Gue senang, sangat senang.
Faras menerima pinangan gue dengan mudah, gue kira akan menjadi sulit namun masalah gue, memerlukan ijin dari berbagai pihak. Dan Faras berkata meyakinkan, jika hubungan kita yang menjalani tidak perlu memikirkan orang lain.
Dia akan tetap memilih gue.
Gue terlalu senang sampai hampir melebihi batas jika saja Faras tidak sadar lebih dulu. Ketika gue melumat habis bibir lembut nan manis itu, dimana tanpa perintah tangan gue menyentuh kulit halus nan lembut miliknya kesenangan.
Sialan.
Itu terjadi di depan rumah Faras, orangtuanya tidak ada dirumah hari ini. Keduanya tengah ke rumah sakit untuk imunisasi pertama adik Faras. Dan dengan lancangnya Faras mencium gue, mengabulkan ucapakan melantur gue sebelumnya di dalam mobil.
Tentu, dengan itu gue langsung mengangkat tubuh ringannya keatas pangkuan gue untuk menciumnya lebih intens dan lebih agresif.