Di saat yang sama ketika Altha membawa Nolan dan Rubi pulang ke rumahnya, begitu juga Flair mulai mengalami reaksi yang sama. Flair mengalami rasa gerah yang teramat sangat. Ia merasa sangat tidak nyaman. Bahkan bagian bawahnya tiba-tiba terasa sangat basah, Flair tampak pucat dan gelisah. Di dalam dadanya terasa getaran yang sangat mengganggu.
" Nona, apa Anda baik-baik saja?" Tanya Tatiana melihat Flair yang berwajah pucat.
"Entahlah Tatiana, aku merasa tenggorokaku sangat kering."
"Aku rasa Anda terlalu lelah, Nona. Sebaiknya Anda segera pulang."
"Baiklah panggilkan Perry untuk bersiap!! Jika aku pulang apa kamu bisa menyelesaikan sendiri?"
"Pagelaran sudah berakhir, Nona. Kami semua sudah biasa menyelesaikannya sendiri." Ucap Tatianan meyakinkan.
Tak lama kemudian Perry datang dan menuntun Flair yang mulai terlihat lemas. Perry menuntun Flair memasuki mobil. Kemudian menidurkannya di kursi belakang.
Dada Flair menjadi terasa semakin sesak, matanya sudah tidak bisa dipaksakan lagi untuk sadar sepenuhnya. Dari tubuh yang sudah tak bisa ia kuasai itu, samar-samar Flair melihat seseorang memaksa Perry membuka pintu mobil. Pria itu berpakaian pengawal menutupkan tissu putih ke hidung Perry, dan sejenak Perry tak kuasa untuk berontak lagi. Perry jatuh pingsan dan Flair melihatnya namun tubuhnya tak bisa bergerak. Flair menitikkan air mata saat tubuh pingsan Perry diturunkan dari kursi kemudi.
Ini pasti ada hal yang tidak baik sedang terjadi. Mereka pasti ingin berbuat jahat. Flair merasa bahaya sedang menantinya. Dan benar tak lama kemudian, tubuh lemas Flair ikut dibius dengan tissu putih. Flair mencium bau yang lembut dan dingin di dada. Seketika kesadarannya hilang seratus persen.
*********
Nolan melihat dirinya sendiri di depan cermin. Ia akhirnya menyadari bahwa yang terjadi pada dirinya bukanlah karena sakit, namun ada obat lain yang masuk dengan tanpa ia sadari. Ia tak dapat berpikir panjang lagi. Otaknya serasa membeku, apa yang ia pikirkan hanya melihat bagian bawahnya yang sudah mencuat dan mengeras menginginkan pasangan untuk beradu hasrat. Keparat yang sudah melakukan ini padanya. Nafasnya menderu, yang ia ingat hanyalah pergumulanya dengan Rubi tempo hari. Dan apa boleh buat, Rubi sedang ada di kamarnya sekarang ini. Maka seperti binatang buas yang lapar ia segera menutup tubuh bagian bawahnya dengan handuk dan membuka pintu kamar mandi dan segera keluar kamar mandi untuk meraih sosok dibalik selimut yang ada di tempat tidurnya.
Nolan segera menuju kepada mangsanya. Ia membuka selimut putih tebal itu. Melihat ke arah wanita berambut pirang yang sudah tersedia tanpa busana sehelaipun sedang menggeliat-geliat gelisah seperti cacing hidup yang ditempatkan di atas penggorengan panas. Gadis itu sedang tengkurap memperlihatkan jelas punggung rampingnya dengan kulit yang halus lembut dan hangat saat Nolan merabanya. Belum lagi belahan bongkahan indah yang terpampang jelas seolah menawarkan lubang manis yang tersembunyi di bawahnnya.
