Chapter 24 - Big Pay #6

Bola menggelinding dan menghantam dengan kuat hingga semua pin jatuh. Barric berhasil menjatuhkan deretan pin itu dan kemudian digantikan lagi oleh deretan pin yang baru. Sean dengan bantuan ayahnya pun ikut bermain di sana. Namun sayang bola berat itu melewati lorong yang salah dan Barric dan putra kecilnya yang tampan itu tertawa terbahak-bahak.

Saat giliran Flair yang bermain. Dia menunjukkan gaya terbaiknya di hadapan keponakan kecilnya itu dan mulai melempar bola. Dan mengecewakan masih sisa dua buah pin yang belum jatuh. Dan Flair menunjukkan mimik kecewa kepada Sean.

Suasana di Spinland Bowling Breeze pagi itu masih sepi, hanya ada dua kelompok yang bermain. Salah satu kelompok itu adalah kelompok Flair dan Barric. Biasanya tempat ini akan ramai di sore hari hingga tengah malam.

Bola sudah habis dilempar, ketiganya sekarang duduk beristirahat sambil meminum minuman dingin.

" Ada apa dengan Fayre hingga membuatmu jengkel?" Tanya Barric tanpa basa-basi.

"Dia masih kekanak-kanakan." Sahut Flair tanpa melihat kepada kakaknya itu.

"Bukankah biasanya dia lebih tenang darimu?" Balas Barric.

"Ya, masih tenang tapi menyimpan semua jebakan dalam diamnya." Sahut Flair membuang muka.

"Bagaimana dengan kasusmu?" Flair balik bertanya.

"Chad dan aku masih berusaha menyelesaikannya. Menemukan uang pajak itu, karena jika tidak pihak SWF grup akan meminta bunga lebih jika aku terbukti memakai uang mereka." Jelas Barric.

"Chad pasti bekerja keras untuk ini bukan?"

"Ia tidur di rumahku semalam karena bekerja hingga hampir pagi dengan tim pengacaranya.

" Jelas Barric sambil mengusap bibir Sean yang belepotan dengan air yang diminumnya.

"Chad butuh istri, Barric. Kenalkan ia dengan seorang wanita yang baik. Kamu kenal banyak wanita yang sepadan dengan dia kurasa." Flair dengan nada peduli.

"Iya, sudah terlalu lama dia sendiri. Baiklah aku akan mengenalkannya dengan beberapa orang. Aku rasa aku sudah memikirkan beberapa calon yang tepat." Balas Barric.

" Barric, i love u. Aku ingin Chad bahagia." Ucap Flair sambil memeluk Barric.

*******

Rory masih menemani Fayre di kamarnya. "Kita akan kerumah sakit besok, aku akan menemanimu. Mungkin saja Shandy bisa membantumu, okay?" ucap Rory.

Fayre tidak menjawab dan hanya mengangguk saja. Dan kembali meringkuk di bawah selimut. Hingga Rory meninggalkannya sendiri.

Tak lama kemudian Chad masuk dengan tergopoh-gopoh ke kamar Fayre. Meletakkan tangannya di kening Fayre dan meraba-raba pipi gadis itu untuk memastikan keadaanya.

"Bagaimana keadaamu? Kata bibi Denna kau tidak mau makan apapun seharian ini." Tanya Chad khawatir.

"Aku baik-baik saja. Hanya nyeri datang bulan. Aku akan kembali baik besok." Jelas Fayre masih menyimpan tangannya di balik selimut.

Fayre pun menutupi bagian lehernya dengan rambutnya agar Chaf tidak dapat melihat kissmark yang menuhi lehernya yang jenjang.

Flair tiba-tiba datang menyusul ke kamar Fayre dengan wajah penuh kekhawatiran. Ia melihat Chad yang duduk di kasur Fayre dan menyuapi bubur kepada adiknya itu.

"Biar aku yang melanjutkannya. Paman istirahat saja dulu." Pinta Flair pada Chad.

Chad kemudian memberikan mangkuk kecil berisi sup hangat itu ke tangan Flair dan meninggalkan dua dara kembar itu.

Setelah Chad pergi, Ccllaaangggg!!!

Fayre menampik mangkuk sup yang dipegang Flair hingga jatuh ke lantai.

"Aku tidak perlu kamu!!!! Pergi sana!!!!" Bentak Fayre sinis.

"Fay aku tidak bermaksud buruk padamu!"

