Aku sudah sampai apertemenku, lasung kubaringkan diriku, cukup melelahkan perjalanan dari rumah sampai sini. Tak lama hpku berdering dari Giva
"halo giv, apa nelpon gue, capek tau "
"aduh kacian, anak mami "sambil terkekeh
"ih.....givaaa, gue matiin nih hp "
"eh jangan, dari pada lo males - malesan mending kita soping, gue boring nih ".
nih anak, kan gue bilang capek, napah malah ngajak soping juga, kan mending tidur.
"gak ah, mager dah besok aja ya, gua mau tidur by.... " ku putuskan sambungan.
Tak lama terdengar bel bunyi berisik banget, tuh anak emang, ih nyebelin.
Dengan mas gua buka pintu "apa sih giv, ganggu aj... " saat ku menatap siapa yang datang tak jadi menyelesaikan kalimat dah. Ternyata yang datang Bagas. Ia itu sekarang pacarku, kami pacaran saat kuliah semester 3 awal. Awalnya gue nolak beberapa kali, karena taulah alasan gue, gue masih terauma untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Tapi berkat Giva yang mengatakan "kamu harus bisa melupakan dia, dan mulai dengan lembaran yang baru, dan masih banyak cowok yang jauh lebih pantas untukmu. Coba deh lo terima Bagas, apa coba kurangnya dia " ya benar apa kata Giva, walau dia kadang nyebelin tapi dia sahabat yang paling baik dan perhatian.