Jam dinding di tangan Flair menunjukkan pukul tiga dini hari. Flair berjaga di samping tempat tidur Hadley. Tangannya tak bisa berhenti memegangi tangan kiri Hadley. Punggung Hadley dipenuhi perban karena luka bakar yang hampir memenuhi punggungnya akibat ledakan gas.
Hadley ditidurkan dengan posisi tengkurap oleh dokter. Di area mulutnya dipasang selang oksigen.
Flair sama sekali tak dapat memejamkan mata sedikitpun. Betapa ia ingin menggantikan posisi Hadley karena luka itu pasti sangat pedih untuknya. Ia ingin Hadley segera sadar. Ia ingin luka itu segera kering dan Hadley sembuh esok harinya. Ia sungguh tak tega melihat keadaan Hadley saat ini.
Ledakan yang terjadi merusak seluruh dapur dan sebagian dari ruang tamu. Untung sebelum terjadi ledakan, Hadley sempat menarik Altha untuk berlari ke ruang tamu dan Melompat dibalik sofa besar yang melindungi mereka dari ledakan.
"Permisi, boleh Anda keluar sebentar, kami akan mengecek kondisi pasien. " pinta seorang dokter laki-laki bersama beberapa perawat pada Flair.
Flair mengangguk dan membawa tas bawaanya dan keluar ruangan.
Di luar kamar Altha baru saja di dorong dengan kursi roda oleh seorang suster dan satu suster lagi membawakan infus yang tersambung di tangan Altha.
Flair melangkah ke arah kursi panjang yang disediakan untuk penunggu pasien. Altha meminta suster yang menemaninya tadi untuk meninggalkannya sejenak. Ia ingin sekali tahu kabar Hadley setelah dokter memeriksanya. Altha mendekati tempat Flair duduk saat suster sudah meninggalkan Altha sendirian.
"Mmhh, kau!! " Ucap Altha segera mengenali wajah Flair. Altha kemudian duduk, dan terlihat sangat segar seperti tak terluka sedikitpun.
"Kenapa menatap ku saja?" Ujar Altha sambil mendekati Flair.
"Kau Fairy Hannalea Bolstre? " Tanya Altha ragu.
"Aku Flair Holea Bosley. Fayre Hannalee adalah adikku. " Tukas Flair membetulkan sebutan namanya hingga benar.
"Apapun itu, kamu kembar yang banyak dibicarakan itu kan di SW-TV? " Lanjut Altha sambil menyibakkan rambutnya.
"Pasti melihat kondisi Hadley, capat sekali kamu datang menjenguknya? " Tanya Altha bersikap judes pada Flair.
Owh inikah Altha Swinford yang terkenal kekanakan, suka berbuat semaunya dan mantan Hadley itu? Batin Flair mulai bergemuruh tidak tenang.
"Bagaimana kondisi Hadley??? " Tanya Altha sambil menaruh kedua kakinya dengan benar di lantai.
"Belum sadarkan diri. " Jawab Flair singkat.
"Dia berusaha menyelamatkan aku dari ledakan itu, dia masih peduli sekali padaku sebenarnya. " Ucap Altha mengingat ledakan di rumah Hadley itu.
"Bagimana ledakan itu bisa terjadi? Dan mengapa kau berada di sana? " Tanya Flair mencurigai Altha.
"Aku datang untuk merayakan ulang tahunku. Kami biasa merayakannya bersama. Hanya itu saja." Jelas Altha sambil tersenyum sinis pada Flair.
"Hanya merayakan pesta ulang tahun bisa menyebabkan ledakan??!!" Tukas Flair heran.
"Apa maksudmu??? Kamu tidak mengetahui apapun tentang kami." Balas Altha kaget ada gadis muda yang berani sekali membentak di hadapannya.
"Cukup tahu bahwa kamu tidak ingin memberi kehidupan yang tenang untuk Hadley, keberadaanmu selalu mempersulit hidup Hadley, selalu mengganggunya dengan hal yang tidak penting!!!!! " Teriak Flair pada Altha dengan kemarahannya yang sudah memuncak.
"Apa kamu katamu???!!! TIDAK PENTING!!!! " teriak Altha sambil menampar pipi Flair.
Flair merasakan panas di pipinya bekas tamparan Altha, air matanya menetes merembes bukan karena tamparan Altha tapi karena kesedihannya melihat kondisi Hadley.
Altha bangkit dan menjambak rambut Flair karena tidak suka dengan pandangan Flair yang memojokkannya. Altha bersaha memukul wajah Flair lagi namun Flair berontak. Flair menggunakan kepalanya untuk menumbuk wajah Altha. Dan benar saja tumbukan itu tepat mengenai hidung Altha dan membuatnya berdarah.
