Selin dan Raka telah berada disalah satu kedai kopi yang terletak tak jauh dari butik yang tadi mereka datangi. Sudah sekitar 15 menit mereka duduk diam saling berhadapan tanpa ada sepatah kata pun yang terucap dari mulut keduanya.
Masing-masing dari mereka sedang sibuk dengan pikiran masing-masing. Selin yang sibuk dengan segala rasa penasarannya dengan penjelasan apa yang akan diberikan oleh sang mantan, sedangkan Raka sibuk untuk memikirkan kalimat apa yang tepat untuk ia ucapkan agar tidak semakin melukai perasaan gadis yang sangat ia sayangi ini. Ia tidak ingin jika nanti kata-kata yang ia ucapkan sampai membuat hati Selin semakin sakit.
"Apa kabar?" tanya Raka memecah kesunyian yang melingkupi atmosfer di sekitar mereka. Selin hanya diam menatap ke arah Raka tanpa ada niat sedikit pun menjawab pertanyaan basa-basi yang dilontarkan oleh sang mantan.
"Kamu tahu betul, bukan pertanyaan ini yang aku butuhkan dari mu" ucap Selin sambil menatap lurus kearah Raka yang duduk di seberangnya. "Aku butuh penjelasan" lanjutnya dengan nada yang cukup tegas tanpa berniat berbasa-basi sedikit pun.
Raka menghela nafar pelan untuk mengumpulkan segala keberaniannya untuk menjelaskan segala sesuatu yang selama ini menjadi penyebabnya pergi meninggalkan Selin saat mendengar ucapan Selin yang sama sekali tidak berniat membuang waktu untuk obrolan yang tidak penting.
"Sebelumnya, aku minta maaf karna tidak pernah jujur sama kamu" ucap Raka tulus. 5 tahun lebih ia menyimpan ini semua dari Selin, bahkan kedua orang tua Selin pun tidak ia izinkan untuk mengatakan ini pada Selin. Ya... memang kedua orang tua Selin telah mengetahui alasan dibalik kepergian Raka.
Awalnya mereka sangat tidak setuju dengan keputusannya itu, tapi setelah menjelaskan semuanya, kedua orang tua Selin pun bisa mengerti dan mengizinkannya walau pun dengan berat hati. Saat itulah mereka tahu bahwa Raka sangat mencintai putri mereka dan dapat berkorban apa pun demi kebahagiaan Selin.
"Kamu masih ingat obrolan kita saat berada di rooftop Lawang Grup?" tanya Raka, Selin mengerutkan keningnya bingung. Apa hubungannya antara obrolan mereka dengan alasan kepergian Raka? Pikirnya. "Saat itu kita membahas tentang impian masa depan kita setelah menikah" lanjut Raka saat tidak mendapat respon dari Selin.
Flashback on
"Sayang, apa impianmu setelah kita menikah nanti?" tanya Raka pada Selin yang sebentar lagi akan resmi menjadi tunangannya itu. Saat ini mereka sedang berada di lantai teratas gedung perkantoran Lawang Grup, hal ini memang sudah menjadi kebiasaan mereka saat sore hari setelah jam kerja selesai. Mereka tidak langsung pulang seperti karyawan yang lain, mereka lebih memilih berada di lantai teratas kantor mereka untuk menyaksikan matahari terbenam dari pada berdesakan dengan banyak kendaraan yang memenuhi jalanan disaat jam pulang kantor seperti ini.
"Impianku setelah kita menikah nanti adalah kita memiliki keluarga yang bahagia, dan memiliki anak-anak yang lucu dan menggemaskan" Jawab Selin antusias sambil membayangkan rumah tangga impiannya bersama sang kekasih.
Selin dan Raka telah menjalin hubungan asmara mereka selama lebih dari 3 tahun. Mereka mulai menjalin hubungan asmara mereka saat di bangku kuliah di tahun kedua mereka.
"Memangnya kamu pengen punya anak berapa?" tanya Raka lagi, sambil menatap kearah sang kekasih dengan tatapan penuh cinta. Ia merasa menjadi lelaki yang paling beruntung karna bisa mendapatkan gadis sebaik dan sehebat kekasihnya itu dan ia berjanji pada dirinya sendiri tidak akan membuat kekasihnya itu kecewa dan akan mempertaruhkan apapun demi membuat Selin terus merasakan kebahagiaan.
