Chapter 30 - Salah Mengenali

Saat di perjalalanan, di dalam mobil, Flair masih marah pada Nolan. Ia melirik tajam pada pria itu. Masuk ke apartemennya tiba-tiba bahkan ia terpaksa sarapan bersama Nolan. Sungguh hari pertama di apartemen yang menyebalkan. Berpikir saja tidak ingin, namun ia malah mendapati Nolan menjemputnya. Sebagai karyawan baru, bagaimana karyawan lain akan memandangnya jika ada melihat mereka berangkat bersama?

Wajah Flair cemberut dan memandang Nolan dengan pandangan sinis. Sementara Nolan cengar cengir senang karena berhasil mengerjai Flair. Hiburan tersendiri bagi Nolan mengerjai Flair sebelum ia disibukkan dengan pekerjaan yang menguras pikiran.

"Aku turun di sini!!!" Seru Flair saat sudah dekat dengan kantor.

"Tidak mau yang lain tahu??? Aku justru sebaliknya. Sebelum yang lain tahu kamu pernah bersama Hadley." Sahut Nolan dengan mata dingin.

"Apa maksudmu??" Tanya Flair heran.

"Yah, kemarin semua masih mengenalmu sebagai model yang dibawa Hadley untuk bekerja kepada Idlina. Bukan sebagai kekasih Hadley. Ia hanya bosmu di PH miliknya. Tapi sekarang kamu karyawanku. Dan juga akan menjadi wanitaku."

Flair memandang Nolan dengan tatapan tajam dan menggerutu. "Dasar gila!!!"

Nolan melajukan mobilnya makin kencang hingga ke tempat parkir kantornya.

"Aku akan keluar dari apartemen, aku akan mencari tempat lain saja!!!" Ucap Flair jengkel.

"Sudah bagian dari perjanjian kerja untuk mu tetap berada di apartemen itu. Sehingga mempermudahkan CEO untuk melaksanakan pekerjaannya."

"Sangat tidak sopan masuk ke rumah orang tiba-tiba. Dan bagaimana caramu masuk??"

"Aku pemilik apartemen itu. Aku memiliki kartu cadangan setiap rumah di sana." JaWab Nolan menaikkan satu alisnya.

Saat suasana terlihat sepi Flair segera keluar dari mobil Nolan. Berharap tidak ada yang melihatnya di sana. Ia membanting pintu mobil Nolan saat menutupnya. Ia benar-benar merasa dibodohi dengan kontrak kerja yang tak bisa ia tolak dan terlanjur ia tanda tangani.

"Nona, beberapa orang sudah datang, dewan komisaris dan para manajer sudah siap di ruangan, sedangkan Tuan dan Nyonya Swinford, Nona Altha masih ada di ruangan mereka." Jelas Tatiana begitu melihat Flair memasuki ruang kerjanya.

"Baiklah aku akan bersiap. Semua file sebelum kamu bagikan berikan padaku, aku akan mengeceknya satu per satu!!" Seru Flair mengatur konsentrasi.

Setelah memeriksa semua dokumen Flair memutuskan siap memasuki ruang rapat. Dia menarik nafas dalam-dalam. Karena ini rapat pertamanya yang kemungkinan gagal yang masih besar. Apapun yang terjadi nanti dia sudah mempersiapkan hal yang terburuk sekalipun. Kejatuhan dalam bentuk apapun itu akan ia jalani sebagai pengalaman yang berharga dan sebagai pelajaran yang bernilai tinggi.

Saat keluar ruangan, Flair bertemu dengan Altha yang berjalan melewati depan ruang kerjanya. Altha seketika melotot melihat Flair berdiri di sana. Tidak seharusnya gadis kelas menengah berada di lantai direksi SWFGrup seperti sekarang ini.

"Apa yang kamu lakukan di sini? Di ruangan Hadley??" Tanya Altha sambil menghampiri Flair dengan raut muka kesal.

Dari belakang Altha, datang Rubi ikut menghampiri. "Sepertinya aku pernah melihatnya di rumah sakit kemarin."

"Heidi!!!!! Mengapa orang yang tidak berkepentingan berada di atas??!!!" Teriak Altha pada Heidi.

Heidi segera datang dengan tergopoh-gopoh. "Beliau, Menggantikan posisi Mister Hadley sementara waktu, Nona. Itu perintah dari Mister Nolan." Jelas Heidi.

"Nolan???!!!" Altha heran. "Dengar!!!! Akan aku pastikan kamu berakhir hari ini!!!!" Ucap Altha sambil menunjuk wajah Flair dengan telunjuknya.

"Altha, tunggu!!!" Panggil Rubi karena ditinggalkan oleh Altha.

*********

Rapat dimulai tepat ketika pasangan Darren Swinford dan istrinya Idlina datang dan duduk bersama dalam ruang rapat.