"Itulah namanya terluka!!! " Flair puas dapat melukai Altha.
Altha meraih lagi rambut panjang Flair dan ia melempar tubuh Flair ke arah tembok lorong rumah sakit itu. Setelah Flair berhasil terdorong, Altha menjambak rambut Flair untuk kesekian kalinya dan ingin membenturkan kepala Flair ke tembok di depannya. Namun Flair berhasil menahan dengan lengannya. Namun Altha tidak putus asa tetap ia berusaha terus membenturkan kepala Flair ke besi pegangan untuk membantu pasien berjalan.
Nolan yang berjalan dengan dua orang suster sangat terkejut dengan perkelahian mereka dan segera berlari untuk memisahkan keduanya. Di mana posisi Flair sudah ditindih tubuh Altha yang berusaha mencekiknya.
Nolan mengangkat tubuh Altha dan diserahkannya kepada kedua suster yang berdiri di sana.
"Bawa dia masuk ke kamarnya, suster!!!! " Perintah Nolan dengan suara khasnya yang parau.
Nolan segera menyibakkan rambut panjang Flair melihat wajah Flair yang basah karena keringat dan air mata. Menarik tubuh mungil itu ke pelukannya dan menenangkannya di sana.
"Sudah, kamu baik-baik saja. Tenangkan dirimu. " Ucap Nolan sambil mengelus punggung gadis itu.
"Aku sudah cukup tenang. Biarkan aku sendiri!!!" Ucap Flair sambil melepaskan diri dari pelukan Nolan dan berlalu pergi menjauhi Nolan sambil mendekap tubuhnya sendiri yang sakit karena dibanting oleh Altha tadi.
Flair sesungguhnya tidak tahan dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Namun berada di samping pria ini sungguh juga bukan pilihan baik baginya. Akhirnya Flair mau dibawa ke ruang perawatan karena ia pikir mungkin Nolan tidak akan berbuat buruk karena ini ada di rumah sakit. Ia bisa berteriak minta tolong sewaktu-waktu.
*******************************************
Hari sudah mulai terang, jam dinding menunjukkan pukul tujuh pagi. Beberapa kendaraan sudah mulai terlihat berlalulalang di jalanan depan rumah sakit walau masih jarang. Nolan yang melihatnya di arah luar jendela rumah sakit sambil menunggui Hadley yang masih belum sadarkan diri. Ia pun prihatin dengan keadaan Hadley yang disebabkan oleh ulah adiknya. Begitupun juga ia tidak menyalahkan Flair yang berkelahi dengan Altha karena sudah pasti jengkel dengan adiknya itu.
Pintu kamar terlihat dibuka oleh seseorang, sebuah langkah kaki seorang wanita memasuki kamar perawatan Hadley. Terlihat Erinka Gayle, ibu dari Nolan, menantu keluarga Rieger yang baru saja tiba dari negeri tetangga.
"Erinka, senang berjumpa lagi. Bagaimana perjalanan mu??? " Sapa Nolan sambil menjabat tangan Erinka.
"Perjalanan ku baik. Bagaimana keadaan putraku, Nolan?? Owh, apa yang terjadi hingga bisa demikian?? " Ucap Erinka sambil mengusap air matanya tak tahan melihat keadaan Hadley.
"Dokter mengatakan luka bakarnya tidak terlalu dalam, memungkinkan untuk segera sembuh dengan perawatan intensif. Namun ia belum sadarkan diri, mungkin dikarenakan trauma karena terkejut dengan ledakan yang terjadi. " Jelas Nolan sambil membetulkan jasnya yang menyelimuti tubuh Flair.
Terlalu banyak orang yang ada di ruangan itu, Nolan pun berpamitan pada Erinka untuk meninggalkan ruangan itu untuk menjenguk adiknya di ruang perawatan yang lain.
Erinka melihat gadis dengan wajah putih polos sedang tidur dengan posisi duduk dan terpejam pulas di samping Hadley. Tangan Flairpun ia lihat masih menggenggam tangan Hadley dengan erat meski sedang tertidur.
Ini pasti Flair, gadis yang diceritakan oleh Hadley. Erinka yang sebelumnya banyaj mendengar cerita baik tentang Flair dari Hadley menjadi lebih jatuh hati lagi pada Flair setelah melihat langsung bagaimana sikap Flair dengan kejadian ini.
Merasakan ada gerakan dari tangan Hadley, membuat Flair terbangun. Ia berusaha membuka paksa matanya yang baru tidur dua jam itu. Ia mengira Hadley sudah sadar. Namun ternyata Hadley masih belum juga bangun. Di samping tempat tidur Hadley, Flair melihat seorang wanita berusia sekitar lima puluh tahun lebih sedang memperhatikan kondisi Hadley saat ini dengan tatapan yang penuh perhatian. Wajah wanita itu pernah ditunjukkan oleh Hadley di ponselnya. Itu adalah ibu Hadley, pikirnya.
