Chapter 34 - Nona Gula Batu #1

Di tempat lain, Chad mengajak Fayre untuk makan malam istimewa merayakan hari ulang tahunnya. Dengan suasana resto di pinggir tebing dengan panorama sunset lautan dan lampu kecil yang gemerlap. Setelah menikmati sunset makan malam pun dihidangkan. Dengan menu makanan berbagai olahan seafood kesukaan Fayre.

Fayre begitu cantik dengan dress biru dari sifon dengan aksen pita berwarna hitam di kedua bahunya. Rambut di kedua sisi atasnya di kepang ke arah belakang dan bertemu di bagian tengah sementara yang lain tetap dibiarkan terurai di belakang.

Untuk makanan pembuka Fayre menyantap puding strawberry yang ia pesan, setelah mencicipi ia merasa puding itu kurang manis. Ia melambai kepada pelayan dan minta ditambah gula lagi.

"Aku mau bukan gula biasa, aku mau gula batu yang dicairkan." Ucap Fayre membisikan ke pelayan.

"Gula batu? " Chad mengernyitkan keningnya.

"Iya aku sedang ingin sekali...." Jawab Fayre dengan mata berbinar.

Kemudian gula batu yang sudah dilelehkan itu segera dihidangkan ke meja Fayre. Fayre melahap puding itu dengan sangat.

Kemudian tibalah saatnya menyantap lobster. Namun bukan langsung memakannya. Fayre mulai merasakan muak dengan aroma lobster di depannya itu. Dia merasa aneh, biasanya ini adalah makanan favoritnya bersama Flair. Berusaha menekan rasa muaknya, Fayre tetap mengiris lobster tanpa kulit itu dan mengunyah di mulutnya. Bukannya tertelan Fayre memuntahkannya pada tissu yang sempat di raihnya.

Chad khawatir dengan tingkah Fayre dan memijat bahu Fayre. "Apa kamu sakit?"

Fayre mendorong makanan di mejanya itu menjauh darinya.Ia merasa semakin tidak bisa mentolelir bau seafood di dekatnya. Fayre memundurkan kursi dan berlari ke kamar mandi. Dan menghabiskan rasa mualnya di sana.

Para pelayan yang sedari tadi menjaga meja Fayre ikut menjaga di depan pintu kamar mandi bersama Chad. Saat keluar dari kamar mandi beberapa pelayan menyambut menanyainya.

"Nona apa Anda baik-baik saja?" Tanya salah seorang pelayan laki-laki yang terlihat lebih senior.

"Atau mungkin Anda alergi terhadap seafood?" Sahut satu lagi pelayan wanita.

"Entahlah. Selama ini aku tidak pernah alergi terhadap seafood." Jawab Fayre yakin.

"Ah kalau begitu itu biasa di awal kehamilan, kita akan sangat sensitif terhadap bau-bauan makanan yang menyengat." Balas pelayan wanita lain yang bertubuh lebih gemuk.

Hamil? Chad memperhatikan tubuh Fayre memang lebih gemuk dari biasanya. Bibi Dena juga bilang Fayre beberapa hari terakhir ini sudah melupakan dietnya. Chad mulai khawatir dengan keadaan Fayre.

Chad menggandeng lembut tangan Fayre keluar restourant dan segera meluncur ke rumah sakit.

"Kamu pucat Fayre dan sedari tadi belum makan apa-apa."

"Aku ingin Steak!" Fayre menunjuk tulisan dari rumah makan Steak yang berada seberang.

"Aku akan mengantarkanmu ke rumah sakit dulu lalu aku akan membawakanmu steak."

Dengan tenang ia memapah Fayre memasuki rumah sakit hingga tidur di tempat tidur pasien di ruang UGD. Sambil menunggu tindakan dari dokter, Chad meminta ijin untuk membeli steak yang diminta Fayre.

Saat melewati ruang UGD Shandy melihat Chad yang memasuki mobil di area parkir. Dan ia segera berlari ke ruang UGD mengingat pada jam malam hanya ruangan itu yang menerima pasien yang masuk malam hari.