"Saya perkenalkan ini adalah Flairnee Holea Bosley, sementara waktu ia akan menangani tugas yang yang selama ini dipegang oleh Mister Rieger, saya mengangkatnya karena tidak bisa membiarkan posisi Hadley kosong dan susah bagi saya menemukan orang yang bisa saya percayai." Jelas Nolan sambil menunjuk pada Flair yang langsung tanggap dan berdiri di depan kursinya.

"Tapi masih banyak orang lain. Mengapa harus dia???!!!" Sahut Altha dengan nada tinggi.

"Aku butuh orang yang bisa aku ajak bekerja sama dengan baik, dan sudah menjadi hak ku aku boleh mengangkat siapapun di posisi itu!!" Sahut Nolan dengan tegas kepada Altha.

"Materi rapat hari ini pun sepenuhnya dipersiapkan oleh Nona Bosley, aku rasa dia cukup menguasai dengan baik." Puji Nolan.

Rapat segera dimulai dan Flair dapat menjelaskan dengan baik semua materi yang sudah ia rangkum dan ide-ide yang telah dipersiapkan untuk pagelaran musik dan lagu yang sebelumnya telah dirancang oleh Hadley juga bisa dijelaskan dengan baik oleh Flair. Tatiana sangat yakin Flair bisa menjadi atasan barunya dengan sangat baik. Sama seperti saat Hadley masih membawahinya. Semua pertanyaan yang ditanyakan oleh dewan komisaris pun bisa ia jawab dengan jawaban yang memuaskan. Meski kadang perlu Nolan yang ikut memberikan pendapat karena wajar Flair masih baru dalam bidang ini. Tak ketinggalan Altha beberapa kali mencoba mencari kekurangan laporan Flair dengan memberi pertanyaan yang menjadi tugas tersendiri yang harus diselesaikan oleh Flair setelah rapat. Niatnya ingin menjatuhkan, namun malah membuat Flair yakin bahwa semua pertanyaan Altha itu menjadi kritik yang membangun baginya. Dan Altha semakin marah karena Nolan selalu membantu Flair untuk menyanggah pernyataannya.

*****

Setelah empat jam rapat, Flair merasa lelah sekali karena ketegangan yang terjadi saat rapat berlangsung. Namun Flair merasa berterima kasih sekali kepada Nolan karena sudah berkali-kali membantunya saat ia dijatuhkan. Nolan sendiri merasa ini Flair memang masih pemula tapi Nolan tahu Flair mempunyai kemampuan lebih dalam bidang operating officer ini.

Dari kejauhan Nolan melempar senyum puas dengan hasil kerja Flair. Flair yang tadinya cemas mulai bisa mencair dengan suasana dan orang-orang di sana.

"Aku tidak salah lagi, kamu wanita malam itu!!!" Seru Darren tiba-tiba di depan Flair.

"Bagus sekali kamu masuk di tempat ini!!!" Lanjuta Darren paman Nolan.

"Heidi, tolong bantu aku memotong gaji ataupun bonus COO baru kita ini. Dia harus mengganti pakaianku yang telah ia rusakkan!!!!" Ujar Darren kepada Heidi yang kebetulan berdiri di sebelahnya dengan sangat yakin.

"Sayang, aku rasa ia gadis yang aku cari malam itu saat kita menginap di hotel tempo hari. Dengan bodohnya ia menumpahkan coctail di bajuku yang mahal." Jelas Darren pada sang istri.

"Kau masih ingat?" tanya Darren pada Idlina.

"Ah, iya! Aku ingat kejadian itu." Sambil melihat wajah Flair yang masih kebingungan.

"Sayang, mungkin bukan dia, bisa saja kamu salah orang." Balas Idlina merasa tidak percaya.

"Minggu lalu apa kau datang di acara lounching kain milik Beau??? Jawab aku!!!!!"

Suara Darren mulai menarik perhatian semua orang.

Nolan pun mulai menengok ke arah Darren dan melihat apa yang terjadi.

" Iya minggu lalu saya datang ke sana."

"Bagus, jadi sudah jelas bukan, Nona. Bagimana kamu mengingatku?" Darren mulai mengampiri Flair. "Kamu saja sedang mabuk malam itu sedang aku tidak."

"Saya rasa, saya tidak mabuk saat itu. Karena saya masih sadar benar hingga saya dapat menyetir sendiri hingga ke rumah sakit." Jelas Flair dengan lantang.

"Ke rumah sakit??? Jadi setelah mabuk, ada mengantarkanmu ke rumah sakit?" Darren memutar balikkan fakta.

"Tidak!! Saya menjenguk teman di sana." Flair membela diri. "

"Aku rasa pamanku selalu ingat betul dengan siapa saja yang pernah ditemuinya. Jadi dia tidak mungkin salah orang." Timpal Altha sambil berjalan mendekati Darren.

"Terima kasih, Nolan. Kamu sudah menemukan orang yang sedang aku cari malam itu. Jadi potong gaji nona Flair ini setiap bulan, masukkan ke rekeningku, ia harus bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan pada bajuku!" Setelah usai mengatakannya Dareen pun pergi.

