"Kita akan mati jika bekerja dengannya. Ya Tuhan, kenapa kau memberikanku nomor genap? Aku pasti sial hari ini." gumamnya menyesal lagi.
"Hari ini hanya sampai di sini dulu. Besok kalian akan mulai bekerja. Silakan bubar." Para karyawan baru akhirnya keluar dari perusahaan begitu juga dengan Wenda dan Pitaloka.
"Setelah ini kau langsung pulang?" tanya Pitaloka pada Wenda.
"Iya sih, sudah tak ada lagi kegiatan." jawab Wenda sekenanya.
"Temani aku ya, di mall dulu aku mau membeli sesuatu." pinta Pitaloka.
"Baiklah. aku juga tak punya kegiatan di rumah."
💘💘💘💘
Axton terus mengetik chat yang di balas oleh Wenda. Istrinya itu sedang pergi bersama teman barunya pergi ke mall. Axton lalu menawarkan Wenda makan siang bersamanya.
Awalnya Axton ragu jika Wenda menerima ajakannya. Namun, dia begitu terkejut saat melihat balasan chat Wenda yang menerima ajakannya. Tanpa berlama-lama, pria itu memakai jasnya dan memperbaiki penampilannya di cermin yang terdapat di ruangannya.
Cody yang berada di luar nampak terkejut dengan Axton yang bergerak keluar dari ruangan. "Tuan, apa kau ingin keluar?" tanya Cody sopan.
"Ya, aku akan makan siang dengan Wenda cepat siapkan mobil."
"Baik Tuan." Begitu Cody beranjak, Dalton menghampirinya tiba-tiba.
"Axton, kau mau kemana? makan siang? Denganku ya?" pinta Dalton.
"Tidak, aku punya urusan penting aku pergi dulu ya!" Axton berjalan terburu-buru meninggalkan Dalton yang kebingungan melihat sifatnya. Tak seperti biasanya Axton seperti itu.
"Kau serius belum mau pulang?" tanya Pitaloka pada Wenda.
"Ya, aku baru ingat aku punya urusan penting." jawab Wenda.
"Oh kalau begitu sampai jumpa besok di kantor,"
"Baiklah," begitu Pitaloka meninggalkan dirinya sendirian, seorang pria menghampiri Wenda.
"Nyonya Wenda," Wenda menoleh pada Cody yang tiba-tiba saja berada di tempat itu.
"Silakan ikuti saya Nyonya," lanjut Cody. Wenda menurut saja ketika Cody mengarahkan dia ke restoran.
Begitu mereka masuk, dia melihat Axton berbicara dengan seorang pelayan. Axton tersenyum saat melihat Wenda menghampirinya. "Kau cepat sekali datangnya,"
"Apa aku salah karena datang cepat?" Wenda menggeleng sambil tersenyum simpul. Pelayan datang membawa dua nampan berisi makanan.
"Ini makanannya Tuan silakan dinikmati." ujar si pelayan. Wenda melebarkan matanya melihat nasi goreng yang enak di hadapannya.
"Aku tahu kau tak suka dengan makanan yang baru jadi aku membawakanmu nasi goreng, kau suka?" Wenda mengangguk mantap.
"Aku juga suka sama restorannya, bagus sekali. Tapi kenapa tak ada orang sama sekali?" tanya Wenda bingung karena mereka hanya berdua dan tak ada seorang pelanggan pun selain mereka.
"Aku menyewa satu restoran ini," sesuai dugaan Wenda Axton membuang uangnya dengan sesuatu yang tak berguna, lagi.
"Jadi Wenda setelah kita makan siang, kau ingin ke mana?"
"Aku ingin pulang, aku mau istirahat." jawab Wenda.
"Axton, kau tahu tidak? Dari tadi setelah melakukan tour kami di suruh memilih atasan baru dengan bola berangka ganjil dan genap. Aku mendapat bola genap dan atasanku dari wajahnya galak semua teman-temanku juga merasa begitu." cerita Wenda antusias.
"Yah mungkin saja kau baru mengenalnya siapa tahu dia atasan yang baik hanya saja wajahnya yang kelihatan galak." balas Axton mencoba memberi pengertian.
"Aku harap juga begitu," sahut Wenda cemas.
"Sudahlah jangan cemas, kalau kau diperlakukan tak baik bilang saja padaku. Aku pasti akan menghukumnya." kata Axton sambil menggenggam lembut tangan Wenda yang berada di atas meja.
Darah Wenda berdesir saat Axton menyentuh tangannya dan hal yang sama terjadi pada Axton. Keduanya sama-sama saling diam, wajah keduanya merona dan menatap malu-malu satu sama lain.
Wenda melepaskan tangannya saat dia tersadar. "Terima kasih," ucapnya mengusir kecanggunggan yang terjadi antara dirinya dan Axton.
"Sama-sama." balas Axton berusaha menenangkan jantungnya yang berpacu.