"Fayre!!" Sapa Shandy.

"Hay Shandy!!" Sahut Fayre.

"Nona karena kamu bilang kepada perawat kami belum mendapatkan haid selama bulan ini kami rasa harus mengecek keadaanmu lebih lanjut karena kemungkinan Anda sedang hamil." Jelas seorang dokter dengan jenggot berwarna cokelat keemasan.

Shandy merasa tidak heran dan mengangguk kepada Fayre untuk mau mengikuti pemeriksaan lebih lanjut. Agar jika tahu lebih awal akan bisa menjaga janin itu dengan baik.

Fayre merasa hatinya dilalui keresahan dan kekecewaan yang sangat besar. Ini karena pria malam itu yang masih belum ia tahu siapa identitasnya.

Dari pemeriksaan laboratorium Fayre dinyatakan positif hamil dan perhitungan sementara janin itu sudah berusia tiga minggu. Shandy duduk memeluk Fayre begitu membaca hasil pemeriksaan. Fayre terlihat sangat terpukul.

"Damn!!!" Chad mengutuk. Chad yang berdiri di ruang perawatan UGD sambil memukul-mukulkan tangannya ke tembok. Ia merasa terpukul karena gagal dan kecurian menjaga Fayre dengan baik.

" Siapa pria itu Shandy, jika kamu sudah mengetahuinya mengapa tidak memberitahu aku??? Bisa-bisanya kamu hanya diam tanpa sedikitpun menyampaikan apa-apa padaku? Setiap hari aku datang ke rumahmu menyelesaikan kasus Barric, Shandy! Bagaimana mungkin tidak ada kesempatan membicarakan ini denganku??!!!" Chad geram begitu Shandy mendekatinya.

"Maafkan aku, Chad. Ini karena Fayre yang tidak mau kamu sampai tahu, dia sendiri tidak mengetahui siapa pria malam itu?" jawab Shandy merasa bersalah dimarahi demikian oleh Chad.

"Tidak tahu??? Bagaimana mungkin dia tidak tahu??? Apa maksudmu dia telah diperkosa?" Tanya Chad heran, memang ia pun yakin bahwa Fayre tidak pernah punya pacar sekalipun.

"Bagaimanapun itu aku akan mencari tahu sendiri dengan caraku!!!" Chad geram dan mengepalkan tangannya.

"Nona tenangkan dirimu, Nona!!" Teriak salah satu perawat yang memgangi tangan Fayre karena gadis itu hendak melepas infusnya.

Melihat Fayre berontak demikian Chad langsung berlari menghampirinya dan memegangi kedua tangan Fayre. Kemudian medekapnya. Fayre menangis di dalam pelukan Chad sambil berkata, "aku akan mengaborsinya, aku harus menggugurkannya!!"

" Fayre apa kau sudah gila??!!!" Chad melepaskan pelukannya dan menatap Fayre dalm-dalam.

"Anak ini tidak bersalah!! Kamu tahu??!!! Aku saja sangat sedih kehilangan putriku dalam kecelakaan sedangkan kamu akan seenaknya menggugurkannya begitu saja??!" Ujar Chad melotot pada Fayre.

" Tapi anak ini akan menyusahkan kalian. Atau aku ikut mati saja menemaninya!!!" Fayre sydah putus asa.

"Tidak akan terjadi apa-apa, Fay!!" Seru Chad menghentakkan tubuh Fayre. "Dengarkan aku!!!"

Fayre berhenti berontak dan memandang mata Chad yang teduh.

"Bayangkan tubuh bayi ini sudah kamu lahirkan dan matanya yang polos tidak bersalah kepadamu. Tegakah kamu melukainya? Ia ada di rahimmu, hidup di sana, kamu memilikinya, dia bukan milik siapapun. Apa kamu masih tega menyakitinya?"

Fayre menggeleng. "Aku menyayanginya, jika dia boleh jadi milikku,"

"Tentu saja boleh, dia bagian dari keluarga kita. Kita akan menjaganya bersama-sama." Jelas Chad meyakinkan Fayre.