"Aki pengen kita punya anak yang banyak supaya rumah kita bisa dipenuhi dengan suara tangis dan tawa mereka" jawab Selin dengan senyum mengembang " Kamu tahu kan kalau aku itu anak tunggal? Dan itu sangat tidak mengenakkan. Aku tidak punya teman bermain dirumah, dan itu sangat membosankan jadi aku pengen punya banyak anak supaya rumah kita akan selalu ramai." Lanjutnya.
"Emang kamu sanggup punya banyak anak?" tanya Raka dengan senyum menggoda sambil menaik-turunkan kedua alisnya. Selin yang menyadari kemana arah pertanyaan Raka pun dibuat tersipu malu, wajah hingga lehernya memerah menahan rasa malunya.
"Sa....sanggup kok" jawab Selin gugup. Jantungnya saat ini sedang berdegup kencang seakan ingin lepas dari dadanya saat membayangkan hal yang 'iya-iya'. Duh Seli, kamu kok malah berpikiran mesum sih? Rutuknya pada dirinya sendiri.
"Sayang, kok muka sama lehermu merah? Kamu sakit?" tanya Raka masih menggoda Selin saat melihat wajah dan leher Selin telah memerah sempurna.
"Ihh... kaku kok malah menggoda aku sih" ucap Selin dengan nada dibuat kesat untuk menutupi rasa malu serta kegugupannya.
"Loh, kok dibilang menggoda sih?" tanya Raka polos " beneran sayang, muka sama leher kamu merah tuh" lanjutnya sambil menunjuk kearah sang kekasih.
"Nyebelin" ucap Selin yang saat ini sudah menjadi kesal beneran karna Raka tidak berhenti menggodanya. Ia berdiri dari duduknya dan berjalan kearah tepi gedung dan menopangkan kedua sikunya ke pembatas beton yang ada di hadapannya. Ia memunggungi Raka sebagai bentuk kekesalannya.
Raka yang melihat sang kekasih yang mulai kesal padanya karna godaannya beranjak dari duduk dan berjalan menghampiri sang kekasih.
"Maaf" ucap Raka yang tiba-tiba memeluk Selin dari belakang, ia menopangkan dagunya dibahu Selin sambil mensejajarkan wajah mereka. Selin hanya diam tak merespon permintaan maaf sang kekasih, ia hanya menatap lurus kearah matahari yang sudah mulai kembali ke peraduannya yang memancarkan semburat jingga kemerahan yang tampak sangat indah.
Selin selalu menyukai pemandangan yang tersuguh di hadapannya ini, ia akan selalu menikmati momen ini.
"Kamu tau kenapa aku sangat menyukai Senja?" tanya Selin tanpa melepaskan pandangannya dari keindahan yang terpampang didepannya itu, seakan ia tidak ingin terlewat sedetikpun dengan keindahan itu.
"Karna pemandangannya sangat indah?" jawab Raka lebih terdengar seperti pertanyaan. Ia memang tahu kalau kekasihnya itu sangat menyukai pemandangan yang terpampang di hadapan mereka itu, tapi ia tidak pernah mengetahui alasan kenapa sang kekasih sangat menukainya. Ia hanya berpikir kekasihnya ini menyukainya karna memang pemandangan tersebut tampak sangat memukau.
"Salah" jawab Selin
"Lalu?" tanya Raka lagi yang mulai penasaran dengan jawaban sang kekasih. Ia mengeratkan pelukannya di pinggang ramping Selin.
"Karna Senja mengajarkan kita tentang arti perpisahan dan merelakan, ia mengajari kita tentang betapa pun indahnya dia saat petang datang, akan selalu ada malam yang menunggunya, akan selalu ada gelap yang menanti. Sama seperti hidup, seberapa pun kebahagiaan yang kita peroleh saat ini, kita tidak boleh lupa jika akan selalu ada kesedihan yang menanti kita didepan sana" jawab Selin dengan pandangan yang mulai menerawang jauh. Semburat kemerahan di hadapan mereka telah menghilang tergantikan oleh gelapnya malam yang telah berhiaskan kerlip lampu yang menghiasi perkotaan.
"Dan aku berjanji, akan selalu membuatmu bahagia dan menjauhkanmu dari segala kesedihan yang ada walaupun harus mempertaruhkan kebahagiaanku sendiri" ucap Raka mantap yang terdengar seperti ikrar sumpah setia seorang prajurit pada Ratunya.
Flashback off