"Flair Dengarkan aku. Mulai sekarang kita bukan siapa-siapa. Jadi jangan pernah lagi mengangguku!!" Ucap Fayre sambil mendorong tubuh Flair.

"Urusan kita tidak lebih dari sekedar pekerjaan. Dan aku sudah memutuskan, aku akan keluar dari rumah ini. Aku akan tinggal jauh darimu!!!!" Lanjut Fayre dengan mata penuh kebencian.

"Tidak mungkin bisa begitu! Aku tidak ingin kamu sampai harus keluar dari sini. Aku hanya ingin yang terbaik untukmu dan Chad, itu saja."

"Keputusan sudah aku buat. Jadi sekarang keluarlah!!!" Fayre mendorong tubuh Flair keluar kamarnya. Tapi Flair tetap bertahan.

"Fay, maafkanlah aku! Fay tidak begini!!!" Pinta Flair sambil meremas pakaian Fayre.

Flair tak sengaja melihat banyak luka kissmark di dada Fayre saat piyama Fayre ditarik olehnya. " Fay, apa yang terjadi padamu??!!!!!"

Fayre mulai menangis dan membalikkan badan. Flair pun mengejarnya. "Fay, Ada apa? Apa yang terjadi!!"

Akhirnya Fayre membuka piyamanya dan menunjukkan kondisi tubuhya yang penuh kissmark dan bekas remasan yang membiru di kedua dadanya pada Flair. Flair sontak menutup mulut dengan kedua tangannya dan ikut menangis. Ia memeluk Fayre. Namun Fayre mendorongnya.

"Sekarang keluar dari kamarku!!!!" Fayre mendorong Flair sekuat tenaga" Aku benci kamu!!!!"

"Fay, tunggu!! Maafkan aku!!!" Ucap Flair masih mencoba masuk ke kamar Fayre.

"Aku benci kamu, Flair. Aku Benci!!!!!" Seru Fayre mendorong tubuh Flair hingga jatuh."Mulai sekarang Flar Hannalee Bosley, kamu bukan saudaraku!!!! Aku membencimu!!!!" Ucap Fayre dan membanting pintu.

Flair yang terjatuh di lantai, mencoba berdiri sambik memunguti tasnya dan masuk ke kamarnya sendiri sambil menangis.

Setibanya di kamarnya, Flair melempar tasnya ke kaca rias hingga pecah. Semua benda di atas meja rias tak luput dari sasaran Flair. Ia mendorong semua benda itu dengan kesal hingga terlempar kemana-mana.

Ia merasa kalut, telah gagal menjaga Fayre. Ia tak ingin sesuatu pun terjadi pada Fayre. Ia sangat sedih melihat Fayre yang nampak kacau dan terluka.

********

Di dalam kamarnya Fayre menangis sejadi-jadinya diatas bantal. Ia masih merasa jijik melihat kondisi tubuhnya sekarang ini. Ingin sekali ia kuliti tubuhnya sendiri agar semua noda biru itu terlepas dari tubuhnya.

Ia pun sedih memperlakukan Flair seperti itu. Tapi kekalutannya yang begitu dalam membuatnya merasa lebih baik menjauh dari Flair sementara waktu sampai ia tenang. Sedangkan Chad, ia sama sekali tak ingin memikirkan pria itu. Biarlah Chad tetap dalam ketidak tahuannya.

*******

Biip!! Biipp!! Biiipp!!! Biipp!!

Empat buah pesan masuk ke ponsel Shandy.

Lagi-lagi dari nomer ponsel yang tidak ia kenali.

Aku harap kamu suka bunganya dokter yang cantik.

Bunga itu cantik sepertimu.

Pink seperti pipimu.

Aku ingin bertemu denganmu. Ken-C.

Sumpah, mengapa Kenrick kembali mencarinya??? Ini tidak baik jika Barric mengetahui ini. Bisa saja Barric berpikir buruk atau apa saja yang buruk.

Shandy pun segera membuang parcel bunga mawar pink yang dikirim oleh Kenrick ke dalam tempat sampah di rumah sakit. Tepat setelah itu Barric datang berjalan ke arahnya dan menggandeng tangan kecil Sean.

"Ibu, aku sudah kuat mengangkat bola bowling, kau tahu? Aku sudah lebih hebat dari Aunty Flair." Sean lari kepelukan Shandy dan minta digendong.

.

.

.

*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas

untuk tahu judul Novel saya yang lain