Sesuai janjiku dengan Giva kami pun sekarang berada di Mall untuk shoping bersama, tapi bukannya aku seperti dirinya, aku hanya membeli beberapa keperluan sehari-hari untuk bulan ke depan.Sudah hampir 3 jam kita berkeliling-keliling aku pun cukup lapar, "Giva ayo kita makan, perutku sudah keroncongan minta diisi, tapi kamu yang traktir ya aku ya". Dengan memasang wajah andalanku .
jijik aku melihat mukamu kayak gitu, seperti bocah yang tidak diberi makan 3 hari aku juga lapar, tapi kamu makannya jangan banyak-banyak ya, ntar abis uangku sama kamu". "Makasih ya sayang kamu memang sahabatku yang paling pengertian", dan kami pun berjalan menuju masakan Italia yaitu kesukaan kami berdua dan memilih bangku lalu memesan seperti biasa.
"Giva Kak Gara akan segera pulang ke Indonesia besok aku sangat bahagia", kulirik dia yang lagi makan.
"Uhuk...., oh my good, kak Gara yang tampan itu, beneran akan kembali ke Indonesia. Gue gak mimpikan".Ini orang keselek aja masih bisa ngomong cuma tahu Kak Gara akan pulang. Lihat dia cuma senyum-senyum gak jelas.
"misalnya dia kembali ke Indonesia apa yang kau lakukan jika bertemu dengannya ?" tiba-tiba Giva ngomong seperti itu
"....."
"Kamu tahukan yang aku maksud dengan dia, bukan aku mau mengungkit masa lalu, tapi ini bisa terjadi kapan saja."
"...."
"bukan maksudku berkata seperti itu, tapi aku hanya ingin kau....", ku potong ucapannya
" tak mungkin sana peduli sama aku, itu mustahil Janganlah berhayal ha.. ha.. ha.., untuk apa aku peduli dengannya."
"Sungguh aku tak ingin melihat Alex bersedih.Maafkan aku, bukan maksudku untuk mengungkit masalah lalu yang kelam itu " batin Giva. Giva langsung berdiri dan memeluk Alex " Maafkan aku,maaf... maaf....." Alex membalas pelukan Giva tak kalah erat "tak apa Giv... "