"Hah? Apa benar yang kudengar ini? Kau mau makan siang bersamaku di kantin perusahaan?" Dalton tentu saja bertanya-tanya. Axton biasanya makan siang di ruangannya sendiri atau di restoran mewah.
"Kenapa tidak? Tidak salahnya 'kan kalau aku berbaur dengan karyawanku sendiri." jawaban Axton masuk akal. Tapi Dalton masih tak percaya tiba-tiba Axton mau makan di kantin.
Dia tersenyum saat mengingat si karyawan baru. "Oh Axton, kawan baikku." pria itu berangsur merangkul bahu Axton.
"Kau memang ingin berbaur atau mau bertemu dengan karyawan baru itu heh?" goda Dalton telak.
"A-apa maksudmu, ak- aku tidak..." Dalton menaruh telunjuknya di bibir Axton.
"Sudah jangan bohong, aku akan selalu mendukungmu untuk mendekatinya. Go Axton Go!" seru Dalton.
Jika saja Dalton bukan sahabatnya mungkin saja Axton akan menghajar Dalton tapi pria yang sering menggodanya itu adalah sahabat terbaik bagi Axton. Dia selalu berada di samping Axton baik suka maupun duka.
Dalton jugalah orang yang menyemangati Axton saat kedua orang tuanya berpisah kala itu. Itulah sebabnya dia menjadi salah satu kepercayaan Axton selain Cody.
Jam makan siang, kantin dipenuhi banyak karyawan yang makan siang. Pitaloka dan Wenda pun berada di tempat tersebut. "Kelihatannya makan di sini enak," kata Pitaloka sambil melihat menu makan siang di kantin tersebut.
"Kau mau yang mana Wenda?" tanya Pitaloka.
Wenda memandang beberapa menu makanan dan memilih dua dari banyaknya menu yang tersedia.
Keduanya berjalan menuju meja kosong untuk makan. "Selamat makan," ucap keduanya serempak kemudian memakan makanan mereka dengan lahap.
Kantin yang bising semakin ribut saat semua karyawan wanita menjerit melihat Axton Denzel tiba-tiba saja masuk bersama sahabatnya, Dalton.
Wenda dan Pitaloka tidak memusingkan hal tersebut bahkan saking fokusnya makan mereka tak menyadari kalau Axton berada di ruangan yang sama dengan mereka.
Mereka berdua mengisi meja yang tepat berada di belakang meja Wenda sementara karyawan yang awalnya duduk di tempat tersebut mencari tempat duduk lain karena mendahulukan Axton sebagai pimpinan mereka.
Axton mencuri-curi pandang dan kembali memusatkan perhatian pada makanannya. Dalton sadar dengan sikap Axton hanya tersenyum. "Hei Axton," panggil Dalton.
Axton hanya menggumam tak jelas sebagai jawaban. "Kau mau tidak kupanggilkan wanita itu?" Axton hampir menyemburkan makanannya karena perkataan Dalton.
"Apa kau gila?! Dia sedang makan sekarang, tak baik kalau kita mengganggunya." omel Axton.
"Ya, dari pada kamu curi-curi pandang begitu. Lebih baik kita panggil saja dia." Axton hanya menyeringit kesal dan melanjutkan makanannya tak berselera karena selalu digoda oleh Dalton.
Dari pada mendengar celotehan Dalton, lebih baik Axton saling chat dengan Wenda. Dia mengeluarkan ponselnya dan menulis chat untuk Wenda.
'Wenda, kalau makan perlahan dong jangan cepat begitu nanti kau tersedak bagaimana?' Wenda sontak saja terbatuk-batuk mengejutkan Pitaloka yang segera menyodorkan air minum untuknya.
Axton juga terkejut melihat Wenda terbatuk-batuk namun hanya beberapa detik dia bisa merubah ekspresinya tenang kembali karena Pitaloka sigap memberi istrinya itu minum. "Terima kasih," ucap Wenda.
"Ya sama-sama." balas Pitaloka.
'Dari mana kau tahu aku makan cepat?' tulis Wenda dalam chatnya.
'Aku di belakangmu sekarang, kau tak apa-apa?'
'Yah, aku tak apa-apa. Jangan menengok ke belakang.' Wenda mengkerutkan dahi membaca chat dari Axton.
'Kenapa?'
'Kalau kau menengokku, Dalton akan banyak omong. Aku bersamanya sekarang.' Wenda tergelak membaca chat tersebut.
'Makan yang banyak ya, jangan begitu lagi kau tahu aku hampir saja menghampirimu karena melihat kau tersedak beruntung kau mempunyai teman yang baik.'
'Yah, aku tahu.' Pitaloka mengangkat wajahnya dan sadar kalau Axton berada di belakang mereka. Sebelum dia mengatakan pada Wenda, Brenda datang dan duduk di samping Axton.
Pitaloka mencebik kesal melihat tingkah Brenda yang sok akrab dengan Axton. "Hei Wenda lihat itu," Wenda menoleh dan menemukan Brenda sedang duduk bersama dengan Axton.