Chereads / SELIN—DION / Chapter 40 - 39. Keputusan (Flashback)

Chapter 40 - 39. Keputusan (Flashback)

Raka mengendarai mobilnya dengan perasaan bercampur aduk, dan yang lebih mendominasi pikirannya adalah bagaimana nanti reaksi Selin saat mengetahui kondisinya? Seberapa khawatir kekasihnya itu pada dirinya? Sungguh, seumur hidupnya tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk membuat sang kekasih bersedih.

Setelah lelah menyusuri jalan tak tentu arah, Raka memutuskan untuk pulang ke rumahnya, ia butuh istirahat karna sakit kepalanya kini mulai menyerangnya.

Raka mengerang frustasi hingga tak sadar ia menitikkan air matanya karna sakit yang luar biasa. Sakit kepalanya kali ini terasa lebih parah dari sebelumnya.

Setelah sampai dirumahnya, Raka langsung menghubungi dokter yang menanganinya dan memintanya segera datang ke rumahnya karna bahkan hanya untuk sekedar duduk saja ia sudah tidak sanggup lagi.

Tak beberapa lama Dokter Jaya, dokter yang menangani Raka telah tiba di kediaman Raka dan menatap iba pada pasiennya itu yang meringkuk di sofa ruang tamu.

Menyadari kedatangan Dokternya, Raka berusaha bangun dari posisinya namun ditahan oleh sang dokter.

"Tidak udah bangun" ucap Dokter Jaya penuh pengertian. Ia sendiri langsung memeriksa keadaan pasiennya yang terlihat mengenaskan itu.

"Kita harus melakukan tindakan secepatnya, jika tidak saya takut ini akan bertambah parah dan menyebar" ucap Dokter Jaya setelah memeriksa keadaan Raka, ia memilih duduk di hadapan Raka yang masih dalam posisi meringkuknya.

"Saya akan menyerahkan semuanya pada dokter, tapi saya mohon jangan beritahukan Kepada siapa pun mengenai keadaanku, termasuk Selin dan keluarganya. Saya tidak mau membuat mereka khawatir." Ucap Raka lemah.

Dokter Jaya sungguh kagum pada pasiennya ini yang dalam kondisi seperti ini pun ia masih memikirkan perasaan orang lain.

"Baiklah" ucap Dokter Jaya menyetujui, padahal sebelumnya ia berniat memberitahukan keadaan Raka pada keluarga Selin. "Saya akan menyiapkan segala persiapan yang dibutuhkan u tuk operasi" lanjutnya.

"Dok... boleh saya meminta satu hal lagi?" tanya Raka dengan tatapan memohon. Dokter Jaya hanya mengagukkan kepalanya mempersilahkan. "Bisa dokter pilihkan Rumah sakit diluar kota? Atau kalau perlu dikuar negeri sekali pun, saya takut kalau kita melakukan tindakan dirumah sakit disini orang-orang akan mengetahui kondisiku." Lanjutnya.

Dokter jaya terdiam sejenak untuk memikirkan di rumah sakit mana ia seharusnya merekomendasikan penyembuhan pasiennya itu. Ia kemudian beranjak dari duduknya dan melakukan panggilan yang entah pada siapa, Raka tidak tahu. Setelah selesai melakukan panggilan Dokter Jaya kembali menghampiri Raka dan menyampaikan bahwa ia telah menemukan Rumah sakit yang tepat untuk melakukan operasi padanya dan Raka langsung setuju saat mendengar perkataan sang dokter yang merekomendasikannya dirumah sakit yang berada dinegara lain.

"Sebelum kita berangkat kesana, kita harus memastikan kondisimu membaik dulu dan itu artinya kau harus dirawat dulu, mungkin sekitar dua hari." Ucap Dokter Jaya menyarankan. Raka tampak setuju saja pada usulan sang dokter tanpa bantahan sedikit pun.

[Sayang, aku harus keluar kota untuk beberapa hari ke depan mengurus sesuatu. Kamu baik-baik disini yah... dan jaga kesehatan mu. Salam sama mama papa kamu.

I'll always Love you]

Isi pesan Raka pada Selin sebelum ia berangkat ke rumah sakit untuk menjalani perawatan sebelum berangkat ke rumah sakit yang direkomendasikan Dokter Jaya di luar negeri.

Raka menjalani perawatan selama dua hari dirumah sakit yang sebelumnya ia tempati saat kecelakaan lalu, dan selama dua hari itu pun berbagai gejala telah ia alami dan malah lebih parah dari sebelum-sebelumnya. Hingga tiba saatnya ia berangkat untuk menjalani pengobatannya tanpa diketahui oleh siapa pun, hanya ia dan Dokter Jaya serta pihak rumah sakit tempatn6a akan melakukan pengobatan yang mengetahui hal tersebut.

*****

Dua minggu Raka menghilang bagaikan ditelan bumi tanpa ada seorang pun yang tahu keberadaannya membuat orang-orang menjadi begitu cemas dan khawatir padanya terlebih pada keluarganya dan keluarga Selin.

Apalagi hanya tinggal menghitung hari mereka akan melangsungkan pertunangan mereka yang persiapannya telah rampung. Hingga di tiga hari sebelum acara pertunangannya, Raka datang menemui kedua orang tua Selin dengan keadaan yang jauh dari kata baik-baik saja. Kedua orang tua Selin begitu terkejut melihat keadaan calon tunangan putri mereka. Raka datang dengan wajah pucatnya dan tubuh yang lebih kurus dari yang terakhir mereka ingat.

"Sayang, kamu kemana saja?" tanya Mama Sophia khawatir melihat keadaan Raka. " dan ada apa dengan keadaanmu ini?"