Nolan menciumi punggung panjang itu, membuat gadis itu melenguh merasakan kenikmatan diperlakukan demikian. Tangan Nolan masuk ke bawah tepatnya ke bagian dada yang tertindih itu, kemudian sampai ke sepasang dada yang ujugnya sudah mengeras kemudian meremasnya dengan gemas. Tunggu, kemarin ukuran Rubi lebih bersar dari ini. Pikir Nolan dan sentuhanya terhenti sejenak di sana. Merasa apa yang dilakukannya bersambut baik dengan lenguhan demi lenguhan yang menantikan serangan selanjutnya seolah tak rela sentuhan itu dihentikan, Nolan melanjutkan serangannya di bagian telinga. Nolan meniupkan hembusan nafas panasnya di sana dan melanjutkan dengan permainan lidahnya pada telingan kanan wanita itu. Sungguh ia lihai mempermainkan tubuh wanita hingga si pasangan semakin menggeliat dengan erotis.
Tibalah Nolan pada bagian bawah gadis itu, menyusuri dengan ujung jemarinya pada celah-celah sempit di sana yang sudah sangat lembab dan sangat basah. Gadis ini sudah siap menerima serangan darinya, pikir Nolan saat puas memberikan sentuhannya yang membuat rintihan gadis itu semakin memuncak. Nolan menjambak rambut pirang itu dengan gemas dan tak disangkanya, Rambut pirang itu terlepas dari kepala si pemilik.
Ini wigg!!!! Seru Nolan terkejut saat wigg pirang itu berada di tangannya. Nolan segera membalikkan tubuh gadis itu dan menyalakan lampu di atas tempat tidurnya. Yang dilihatnya tak lain adalah Flair.
Nolan turun dari tempat tidur dan menyalakan semua lampu di kamarnya hingga semakin terang memperlihatkan bahwa gadis tanpa busana itu benar-benar Flair. Amarah bercampur kebingungan segera memenuhi kepalanya. Nolan melampiaskannya pada sebuah kursi kayu di rungan itu yang ia banting dengan sangat kuat ke lantai hingga hancur mejadi beberapa bagian.
Mendengar suara ribut, kesadaran Flair mulai kembali. Ia menggeliat berusaha duduk sehingga membuatnya hampir terjatuh dari tempat tidur. Nolan kembali ke tempat tidur dan menangkap tubuh Flair agar tidak sampai jatuh ke lantai. Nolan membenarkan posisi tidur Flair ke atas bantal besar.
Flair yang masih belum pulih kesadarannya menatap Nolan sambil tersenyum. Gadis itu melingkarkan tangannya ke leher Nolan dan menarik tubuh Nolan ke atas tubuhnya.
Berada pada posisi demikian saat kulit mereka bersentuhan dan ditambah keadaan bagian Nolan yang masih tegak berdiri menjadi dorongan yang kuat bagi Nolan untuk melanjutkannya bersama Flair. Apalagi tingkah Flair yang menciumi dirinya, melumat bibirnya, menghisap air liurnya dan tingkah gelisah manja Flair semakin memprovokasinya untuk segera menyelesaikan hasrat mereka.
"Nolan, terima kasih untuk semuanya, dan berhentilah menakutiku," Bisik Flair saat Nolan membalas pelukannya.
Nolan tersenyum lembut, kebahagiaan seketika memenuhi relung hatinya, Flair masih jelas mengingatnya sebagai Nolan walau dalam keadaan setengah sadar. Nolan melumat bibir Flair dengan penuh kasih sayang.
"Jadi kamu takut padaku?" Tanya Nolan di telinga Flair.
Flair menjawab dengan anggukan manja. Ia memeluk Nolan dengan erat. Mendapat perlakuan demikian dari Flair, Nolan membalas memeluknya erat. Ia berjanji tidak akan pernah melepaskan Flair lagi.
