Kedua mantan kekasih itu kembali melepaskan pelukan mereka, dan tanpa sengaja Raka menoleh kearah belakang dan melihat Dion yang sedang menatap kearah mereka. Raka tersenyum kearah Dion dan memberi isyarat pada lelaki tersebut dengan anggukannya untuk menghampiri mereka.
Dion yang mengerti isyarat yang diberikan oleh Raka tampak ragu, tetapi ia tetap beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri meja mereka.
"Dion ada disini" bisik Raka yang seketika membuat tubuh Selin menegang mendengar bisikan Raka yang mengatakan bahwa sang calon suami ada ditempat itu.
Selin buru-buru membuat jarak antara dirinya dan Raka agar Dion tidak berpikiran macam-macam terhadap mereka yang sebenarnya hanya sia-sia saja karna Dion telah mengawasi mereka sejak tadi. Sementara Raka hanya terkekeh geli melihat tingkah laku Selin yang tiba-tiba gugup dan setelahnya ia beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke kursi yang semula ia tempati yang berhadapan dengan Selin.
Tak berapa lama, Dion telah sampai di meja mereka dan mengambil tempat duduk di sebelah Selin di kursi yang baru saja di tempati oleh Raka setelah raka mempersilahkannya duduk melalui bahasa isyarat.
"Kita belum berkenalan secara resmi" ucap Raka ramah setelah Dion duduk nyaman di tempatnya sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman. "Raka, dan saya rasa kamu sudah tau siapa aku sebenarnya" lanjutnya menyebutkan namanya.
"Dion" ucap Dio menyambut uluran tangan Raka, " dan sepertinya kamu juga sudah tau siapa aku sebenarnya" lanjutnya meniru perkataan Raka yang dibalas oleh Raka dengan anggukan dan senyum yang belum luntur dari wajahnya.
"Ya... Mama Sophia banyak menceritakan tentangmu setelah kalian menerima perjodohan ini" ucap Raka jujur menimpali perkataan Dion.
"Sepertinya kalian cukup dekat" ucap Dion, ada sedikit perasaan cemburu di hatinya saat mengetahui bahwa calon mama mertuanya ternyata memiliki hubungan yang cukup dekat dengan mantan kekasih putri semata wayangnya.
Raka terkekeh saat menangkap nada cemburu dari ucapan Dion. "ya... kami cukup dekat mengingat kedua orang tuaku tidak tinggal dikota ini, jadi tentunya aku lebih sering bersama kedua orang tua Selin dari pada kedua orang tuaku. Dulu kami punya agenda khusus setiap hari libur untuk menghabiskan waktu bersama, entah itu untuk berlibur atau hanya sekedar mengadakan pesta kecil-kecilan dirumah" jawab Raka. "Iya Sel?" tanyanya pada Selin yang sedari tadi hanya terdiam memperhatikan mereka.
"Ah... i...iya.." jawab Selin tergagap.
Tak ingin membuat suasana berubah menjadi canggung, Raka mengalihkan topik pembicaraan mereka ke hal-hal yang lebih ringan dan berbagai hal tentang pekerjaan masing-masing.
Raka dan Dion ternyata memiliki kepribadian yang hampir sama, mereka sama-sama cepat berbaur dengan orang-orang yang baru mereka kenal tanpa rasa canggung sedikit pun.
Selin kembali terdiam dan hanya menyaksikan interaksi antara Calon suami dan mantan kekasihnya itu seketika dilanda perasaan rindu saat melihat senyuman Raka yang masih sama seperti dulu. Tidak ada yang berubah dari mantan kekasihnya itu selain wajah yang terlihat semakin dewasa namun tampak lebih tirus dari terakhir yang ia ingat.
****
Langit telah menggelap saat mereka memutuskan untuk menyudahi pertemuan mereka, Raka pamit lebih dulu dengan alasan ia harus mengurus beberapa hal mengenai pekerjaannya. Sedangkan Dion memutuskan untuk langsung mengantar Selin kembali ke kediamannya.
"Jadi?" tanya Dion mengalihkan pandangannya sejenak dari arah depan ke arah Selin dan kembali mengalihkan pandangannya kearah jalanan di depannya.
Selin mengernyitkan keningnya tidak mengerti dengan pertanyaan dari calon Suaminya itu. "Maksudmu?" tanya Selin menyuarakan kebingungannya.
