Masih dalam keadaan menjabat tangan, mata keduanya masih bertentangan membuat semua wanita yang berada di ruangan itu iri, kecuali Pitaloka dan Dalton tersenyum melihat keduanya.
Wenda memalingkan wajahnya yang merah padam menyadarkan Axton yang lalu melepas jabat tangan tersebut. Axton menggaruk kepalanya karena suasana canggung yang tercipta diantara dirinya dan Wenda, tak seperti biasanya Axton bertingkah seperti itu.
"Maafkan ... aku ... jika..."
"Tak apa-apa Tuan." sela Wenda berusaha untuk menenangkan jantungnya. Axton terlihat lucu saat dia membuka mulutnya ingin mengucapkan sesuatu namun tak jadi berulang-ulang kali dia melakukan hal tersebut dan sering juga dia menghela napas panjang sebelum akhirnya mengatakan.
"Maaf, aku ... harus..." belum menyelesaikan perkataannya Axton segera keluar dari ruangan tersebut meninggalkan semua orang dengan terburu-buru. Dalton yang awalnya tergelak berjalan keluar mengejar Axton yang salah tingkah.
Wenda masih nampak syok langsung terduduk begitu saja. 'Jadi, ini adalah perusahaannya?! Astaga kok aku bisa lupa kalau nama belakang Axton itu adalah Denzel?! Wenda kau bodoh! Bodoh sekali'
"Cieee!" ucap Pitaloka menggoda Wenda sambil menyenggol bahu wanita itu.
"Yang disuka sama Presiden nie," lanjutnya. Wenda memperlihatkan raut wajah kesal pada Pitaloka yang cengengesan.
"Apaan sih?!" delik Wenda marah karena Pitaloka menggodanya.
"Ayolah jangan malu-malu, kau juga suka 'kan sama Presiden dan sepertinya dia juga suka sama kamu. Kalian itu jatuh cinta pada pandangan pertama." goda Pitaloka lagi yang memang benar perkataannya.
"Wenda!" panggilan Brenda membuat Pitaloka menegang begitu juga dengan Wenda.
"Ke ruangan saya sekarang!" perintah Brenda dingin. Wenda tak mengerti dia salah apa sampai-sampai dia di panggil oleh Brenda.
๐๐๐๐
Axton mendengus kesal saat Dalton dengan sengaja menyenandungkan sebuah lagu cinta dengan memandangnya aneh sengaja menggoda Axton.
"Bisakah kau diam?!" bentak Axton tiba-tiba.
"Kenapa? Aku 'kan bernyanyi bukan mengganggumu." balas Dalton. Axton menyeringit kesal dan berjalan secepatnya tapi Dalton tetap mengejarnya.
"Tadi aku melihatmu saat memegang tangan karyawan baru, aku baru melihat kau memandang wanita seperti itu wajarlah dia memang cantik dan sepertinya akan ada benih-benih cinta di antara kalian." Axton menghembuskan napas kasar.
"Terserah kau berpikir apa." sahut Axton.
๐๐๐๐
"Aku harap kau jangan terlalu percaya diri atau pun menganggap bahwa kejadian tadi bukanlah sebuah kebetulan. Presiden tak sengaja melakukan itu, jadi jangan pernah menyinggung kejadian tadi lagi." tegur Brenda.
"Saya mengerti Nona, maaf kalau saya lancang karena menjabat tangan Presiden lama." balas Wenda.
"Baguslah harusnya kau minta maaf pada Presiden. Hampir saja karena kau kita mendapat nilai yang buruk tapi tak apa-apa jangan lakukan hal itu lagi, mengerti?"
"Baik Nona," setelah berucap begitu Wenda keluar meninggalkan Brenda yang menatapnya tajam. Baru Wenda masuk tapi sudah menyita perhatian pada Axton, apalagi jika wanita itu terus berada di perusahaan ini bisa-bisa pujaan hatinya itu lebih suka pada Wenda bukan dia.
Menjengkelkan sekali karena dia yang baru bekerja sudah mendapat hati Axton, seorang Presiden yang datar dan terlihat tak tertarik dengan seorang wanita.
Tidak! Brenda tak boleh kalah dengan Wenda. Dia akan mengambil hati Axton walaupun dia harus menyingkirkan Wenda sekali pun.
Wenda menghampiri Pitaloka yang bermain dengan ponselnya sendiri, "Wen, dari tadi ponselmu bergetar terus sepertinya ada yang menelponmu."
Wenda mengambil ponselnya, segaris senyum ditunjukan wanita itu saat membaca chat Axton. 'Maaf aku salah tingkah di depanmu, aku sungguh terkejut melihat kau ada di perusahaanku. Kenapa kau tak bilang bahwa kau bekerja di perusahaanku?'
'Maafkan aku, kau tak punya waktu untuk mendengarkanku ceritaku begitu juga aku yang bodohnya tak tahu kalau ini perusahaanmu.' balas Wenda.
'Tak apa-apa-apa, dengan begini kita akan pulang bersama-sama setiap harinya dan aku akan selalu berada di dekatmu sepanjang waktu.'
'Oh ya, ngomong-ngomong kau cantik dengan baju yang aku pilih dan aku senang kau berdandan cantik untuk bertemu denganku.' Wenda tersipu malu membaca chat Axton.
'Kau juga sangat tampan.' puji Wenda. Axton dan Wenda terus saling berbalas chat dengan senyuman yang terus mereka tampilkan.