat-cepat menghalangi kakakmu untuk tidak terperangkap dalam jeratnya. Dia ini ular berbisa!!" Ucap Rubi sambil melotot pada Flair.
"Rubi, jangan mengada-ada. Jika kamu salah bicara aku tidak akan tinggal diam! Mana mungkin kakakku tertarik dengan model kelas bawah seperti dia???" Altha mendorong Rubi untuk memberikan bukti.
"Kamu bisa lihat ini, Altha!!!" Rubi memutar sebuah video dari ponselnya yang sebelumnya sudah dihubungkan dengan bluetooth untuk dapat diperbesar di layar background panggung.
"Bukankan Flair mendapatkan fasilitas apartemen dari kantor milik Nolan?? Itu membuatnya begitu mudah merayu Nolan untuk mengundang ke kamarnya. Lihat saja, ini rekaman saat ia pura-pura mabuk kemarin."
Video mulai diputar, dimulai dengan adegan Nolan yang tampak dari belakang sendang menggendong Flair keluar dari lift. Flair tampak bergelayut manja di pelukan Nolan. Flair bergumam dan kepala Nolan mendekatinya dan Nolan mencium bibirnya.
Owh!!! Bagaimana bisa ada rekaman seperti ini??? Flair melotot dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
" Kejadiannya tidak seperti itu, aku tidak sedang mabuk. Aku tidak pernah minum!!" Flair berusaha membela diri.
Entah sejak kapan tiba di sana, tiba-tiba saja Idlina dan Darren juga melihat rekaman itu diputar. Darren terlihat geram.
"Aku sudah tidak tahan lagi, Idlina. Ini tidak bisa dibiarkan!" Tukas Darren sambil melangkah maju mendekati Altha.
"Tidak pernah mabuk?? Aku melihatmu sendiri sedang mabuk di salah satu hotel bintang lima saat ada sebuah pameran merk dari kain terkenal, sejak itu aku tidak mungkin melupakan wjahmu!!!" Darren menimpali.
"Owh Altha, masihkah kamu tidak percaya, Bukankah Mister Darren pamanmu ini tidak akan berbohong dengan apa yang disaksikannya sendiri??"
"Itu bukan aku, mister aku rasa Anda salah orang. Itu mungkin saja adikku!!" Jelas Flair.
"Owh, benar-benar wanita culas!!! Sekarang malah melempar kesalahanmu pada adikmu??? Benar-benar wanita tidak tahu malu!!!" Seru Altha meyakinkan orang yang menyaksikan di sana. Merubah pandangan mereka selama ini bahwa Flair adalah gadis baik menjadi wanita yang tidak lebih hanyalah pela**r.
"Dan kamu tahu sekarang ini kakakmu ada di mana???" Timpal Rubi membuat suasana menjadi panas.
"Memang dimana kakakku berada??" Tanya Altha dengan pandangan penuh kebencian kepada Flair.
"Tentu saja masih di apartemen Flair, Bukankah ia tidak pulang tadi malam Altha??? Kalau tidak percaya tanyakan saja kepada Perry!!" Rubi menunjuk wajah Perry yang memerah itu.
Darren yang sejak awal tidak menyukai Flair ikut termakan issu buatan Rubi itu ketika Perry tidak menjawab apapun tentang keberadaan Nolan. Karena memang Perry lah yang paling tahu di mana Nolan berada.
Air mata Flair tumpah seketika, ia sudah terpojok. Semua orang mulai berbisik membicarakannya. Ia mengusap air matanya dan berlari keluar. Ia sempat saling berpandangan dengan Idlina saat ia berpapasan dengan wanita itu saat keluar gedung. Idlina begitu prihatin dengan keadaan Flair. Ia tak percaya begitu saja semua yang dikatakan Rubi. Karena Idlina tahu betapa liciknya Altha dan sahabatnya itu.
"Bagus Rubi! Akting yang sangat bagus! Aku rasa aku bisa merekomendasikanmu ke beberapa serial televisiku!!!!" Ujar Altha sambil tertawa senang ketika mereka berada di ruang kerja Altha.
"Kamu lihat wajahnya??? Uuuuhhh aku sangat kasihan, ia seperti anak kucing yang bagian kakinya baru saja terlindas mobil." Sahut Rubi terkikik senang.
"Aku bahkan tidak menyangka pamanku Darren ikut meramaikan suasana tadi." Altha kembali terkekeh.
"Aku yakin dia tidak akan pernah kembali bekerja lagi." Rubi tampak membanggakan diri.
"Mana mungkin ia masih punya wajah untuk menghadapi para karyawan?" Altha tampak puas sambil bersandar di kursi kerjanya.
"Lalu Altha, tentang serial televisi yang kamu sebut barusan?" Tanya Rubi.
"Aku bisa atur untuk mu. Jangan kawatirkan itu! Bukankah itu tujuanmu mendekatiku?"
"Owh, Altha jangan membuatku malu," Rubi tersipu malu dan senang dengan persahabatan yang bermanfaat besar ini.
.
.
.
*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas
untuk tahu judul Novel saya yang lain