Siang ini Selin tampak anggun dengan balutan gaun pengantin berwarna salemnya, gaun yang memiliki potongan sederhana dengan pita besar di bagian belakang sebagai pelengkapnya. Rambutnya ia tata dengan sanggul sederhana. Sedangkan disampingnya berdiri sosok Dion dengan balutan Tuxedo yang berwarna senada dengan gaun yang dikenakan oleh Selin dengan gagahnya sambil memeluk pinggang ramping Selin.
Resepsi pernikahan mereka di adakan disalah satu Resort yang dikelola oleh Lawang Group yang memiliki taman yang cukup luas yang memang disediakan untuk acara-acara seperti ini yang bertema Garden Party.
Dari arah depan Raka tampak berjalan menghampiri mereka dengan senyum mengembang yang tercetak sempurna di wajahnya.
"Selamat atas pernikahan kalian" ucap Raka sambil mengulurkan tangannya ke arah Dion untuk bersalaman.
"Terima kasih" jawab Dion sambil menyambut uluran tangan Raka.
Kali ini tatapan Raka beralih kearah Selin yang juga sedang menatap kearahnya. Mata Selin tampak berkaca-kaca menatap mantan kekasihnya itu, ada rasa sesak yang tiba-tiba merasukinya.
"Give me a hug" ucap Raka sambil membuka tangannya untuk meminta pelukan dari sang mantan kekasih dan tak menunggu lama, Selin langsung menghambur kedalam pelukan Raka dengan tangisannya yang seketika pecah. Ia tidak sanggup lagi menahan tangisannya dan langsung menumpahkannya pada dada bidang Sang mantan kekasih. Raka mengelus pelah punggung Selin untuk memberikan ketenangan.
"Selamat... aku yakin kalian adalah pasangan yang diciptakan untuk satu sama lain... aku akan selalu berdoa untuk kebahagiaan kalian..." bisik Raka tanpa melepaskan pelukannya "Aku yakin Dion akan menjamin kebahagiaan mu" lanjutnya sambil menoleh kearah Dion yang berdiri di samping mereka. Dion mengangguk jawaban bahwa ia akan selalu menjamin kebahagiaan Selin–istrinya.
"Kamu juga harus bahagia, aku yakin diluar sana ada seseorang yang telah menantimu" ucap Selin disela isakannya di dada bidang Raka. Raka hanya mengangguk mengiyakan ucapan Selin tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Aksi pelukan mereka disertai isakan Selin yang sedikit keras disaksikan oleh para tamu undangan yang hadir, mama Sophia yang duduk di meja yang disediakan untuk keluarga mempelai tak bisa menahan isakannya yang tiba-tiba pecah saat melihat Raka, lelaki yang sangat mencintai putrinya dan sudah ia anggap seperti anak sendiri memeluk Selin dengan begitu eratnya. Mama Sophia berharap jika suatu hari nanti Raka akan mendapatkan kebahagiaannya.
Setelah tangisannya reda dan merasa keadaannya sudah sedikit tenang, Selin melepaskan pelukannya pada Raka, Raka menghapus bekas air mata yang masih tersisa dipipi Selin.
"Jangan nangis, nanti riasanmu luntur" ucap Raka, tangannya masih setia menghapus jejak air mata Selin dan merapikan rambut Selin tang sedikit berantakan. "Kamu ngga malu nangis di liatin sama suamimu?" lanjutnya dengan nada sedikit menggoda. Selin memasang wajah cemberut dan memukul pelah lengan Raka mendengar godaan dari mantannya itu.
Selin mengalihkan pandangannya ke arah Dion–Suaminya, dan menarik lengan Dion agar mendekat kearahnya dan langsung memeluk lengan kokoh Dion setelah suaminya itu berada tepat di sampingnya.
"Wah.... lagi pada bahas apa nih?" tanya Cerry yang baru saja datang bersama sang tunangan–Farukh. "Loh... Sel, kamu habis nangis?" tanyanya lagi saat melihat jejak air mata yang masih tersisa di wajah Selin.
"Ngga apa-apa kok" jawab Selin sambil berusaha menghilangkan jejak tangisan diwajahnya. Dion membantu Selin merapikan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan. "Kalian kapan nyusul kami?" tanya Selin pada pasangan yang baru datang itu untuk mengalihkan pembahasan mereka.
"Kami sepakat meresmikan hubungan kami 3 bulan dari sekarang" jawab Cerry ceria, "dan Raka, kapan kamu bawa pasangan kamu?" tanya Cerry pada Raka dengan alis yang naik–turun.
"Pasangan apaan? Ngga ada" jawab Raka sewot karna tau kalau Cerry hanya menggodanya.
