Faras tidak menjawab, dia malahan bertanya bagaimana caranya gue bisa mengajak dia dengan ijin orang tuanya. Sebab yang dia tau gue belum meminta maaf secara resmi atas batalnya pertunangan kita.
Gue kemudian menjelaskan jika gue sudah meminta maaf sama nyokap dan bokapnya, dimana bokpa dia juga hampir memberikan bogem mentah namun dihalangi oleh ibunya yang memberikan gue tamparan menyakitkan.
Faras menganggap angin lalu ajakan gue, padahal itu benar-benar serius dari hati gue dan keinginan nyata yang telah gue rasakan bagaimana bayangan hidup gue tanpa Faras ada didalam lembar ceritanya.
Sangat menyiksa dan gue merasa marah akan itu tiap kali memikirkan gue bukan siapa-siapa bagi Faras, yang boleh ikut campur tiap masalahnya.
"Begini doang udah bikin seneng. Nanti bawa aku kesini lagi ya,"Matanya berbinar senang memandangi jalan raya kecil melewati sawah terbentang.
Faras terlihat lebih hidup dan tidak terlihat seperti menahan diri, dia terlihat lepas.