"Kita?" Taya Fayre heran.

"Iya, kita semua akan menjaganya. Kamu boleh memilikinya seutuhnya." Ucap Chad sambil mengecup kedua punggung tangan Fayre.

Fayre memeluk Chad merasa lebih tenang karena dukungan keluarga yang ia dapatkan.

Setelah menghabiskan infus, Fayre diperbolehkan pulang setelah dokter memberikan resep beberapa vitamin untuk Fayre.

Setibanya didepan rumah, Chad turun membukakan pintu mobil untuk Fayre. Fayre turun perlahan, di pundaknya tergantung jas Chad yang kini menutupi tubuhnya dari dinginnya malam. Saat sampai di depan pintu masuk terdapat sebuah boneka teddy berwarna cokelat muda memakai dasi kupu-kupu berwarna merah polka yang dibungkus rapi dalam sebuah plastik putih bersandar di pintu. Fayre mengambil boneka teddy itu menatapnya dan memeluknya. Di dekatnya berdiri sebuah paper bag dengan gambar sepasang sepatu. Chad mengambil paper bag itu dan menyerahkannya pada Fayre. Fayre membuka amplop putih yang dilekatkan di bibir paper bag. Terdapat foto Flair berdiri di tengah personil Vanilla Lolly dengan pose meriah melingkari kue ulang tahun milik Flair. Di suratnya Flair menuliskan:

"Kado terindah kedua yang kudapatkan dari teman-teman kerjaku. Kado terindah pertamaku adalah merayakan bersamamu. Selamat ulang tahun untuk kita, Semoga kamu mendapatkan kado terindah juga di tahun ini."

Iya, kado terindah yang ku dapatkan dari Tuhan Flair, kado berupa bayi yang di hari-hari mendatang akan terus tumbuh menemaniku. Batin Fayre sambil memejamkan mata mengingat senyuman Flair.

"Kita akan membawanya pulang suatu saat." Ucap Chad sambil mengusap kepala Fayre dengan penuh kasih sayang.

Fayre mengangguk dan mereka masuk bersama ke dalam rumah.

******

Perry menghentikan mobilnya ke pinggir jalan begitu menemukan mobil sport milik Nolan. Nolan terlihat keluar dari mobil sport hitam itu dan mengetuk ke jendela. Perry segera membuka pintu mobil dan berdiri dari kursi kemudi digantikan oleh Nolan. Di jok belakang terlihat Flair tertidur nyenyak sekali sambil duduk dan kepalanya bersandar di kaca jendela.

"Sudah lama ia tertidur?"Tanya Nolan pada sopir tuanya itu.

"Sudah sejak keluar dari rumahnya tadi, Mister." jawab Perry.

Nolan menutup pintu mobil dan melajukan mobil yang membawa Flair itu, Mereka sedang menuju apartemen Flair dan kejutan untuk Flair menunggu di sana.

Saat tiba di tempat turun penumpang Nolan keluar dari mobil dan mengeluarkan Flair yang masih tertidur dengan perlahan-lahan.

"Paman Chad, sudah lama kamu tidak menggendongku, apa aku sudah boleh pulang dan tidur di kamarku sekarang??" Flair mengigau saat tubuhnya terasa terguncang karena Nolan menggendongnya.

Nolan tersenyum melihat Flair mengigau demikian.

"Apa semua sudah siap?" Tanya Nolan pada office boy yang membantunya mengeluarkan Flair dari mobil.

"Sudah, Mister!" Jawab sang office boy kemudian ia mengamankan mobil itu ke garasi.

Flair malah melingkarkan tangannya berpegangan pada bahu Nolan. Nolan melihat Flair masih tertidur. Tubuh itu kecil, dengan tulang-tulang yang kecil. Seperti burung kecil yang tulangnya akan remuk sekali kena genggam tangan Nolan. Nolan sama sekali tidak merasa berat menggendong tubuh Flair walau sampai naik ke lantai atas dengan lift.

