Elvira tertidur pulas malam itu, dia bahagia dengan mata barunya yang indah, begitu pula dengan Arlan yang bisa tertidur pulas setelah menjalani operasinya.
Kedua mimpi saling terhubung, perasaan dan rasa kasih sayang saling terhubung, saling bisa merasakan hangatnya dari rasa Cinta.
Sebuah pinky promise yang telah diucapkan oleh Elvira dan Arlan membuat mereka berdua menjadi tidak sabar untuk bertemu kembali.
************
"El, bangun sudah pagi kamu harus berkemas kemas, hari ini kamu akan pulang ke rumah kan?" Seru seorang wanita berambut hitam kecoklatan, yang tidak lain adalah ibu Elvira.
"Baik Bu......" Setengah mengantuk Elvira bangun dari tidurnya.
"Ini hari apa sih Bu?" Elvira bertanya dengan nada yang sedikit lemah.
"Ini hari Minggu." Elvira mengangguk dan turun dari ranjangnya, kali ini dia bisa kembali beraktifitas seperti semula setelah 1 tahun dia terbaring di kamar rumah sakit.
"Ayo sayang." Ibu Elvira menggenggam tangan putri satu satunya itu dan mengajaknya keluar rumah sakit.
"Wah, akhirnya aku sampai di rumah lagi." Elvira berlari turun dari mobil dan segera mengamati rumah mewah nan megah itu.
"Ayo masuk sayang." Ibu Elvira membukakan pintu untuk putrinya namun, kepulangan Elvira hari ini harus dilalui tanpa ayahnya, ayahnya sedang bekerja hari ini.
"Wah, aku rindu sekali dengan kamarku." Elvira segera berlari dan melompat ke atas kasurnya yang empuk itu.
"Sayang, Ibu berangkat kerja dulu ya, baik baik di rumah, ok." Ibu Elvira segera mengecup dahi putri nya, dan meninggalkan putrinya sendirian di rumah dengan pembantunya.
"Bi, aku titip Elvira ya." Ibu Elvira meninggalkan pesan kepada sang pembantu dirumahnya, dan segera berlalu pergi.
Sementara di tempat Arlan, Arlan belum diperbolehkan pulang hingga bekas jahitan yang ada di kepalanya sudah pulih.
Dia masih harus bersabar di rumah sakit, dia sangat ingin pulang dan menghampiri Elvira, dia sudah di rumah sakit hampir 2 tahun, dia sudah tidak sabar lagi ingin keluar dari rumah sakit dan bisa hidup Bebas layaknya anak pada umumnya.
Elvira kini bisa menjalani hari harinya seperti biasa, bersekolah bermain dan berjalan jalan seperti anak pada umumnya.
***********
"Non, non Elvira, bangun non." Pembantu yang bekerja di rumah Elvira membangunkan Elvira yang masih tertidur pulas di kasurnya yang nyaman.
"Apaan sih Bi." Elvira segera menutup telinganya dengan bantal dan kembali tidur.
"Non, bangun, hari ini non Elvira harus bersekolah kembali." Elvira segera bangun setelah mendengar kata bersekolah.
"Apa? Bersekolah?" Elvira segera berlari menuju kamar mandi, dia senang kini dia bisa berjalan dengan bebas tanpa menggunakan tongkat lagi.
Elvira bergegas turun untuk sarapan dan segera berangkat dengan menaiki mobil pribadi milik ayahnya.
Sesampainya di sekolah, semua mata melihatnya, dan Elvira tidak nyaman akan hal itu, dia tidak terbiasa diperhatikan seperti itu, dia merasa ada yang salah.
Ada apa? itulah yang dipikirkannya, dia merasa sangat malu untuk mengangkat kepalanya, hingga saat dia memasuki gerbang sekolah pun dia masih tetap tertunduk.
Hingga."Bruak........." Elvira menabrak seorang anak laki laki berseragam yang kelihatan sangat menakutkan, Elvira terduduk diam di depan anak itu.
"Hei kau bangun, apa yang sudah kau lakukan, kau menabrakku." Anak laki laki itu menarik tangan Elvira dan menyuruhnya berdiri.
"Maaf, maafkan aku." Elvira tertunduk dan tidak berani mengangkat kepalanya.
"Lihat aku, apakah minta maaf saja cu....kup." Anak laki laki itu segera melepaskan tangannya dari tangan Elvira, dia nampaknya tertarik dengan kecantikan Elvira dan mata birunya yang langka.
"Kau, siapa namamu? Apakah kau murid baru disini?" Anak laki laki itu bertanya kepada Elvira yang merasa ketakutan setengah mati.
"A aku Elvira Kayla, iya, aku murid baru disini." Elvira menjawab dengan sedikit ketakutan.
"Elvira? Nama yang bagus." Elvira bingung, kenapa sifat anak laki laki itu menjadi berubah seketika?
"M makasih." Elvira menjawab dengan perasaan yang campur aduk.
"Em...... kamu mau kemana?" Anak laki laki itu bertanya.
"Eh, aku mau ke kantor kepala sekolah." Elvira menjawab dengan nada yang sedikit malu dan takut.
"Oh, Boleh ku antar nggak? Oh iya, ngomong ngomong namaku Nikolas, senang berkenalan denganmu Elvira." Nikolas menjadi lebih ramah dari sebelumnya.
"Eh, boleh kok." Elvira menjawab dan Nikolas segera menarik tangan Elvira menuju ke kantor kepala sekolah yang akan ditujunya.
"Nah, sudah sampai, aku antar sampai sini aja ya El, moga kamu betah di sekolah ini." Nikolas meninggalkan Elvira yang masih berdiri di depan kantor kepala sekolah.