"Maksudku, apa masalah kalian telah terselesaikan?" ucap Dion memperjelas pertanyaannya.
"Ya... Raka sudah menjelaskan semuanya, dan ternyata hanya aku yang tidak tahu apa-apa dengan hal ini. Mereka membiarkanku dengan ketidaktahuanku, hingga aku membencinya dengan alasan yang salah" jawab Selin setengah kesal terhadap orang-orang yang menyembunyikan kebenaran tersebut darinya, termasuk kedua orang tuanya.
"Yang penting sekarang kamu bisa melanjutkan hidupmu seperti keinginan mereka" ucap Dion meraih tangan mungil Selin yang berasa di pangkuannya dan meremasnya pelan dan memberi ketenangan terhadap Selin. Selin mengangguk mengiyakan perkataan Sang calon suami.
" Tolong bangunkan aku setelah kita sampai" ucap Selin sambil menyamankan posisinya. Hari ini terasa melelahkan baginya dengan berbagai kenyataan demi kenyataan yang terungkap padanya. Mulai dari pertemuan tak terduganya dengan sang mantan kekasih, perlakuan sang mama yang tampak tak berubah padanya hingga akhirnya kenyataan yang selama ini disembunyikan darinya tentang alasan kepergian Raka dimasa lalu, serta penyakit Raka yang sampai sekarang masih harus ditopang dengan berbagai obat-obatan untuk mencegah hal-hal yang tidak dinginkan, dan jangan lupakan kenyataan tentang dugaan Selin yang sebelumnya yang mengira Raka telah berbahagia dengan keluarga kecilnya yang ternyata adalah istri dan anak dari salah satu dokter yang menangani kondisi Raka sendiri.
"Tidurlah... aku akan membangunkanmu saat sampai dirumah nanti" jawab Dion sambil mengelus kepala Selin dengan perasaan Selin. Ia bisa mengerti dengan apa yang tengah dirasakan oleh Sang calon istri tercintanya itu.
Dion kembali terfokus pada jalanan di depannya setelah memastikan Selin telah nyaman dengan posisi tidurnya.
Ia sesekali memikirkan percakapannya tadi dengan Raka saat Selin pamit pada mereka u tum ke toilet sebentar.
"Tolong jaga Selin, saya tau kamu adalah orang yang tepat untuknya" ucap Raka mantap "Saya sangat menaruh harapan pada mu untuk membahagiakannya, sudah cukup penderitaan yang dia lalui selama ini akibat kepergianku" lanjutnya sambil menundukkan kepalanya dengan perasaan menyesal.
"Kamu tenang saja, aku berjanji akan menjaganya dan memastikan kebahagiaannya" jawab Dion mantap dengan penuh kesungguhan.
Raka yang mendengar ucapan penuh kesungguhan Dion hanya mampu menggelengkan kepalanya. "Dulu saya juga pernah menjanjikan hal itu. Berjanji akan menjaganya dan memastikan kebahagiaannya, namun semua itu tidak bisa saya tepati" ucap Raka masih menundukkan kepalanya "jangan pernah menjanjikan hal tersebut pada Selin, kau hanya perlu membuktikannya saja" lanjutnya.
Dion terdiam mendengar perkataan Raka, ia kemudian tiba-tiba teringat dengan pertemuan pertamanya dengan Selin dan Selin mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan oleh Raka barusan yang menyuruhnya untuk tidak menjanjikan apa pun.
Kini Dion mengerti mengapa dulu Selin mengatakan hal tersebut, ternyata ia pernah dijanjikan hal yang sama tapi orang yang menjanjikan hal tersebut tidak bisa menepatinya.
"Tolong... jaga Dia" ucap Raka lagi dan beranjak dari duduknya berniat undur diri lebih dulu "Saya percaya kamu bisa membawa kebahagiaan padanya" lanjutnya sambil menepuk pelah bahu Dion sebelum benar-benar meninggalkan tempat tersebut.
Dion tersadar dari lamunannya dan kembali mengalihkan pandangannya menatap kearah Selin yang tengah tertidur dengan wajah yang tampak lelah.
Selin adalah sosok yang tampak tegar namun sebenarnya adalah sosok yang sangat rapuh dan Dion bersumpah pada dirinya sendiri untuk memastikan kebahagiaan Selin walau harus mempertaruhkan kebahagiaannya sendiri.
Dion kembali mengusap pucuk kepala Selin dengan perasaan sayang yang sangat tampak dari tatapannya.