Setelah sampai di ruang tamu, Nolan meletakkan tubuh Flair perlahan di atas sofa. Flair masih tampak tertidur. Nolan memandangi bibir pink milik Flair dan tidak tahan untuk melumatnya. Nolan menindih tubuh kecil itu, sumpah hasratnya tiba-tiba memuncak seiring lumatannya pada bibir Flair yang mendapatkan respon balik. Yaitu Flair balik melumat bibirnya. Dalam mimpi Flair sedang bersama Hadley dan kekasihnya itu sedang menciumnya. Ciuman ini begitu lembut, lebih lembut dari ciuman Hadley biasanya. Saat ciuman itu mulai lebih dalam Flair merasa nafasnya tersedot habis. Saat ia sadar lidah Nolan tengah menelusuri langit-langit mulutnya.

Habislah!!! Ciuman yang begitu nikmat itu dari Nolan? Flair secara spontan mendorong tubuh Nolan sekuat tenaga hingga Nolan terjatuh.

"Beraninya kamu memanfaatkan aku saat aku tidak sadar!!!!" Seru Flair melotot tajam pada Nolan.

"Kamu yang menarik tubuhku saat aku menghentikannya, sepertinya kamu menikmatinya juga." goda Nolan tanpa ekspresi yang berarti.

Flair menjadi sangat benci dengan sikap pria berwajah dingin ini. "Kau!!!"

Flair berdiri dan memukuli lengan Nolan dengan kepalan kecil dari kedua tangannya. Meski dipukul bertubi-tubi sama sekali Nolan tidak merasa sakit. Nolan meraih kedua tangan Flair dengan satu tangannya dan menariknya ke arah tubuhnya. Sementara tangan lain meraih tengkuk Flair menahan kepala gadis itu karena ia mendaratkan lagi ciuman ke bibir Flair. Ia menghabiskan rasa gemasnya di bibir gadis itu. Kemudian melepaskan Flair dengan seringai khasnya.

Belum sempat Flair membalas kekesalannya, bell kamar berbunyi. Nolan membuka pintu, beberapa pelayan masuk dan beberapa makanan dihidangkan. Setelah selesai mereka semua pergi meninggalkan Flair dan Nolan.

"Apa ini?" Tanya Flair heran.

"Perry dan Tatiana bilang kamu belum sempat makan sejak siang tadi. Aku juga sudah bilang bukan pagi tadi. Malam ini aku sendiri yang akan memastikan kamu tidur dengan perut kenyang dan tanpa menangis lagi. Mata sembab membuatmu kelihatan buruk.!"

Flair hendak mengutarakan keberatannya namun belum sempat berucap telunjuk Nolan menutup bibirnya mencegahnya bicara lagi.

"Duduk dan jangan berisik lagi,!!!"

Grroowwwllllll!!!!! suara lapar dari perut Flair menjawab kata-kata Nolan. Dengan terpaksa akhirnya Flair menuruti ucapan Nolan untuk duduk dan makan.

Kamu harus makan banyak agar tidurmu nyenyak. Nolan menyuapkan iris demi iris salmon dari piring di depannya ke mulut Flair dengan garpu di tangannya hingga habis. Kemudian menyodorkan sepiring spaghetti ke hadapan Flair dan ke hadapannya. Dan mereka makan bersama.

" Sudah cukup! Kamu memberi makan kepadaku banyak sekali!!" Flair menolak saat Nolan menyodorkan makanan penutup "Lambungku tidak muat lagi."

Nolan terkekeh geli, dia sangat senang memanjakan gadis ini. "Aku ingin badanmu lebih berisi agar lebih enak jika dipeluk. Hadley melihat apa dari tubuh yang tidak ada apa-apanya itu"

Flair langsung teringat kejadian barusan saat Nolan menindih tubuhnya dan menutupi bagian atas tubuhnya dengan kedua tangannya dengan membentuk huruf x.

"Kurang ajar sekali!!" Flair merasa tersinggung dan berlari ke kamarnya dan mengunci diri rapat-rapat di sana.

.

.

.

*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas

untuk tahu judul Novel saya yang lain