Idlina masih memandang Flair dengan tak percaya dan prihatin pada Flair. Kemudian ia ikut juga bersama suaminya.

"Aku tidak bisa membelamu, aku tidak tahu kejadian yang sebenarnya. " Bisik Nolan dari balik punggung Flair.

"Mungkin itu adik kembarku, aku meninggalkan ia di acara itu karena aku terburu-buru menjenguk Hadley di rumah sakit malam itu." Sahut Flair sambil mengingat- ingat.

"Jadi, selain preman ternyata COO baru kita ini juga suka sekali bermabuk-mabukan. Wanita macam apa yang kamu pilih ini, Nolan!!" Seru Flair mulai membully.

"Ah Nolan, aku rasa kamu belum terlalu jauh mengerti kebiasaannya." Rubi menimpali.

"Potong juga gajinya karena waktu itu hampir mematahkan hidungku!!!" Tambah Altha.

"Wah, aku setuju, setiap perbuatan harus mendapat balasannya!" Kata Rubi sambil mendekat hendak merayu Nolan.

"Aku rasa mister Nolan harus tahu semuanya, bahwa dia berbahaya jika dibiarkan berada di antara karyawan yang lain. Dia bisa mempermalukan dirimu, Nolan." Ujar Rubi sambil menempelkan diri pada Nolan.

Dasar tidak tahu malu, batin Flair. Namun Flair hanya diam mendengar ucapan mereka yang merendakannya.

Melihat cara Rubi menghampiri Nolan dan melekatkan diri, Nolan seketika menolaknya dan mengabaikannya. Ketidak pedulian Nolan membuat Rubi sakit hati.

Melihat ditolak seperti itu membuat Flair terkekeh dalam hati.

"Baiklah Nona-nona, karena aku berbahaya, maka berhati-hatilah denganku, karena mungkin aku bisa mencabik-cabik juga hingga kalian pulang hanya menggunakan gorden atau taplak saja. " Balas Flair membela diri.

"Heidi!!!!" Kapan diam saja??!!! Suruh security mengeluarkannya!!!!"" Seru Altha menunjuk ke muka Flair dengan telunjuknya.

"Tidak perlu!!! Aku memang akan pulang karena rapat sudah usai. Sudah perjanjianku dengan perusahaan setelah mempersiapkan rapat yang panjang aku bisa pulang hari ini!!!" Flair menyeringai lebar.

"Tidak usah kembali lagi besok!!!" Seru Altha masih tidak terima.

"Siapkan saja gaji pertamaku di meja ku besok, maka setelah melihatnya aku pastikan tidak akan kembali lagi." Flair dengan nada memgolok-olok dan keluar dari ruangan rapat.

"Heidi siapkan ceknya yang aku minta padamu!!!" Seru Nolan

"Baik, Mister sudah aku siapkan" Jawab Heidi sambil mengeluarkannya dari notebook nya.

"Serahkan pada Nona Rubi! Dan kau boleh kembali ke mejamu" Perintah Nolan.

Setelah menyerahkan cek itu Heidi pun pergi.

Melihat nominal yang besar tertulis dalam cek itu, mata Rubi pun langsung berbinar.

"Untuk apa cek ini?? Pagelaran belum dimulai, Nolan. Rubi pun belum bernyanyi." Celetuk Altha bingung.

"Kompensasi kencan semalam untuk tempo hari" sahut Nolan. "Kamu sudah menerima separuhnya kemarin. Dan ini sisanya. Tidak akan ada kencan-kencan berikutnya." ucap Nolan sambil berlalu pergi.

" Tunggu Nolan, bukan begini maksudku!!" Rubi berusaha mengejar.

"Kamu sudah bermalam dengan Nolan??!!!" Altha meremas lengan Rubi meminta penjelasan.

"Iya memang, aku mengirim pesan agar ia datang ke kamarku, tanpa aku bisa percaya ia benar-benar datang."

"Dan ia memberikanmu cek setelah itu??" Tanya Altha lagi.

"Iya, aku pikir itu biaya agar aku merawat diriku. Saat bisa mencairkannya itu bukan cek kosong."

"Benar saja, mana mungkin kakakku bermain-main dengan cek nya!!!!" Altha gemas dengan kekonyolan sahabatnya ini.

"Bodohnya !!!!! Lalu mengapa kamu mau menerimanya kemarin??"Altha melanjutkan.

"Nolan yang memberikannya padaku, jadi aku menerimanya. Altha bisakah kamu mendekatkan Nolan padaku lagi?!!"

"Kamu ingin mendapatkan hati kakak ku tapi setelah tidur dengannya sekali saja kamu langsung mau menerima uang pemberiannya!!!!!"" Altha tak habis pikir dengan jalan pikiran Rubi.

"Altha, please!!! Aku tidak akan mengulanginya lagi!!" Pinta Rubi.

"Kau ini!!!!"

****

*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas

untuk tahu judul Novel saya yang lain