"Ma...Pa... maaf, Raka baru bisa menemui kalian" ucap Raka dengan suara seraknya sambil menundukkan kepalanya. Selama ia menghilang ia telah memikirkan baik-baik keputusan yang akan ia ambil ini dan ia berharap kedua orang tua gadis yang teramat ia cintai ini bisa mengerti dan menerima keputusannya nanti.

"Nak... kamu sakit?" tanya Papa Chandra penuh perhatian. Raka tetap menundukkan kepalanya tak berani menghadap pada pasangan yang berada didepannya yang telah ia anggap sebagai kedua orang tuanya sendiri.

Raka menarik napas pelah untuk menenangkan dirinya yang tiba-tiba dilanda perasaan sesak yang hebat. "Maaf... maafkan Raka yang tidak akan bisa membahagiakan anak kalian" ucap raka dengan suara bergetar. Kedua orang tua Selin hanya mampu terdiam mencoba mencerna ucapan yang baru saja disampaikan oleh calon menantu mereka itu.

"Maksud kamu dengan tidak bisa membahagiakan Selin lagi itu apa?" tanya mama Sophia dengan perasaan cemas, berbagai pikiran negatif seketika menyerangnya dan mengaitkannya dengan kehilangan Raka selama dua minggu lebih ini.

"Kalau yang kalian takutkan Raka memiliki wanita lain, kalian tidak perlu khawatir. Bahkan dalam mimpi sekalipun Raka tidak pernah berniat melakukan hal sekeji itu pada Selin" ucap Raka yang merasa memahami pikiran kedua pasangan paruh baya di depannya itu.

Kedua orang tua Selin tanpa sadar menghela napas lega karna apa yang mereka pikirkan barusan tidak terjadi.

"Lalu, apa maksud dari ucapanmu itu?" tanya Papa Chandra.

Raka merogoh saku jaketnya dan meletakkan amplop yang ber-Kop rumah sakit dari luar negeri. Papa Chandra langsung meraih amplop tersebut segera memeriksa isinya. Ia terdiam sesaat setelah membaca isi dari kertas yang ia pegang itu dan mengalihkan pandangannya pada Raka yang sekarang telah menatap kearahnya.

"Ini...." Papa Chandra tidak sanggup melanjutkan kata-katanya dan menatap kearah Raka dengan pandangan tidak percaya. Mama Sophia yang belum mengetahui isi dari kertas yang dibaca suaminya itu langsung merebut kertas tersebut dan membaca isinya. Tak jauh berbeda dengan reaksi sang suami, ia pun dibuat terkejut dengan informasi yang baru saja ia baca. Ia tidak pernah mengira kalau selama dua minggu lebih ini calon menantunya itu mengalami situasi yang sangat buruk.

"kenapa kamu tidak memberi tahukan kepada kami tentang kondisimu?" tanya Mama Sophia dengan suara serak menahan tangisnya.

"Maaf... Raka tidak bisa menjaga Selin lagi... Raka tidak mau jika sampai Selin mengetahui kondisi Raka yang sebenarnya" hanya itu yang bisa Raka katakan, ia pun tidak pernah mengira semua ini akan terjadi padanya, pada hubungan mereka.

"Lalu, apa yang akan kamu lakukan? Bagai mana perkembangan pengobatanmu?" tanya Papa Chandra. Mama Sophia saat ini tidak bisa lagi menahan isakannya dan mulai terisak dengan hebatnya. Beruntuk mereka sekarang berada di Private Room salah satu restoran langganan mereka.

"Raka menemui kalian hanya untuk meminta izin kalian untuk pergi dari kehidupan Selin, karna Raka tidak sanggup jika harus melihat Selin Menghawatirkan Raka. Dan kalian bisa melihat sendiri bagaimana keadaan Raka saat ini, Raka tidak bisa mengatakan kalau keadaan Raka saat ini baik-baik saja. Raka tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Selin " ucap raka sedih, ia pun tidak tau apakah ia akan sembuh dari penyakitnya ini atau tidak. Jadi ia harus mengambil keputusan tersebut.

"Apa tidak ada pilihan lain? Kita bisa mengobatimu bersama-sama" ucap Papa Chandra memberi usul. Raka menggelengkan kepalanya menolak usulan sang calon mertua.

"Tidak Pa..., Raka tidak bisa..." ucap raka sambil menggelengkan kepalanya yang kembali tertunduk. " dan Raka mohon sama kalian untuk tidak memberitahukan hal ini pada Selin" lanjutnya penuh permohonan.

Kedua orang tua Selin sesungguhnya sangat tidak setuju dengan keputusan yang diambil Raka, tetapi mereka tidak punya hak sedikit pun untuk melarangnya. Mereka bisa mengerti apa yang dirasakan oleh pemudah itu.

'Tuhan semoga Selin bisa menerima kenyataan ini'. Doa Mama Sophia dalam hati.

"Kalau begitu Raka pamit, raka harus kembali menjalani perawatan" ucap Raka pamit.

"Kapan kamu akan berangkat?" tanya Mama Sophia " apakah kami bisa mengantarmu ke bandara?" lanjutnya.

"Nanti malam, Raka akan sangat senang kalau kalian ingin mengantar kepergian Raka" jawab Raka dengan perasaan terharu karna setelah menyampaikan keputusan yang ia ambil untuk meninggalkan putri mereka, sikap mereka tetap tidak berubah padanya.

Sekali lagi Raka pamit dan kemudian beranjak dari duduknya dan meninggalkan pasangan paruh baya itu dengan perasaan berat.