"Tuh Tim Marketing kamu jomblo loh.. kamu ngga ada niat deketin gitu?" tanya Cerry sambil menunjuk ke salah satu meja undangan yang berisi beberapa staf dari kantor lama Selin yang berada tak jauh didepan mereka. Dan dari yang mereka lihat, Tim Marketing yang berada di meja tersebut hanya Mbak Anggi dan Dewa.
"Maksudmu mbak Anggi?" ucap Selin dengan alis berkerut, Sedangkan Raka masih setia menatap kearah salah satu Tim Marketing nya itu yang tengah asik berbincang dengan rekan-rekannya.
Cerry mengerling kearah Selin untuk memberi kode padanya dengan mengarahkan dagunya kearah Raka sambil tersenyum jail. "Jadi gimana? Udah ada pertimbangan?" tanya Cerry lagi karna belum mendapatkan respon dari Raka yang saat ini masih fokus memandang kearah orang wanita yang mereka bahas.
Merasa diperhatikan, Mbak Anggi mengalihkan pandangannya dari rekan-rekannya kearah depan dan pandangannya bertubrukan dengan Raka, Mbak Anggi hanya tersenyum simpul sambil menganggukkan kepalanya pada Sang Manajer baru yang baru ia ketahui adalah mantan kekasih dari Sang Manajer lama. Sungguh, dunia itu sempit, pikir Mbak Anggi. Mbak Anggi memutus lebih dulu tatapan mereka dan kembali terfokus pada rekan-rekannya yang berada dimejanya.
"Raka... Raka..." panggil Cerry sambil memukul pelan lengan Raka. " jadi gimana?" tanya Cerry lagi mengulang pertanyaannya.
"Gi...gimana apanya?" tanya Raka bingung dengan pertanyaan Cerry.
"Itu si Mbak Anggi, gimana?" tanya Cerry gemas dengan jawaban Raka.
"Dia baik, pekerjaannya juga selalu memuaskan selama seminggu ini" jawab Raka.
"Aku bukan nanya soal performa kerjanya, yang aku tanya kamu ada niat ngga buat deketin dia" ucap Cerry lagi yang bertambah gemas, Raka memang tidak pernah berubah, pikirnya.
"Astaga... Cer, aku baru kenal dia seminggu... SEMINGGU, dan kamu udah nanya aku ada niat deketin dia atau tidak?" ujar Raka menggeleng tidak percaya pada temannya ini "Farukh, sebaiknya cepeten deh resmi in hubungan kalian, supaya dia ngga ada waktu buat mengurusi masalah percintaan ku" lanjutnya sambil menatap kearah Farukh. Farukh hanya mengangguk tanpa membalas ucapan Raka.
"Jangankan seminggu, orang baru ketemu beberapa jam aja udah bisa langsung jatuh cinta, apalagi kamu yang udah kenal sama mbak Anggi seminggu. Itu SANGAT mungkin" balas Cerry tak mau kalah.
Raka menghela nafas kesal pada teman ngototnya ini. Sedangkan orang-orang yang berdiri bersama mereka hanya diam menikmati perdebatan tidak berfaedah dirinya dengan Cerry dengan tawa yang berusaha mereka tahan sekuat mungkin. Melihat hal itu Raka malah bertambah kesal dibuatnya.
"Kalian ngga ada niat gitu buat bela aku?" tanya Raka sedikit kesal pada pasangan pengantin baru itu yang sedari tadi hanya diam.
"Ngga ada salahnya kan kamu deketin Mbak Anggi?, dia juga orangnya baik kok. Dan yang lebih PENTING dia masih sendiri alias Jomblo." Ucap Selin santai. Cerry memberi acungan dua jempol kearah Selin menyetujui ucapannya sambil tersenyum menang kearah Raka.
"Sel, Really? Kamu ngedukung Cerry?" tanya Raka tidak percaya setelah mendengar apa yang baru saja di ucapkan oleh sang mantan kekasih. Selin hanya mengedikkan bahunya cuek menanggapi pertanyaan Raka.
Dalam hati ia hanya menginginkan kebahagiaan dari mantan kekasihnya itu. Selin sadar, selama ini bukan hanya dia yang terluka, bukan hanya dia yang tersiksa. Raka pun merasakan hal yang sama dengan apa yang selama ini Selin rasakan, dan sangat tidak adil bagi Raka jika pada akhirnya hanya Selin yang bangkit dan merasakan kebahagiaan yang baru. Raka pun berhak bahagia dengan kehidupan barunya ini. Pikir Selin sambil menatap sendu pada sang mantan kekasih yang masih sibuk berdebat dengan sahabatnya itu.