Kemudian wanita tersebut menatap Flair dan tersenyum.
"Maaf membuat mu terbangun. "Sapa Erinka pada Flair.
Flair segera bangkit dari kursinya dan mengusap wajahnya.
"Nyonya Erinka? " Tanya Flair memastikan.
"Iya benar, aku ibu Hadley. Kau pasti Flair. " Jawab Erinka sambil mendekat ke Flair.
"Terima kasih telah menjaga putraku semalam, kau gadis yang perhatian sekali." Ujar Erinka sambil menepuk pundak Flair.
"Aku melakukannya dengan senang hati, Nyonya. Hanya berharap Hadley segera sembuh. " Balas Flair sembari balas tersenyum.
"Kau pasti lelah, kita berbincang lagi nanti. Sekarang sebaiknya kau pulang terlebih dahulu untuk beristirahat!" Pinta Erinka dengan suara lembut.
"Aku baik-baik saja, Nyonya. Aku ingin terus menjaga Hadley dan barang kali Anda membutuhkan bantuanku di sini. " Jawab Flair bersikukuh.
"Tidak perlu, cantik. Aku membutuhkan mu sore ini. Aku akan kembali beristirahat ke hotel tempatku menginap. Perjalananku semalam sangat melelahkan. Engkau bisa menggantikan aku berjaga di sini nanti malam jika kau tidak keberatan. " Jelas Erinka sambil mendudukkan diri di kursi yang tadi di duduki oleh Flair.
"Tentu saja, Nyonya. Dengan senang hati!" Seru Flair menyanggupi.
Karena melihat tidak mungkin memaksakan keadaan pada Erinka, Flair pu memilih mengalah. Ia menuruti nasehat Erinka untuk pulang dan beristirahat. Sebelum pulang ia menyempatkan diri untuk membeli makanan yang bisa di makan oleh Erinka sambil menunggu Hadley. Dan Erinka sangat berterima kasih dengan perhatian Flair yang besar itu.
Di kamar lain, Altha masih berbaring dengan lebam masih nampak di area hidungnya. Ia segera membalikkan badan memunggungi Nolan, ketika pria itu masuk dengan perlahan. Ia masih ngambek dengan kakaknya itu karena lebih lama menunggui Flair daripada dirinya.
"Mengapa kau menunggui wanita itu, tidak kau ajak ke hotel saja dan berdiam di sana!!!" Seru Altha dengan nada tidak terima karena merasa terabaikan.
"Kondisi Handley belum sadar, dan kepalanya terbentur dengan keras kata dokter. " Jawab Nolan menjelaskan kabar terbaru yang diberikan oleh dokter pagi ini.
"Aku salah, iya aku salah, aku yang menyebabkan Hadley begini!!! Aku sudah kehabisan cara. Aku ingin kembali dekat dengannya. Aku tidak mau Hadley terluka!!!! "Tangis Altha pecah, hatinya sangat sakit dan menyesali kebodohannya.
"Altha dengarkan!!! Jangan membuat ulah lagi!!! Aku akan membiarkan polisi menangkapmu jika tindakanmu berlebihan lagi. Semua orang akan menyangka mu gila, kau tahu?!!!" ujar Nolan yang sudah tidak tahan dengan tingkah adiknya itu.
"Aku ingin hubungan ku membaik dengan Hadley, Nolan. Aku ingin Hadley juga bersikap baik padaku!!!" Teriak Altha dengan sekuatnya melepaskan semua keputus asaannya itu.
"Jika begitu bersikaplah pada Hadley!! Jangan lakukan tindakan bodoh lagi!!! " Seru Nolan memperingatkan lagi.
"Kau harus membantuku!!! "Pinta Altha dengan merengek di pelukan Nolan.
"Aku akan membantumu jika kamu bisa dikendalikan!! " Seru Nolan meminta agar Altha dapat merubah sikapnya.
"Baiklah aku akan menurut kepadamu." Ucap Altha sambil membuang muka dari kakaknya itu.
Dari jendela kamar Altha, Nolan melihat Flair keluar dari rumah sakit dengan langkah gontai dan masih menenteng jas miliknya. Ingin sekali ia mengejar gadis itu, namun saat ini tidak mungkin baginya meninggalkan Altha dengan kondisi demikian.
.
.
.
.
.
.
.
*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas
untuk tahu judul Novel saya yang lain
Tolong berikan bintang limanya yaa...
Bintang dan ulasanmu sangat membantu explorasi cerita kamiii