**********
Hari sudah hampir siang. Nolan yang sudah bangun dan sudah mandi menatap Flair yang masih tertidur pulas seperti bayi. Saat jam dinding memperlihatkan pukul 9.30 Flair mulai bergerak-gerak. Nolan memposisikan dirinya yang masih berpiyama itu tengkurap menindih bantal menahan kepala dengan tangan kirinya. Wajahnya tersenyum bersiap menyambut Flair membuka mata. Sungguh pemandangan yang sangat langka melihat Flair seperti ini.
Flair perlahan membuka matanya, sayup-sayup ia mencoba mengenali lingkungan sekitar. Aroma parfum yang tidak asing baginya menjadi hal pertama yang ia kenali sebagai tanda Nolan ada di dekatnya.
"Apa yang terjadi?! Owh, kepalaku sakit sekali." ucap Flair sambil memegangi kepalanya yang terasa berat, .Ia berusaha mengembalikan kesadarnnya.
Flair menatap pada Nolan yang menyeringai di sebelahnya. Diperhatikannya pria tampan itu yang tampak tidak seperti yang biasa ia lihat. Rambutnya yang masih berantakan dan belum kering membuatnya tampak natural dan terlihat lebih santai, tidak serius seperti biasanya. Flair heran dengan keadaan yang begitu terasa intim sekarang. Ia merasa lebih dekat dengan Nolan dari biasanya. Flair berusaha duduk dan terkejut melihat Nolan yang menggunakan piyama kimono dan tersingkap bagian dadanya. Ia sendiri merasa ringan tanpa merasa ada kait-kait bra di dadanya.
Flair lebih terkejut lagi tangannya yang terikat oleh dasi milik Nolan. Ia pun sedang mengenakan kemeja pria itu. Ia meraba tubuhnya sendiri sedang tanpa pakaian dalam.
" Owh tidaakkkk!!!! Apa yang kamu lakukan padaku?!!!"
"Tidak ada." jawab Nolan sambil menggeleng.
"Aku berada dimana ini? Mengapa kamu mengikatku???"
"Kamu sedang di rumahku, kediaman keluarga Swinford. Aku melakukan ini karen kamu terus menggigiti ku seperti anak kucig semalam. Lihatlah!!!" Nolan membuka kimono tidurnya dan memperlihatkan bagian dadanya yang penuh bekas cakaran Flair.
"Aku tidak mungkin seperti itu!!!!" Flair mundur menjauh dari tubuh Nolan.
Masih di atas tempat tidur, Nolan meraih kedua tangan Flair dan melepas ikatan itu. "Katakan padaku siapa yang mengobatimu??"
"Aku tidak ingat. Aku tidak tahu." Jawab Flair sambil bertanya kemana baju kerja miliknya. Terakhir ia yang ia ingat ia masih memakai setelan baju kerja dengan rok span. Sebelum akhirnya melihat Perry dibius dan diturunkan dari mobil.
"Owh terakhir aku melihat Perry diturunkan oleh beberapa pengawal dari mobil" Seru Flair.
"Jadi itu rencanamu??!!!" Flair berusaha menjauhi tempat tidur.
"Jika itu rencanaku, dari awal tidak akan ada kesulitan untuk mendapatkanmu!!!" Balas Nolan sambil menatap tubuh Flair dari atas sampai bawah. Lucu juga gadis ini dengan terlihat hanya memakai kemeja seperti itu.
Diperhatikan dengan tatapan seperti itu Flair berusaha menutup bagian dadanya dengan kedua lengannnya.
"Sudahlah, aku sudah puas melihat semuanya tadi malam!!" Tukas Nolan menggoda Flair.
"Kau!!!!" Flair menjadi sangat malu dan jengkel.
Flair melempari apapun itu yang dilihatnya ke arah Nolan. "Teganya!!! Dasar Maniak!!!"
Nolan menghampiri Flair dan berusaha menghentikan tingkah gadis itu,
Flair berontak dan membuka pintu kamar Nolan saat pria itu menangkapnya.
.
.
.
.
*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas
untuk tahu judul Novel saya yang lain