Chapter 12 - CHAPTER 12

Malam ini aku berjanji akan bertemu dengan Hani eonni dan Heechul Oppa. Sudah sekitar satu minggu lebih kita tak bertemu karena pekerjaan masing masing. Aku sibuk dengan pekerjaanku di kantor belakangan ini, Hani eonni memiliki jadwal pemotretan dan peragaan busana yang tak kalah padat, dan Heechul Oppa tengah sibuk meneruskan bisnis keluarganya, maka dari itu, kami tak punya waktu sedikitpun untuk bertemu. kali ini kami berusaha menyempatkan diri untuk bisa bertatap muka dan mengobrol sebentar.

Aku melangkahkan kakiku kedalam restoran Ramyun yang berada di distrik Gangnam, lumayan dekat dengan Apartemen Hanni eonni. Aku melihat sekeliling untuk mencari Hani eonni dan Heechul oppa dan benar saja, mereka sudah duduk manis di kursi restoran. Mereka melambaikan tangannya padaku.

"Kalian berdua ternyata sudah disini." Aku menarik kursi untuk kududuki.

"Tentu saja, kami selalu datang tepat waktu saat janjian." Heechul Oppa berkata dengan bangga.

"Terserah padamu saja Oppa." Aku tersenyum malas. "Kalian sudah pesan menunya 'kan?"

"Tentu saja sudah key." Hani eonni berbicara padaku sembari menggeledah tasnya.

"Hani-ah apa yang kau cari?" Heechul Oppa tampak penasaran, begitu juga denganku.

"Ini dia." ia mengeluarkan kertas gold yang sangat estetik sekali.

"ige mwoya? - apa ini?" Heechul Oppa mengambil kertas tersebut dari tangan Hanni eonni, sepertinya aku tahu kertas apa itu.

"Apakah kau akan menjadi model di Seoul Fashion KODE tahun ini?" Aku menatap intens Hani eonni.

"Tentu saja." Ia terlihat bangga.

"Kau tahu eonni? Aku di ajak berpartisipasi dalam Seoul Fashion KODE sebagai perancang busana." Hal yang kukatakan ini membuat senyumnya pupus.

"Ahh... mengapa kau selalu lebih keren dibanding aku. Aku datang sebagai Model, dan kau sebagai perancang busana." ia menarik napas.

"Tentu saja kita berjodoh eonni. Aku berharap kau memeragakan busanaku nanti." Aku tersenyum dan membuat Hani eonni ikut tersenyum.

"Huhhh... Baiklah aku akan memeragakan busanamu dengan elok. lihat saja nanti."

"Hani-ah, aku yakin aura kecantikanmu akan keluar jika mengenakan busana yang dirancang key. ia sangat tahu tipemu. tentunya key bisa menyesuaikan busana yang ia rancang agar cocok denganmu." Heechul Oppa mengatakannya dengan wajah serius.

"Yah... Kim Heechul, kau sakit?" Hani eonni memenyentuh dahi Heechul Oppa dengan punggung tangannya.

"Anigodeun - tidaklah." Heechul Oppa menepuk tangan Hani eonni.

"Mengapa kau bisa memujiku?" Hani eonni merasa takjub.

"Tentu saja karena kau memang cantik. makanya aku memujimu." Heechul Oppa mengatakannya dengan wajah datar. Bisa kulihat pipi Hanni eonni yang mulai memerah.

"Ya..ya..ya... Aishhh... duri, geunyang sagyo!! - lebih baik kalian berkencan sajalah." Aku mulai membuat panas suasana.

"n..n..nae?" Mereka merespons secara bersamaan.

"bwa - lihatlah. kalian, berbicara pun kompak. bagaimana jika kalian berpacaran." Aku tersenyum jahil.

"Yah... Neo michyoess ni? - kau gila?. mana mungkin aku berpacaran dengan Kim Heechul. Kita ini bersahabat, kau ingat 'kan? tidak boleh ada yang lebih spesial dari kata sahabat diantara kita berempat." Hani eonni berbicara dengan tegas. Sesungguhnya, hal inilah yang membuatku enggan jujur mengenai perasaanku pada Hyuk. Satu satunya orang yang paling tahu dan mengerti tentang bagaimana perasaanku pada Hyuk hanya Tae Joon Oppa, bukan mereka yang merupakan sahabat baikku sejak lama. Itu membuatku cukup kecewa, namun, aku tak bisa merubahnya.

"Kau tak pernah tahu hati orang akan berubah eonni. Bisa saja kau mengelaknya hari ini, namun tidak esok hari." Aku mulai mencoba menyanggah perkataan Hani eonni yang belum pernah kulakukan sebelumnya.

"Keyla benar Hani-ah, Tidak ada yang tahu tentang semua itu. Memangnya ada yang salah ketika hubungan persahabatan berubah menjadi..." Belum selesai Heechul Oppa berbicara, Hanni eonni sudah menghentikannya.

"Ahh... Amudeun - apapun itu. Aku tidak menerima hal itu saat ini. mari kita membicarakan hal lain sebelum mood kita terlanjur buruk." Hani eonni menuangkan Soju ke gelasnya dan segera meminumnya.

"Kau selalu seperti itu Hani." Aku bisa melihat kekecewaan di mata Heechul Oppa.

Kami melewati malam ini dengan perbincangan yang membosankan, ditambah dengan kecanggungan diantara kami dikarenakan hal barusan. sungguh makan malam yang underexpectation, aku datang mengharapkan keseruan diantara pertemuan kami. Namun, tampaknya kali ini aku menghancurkannya karena membawa hal yang tidak seharusnya ke perbincangan. Aku sedikit menyesal sekaligus lega, menyesal karena membuat suasana canggung, dan lega karena akhirnya aku menyanggah perkataan Hani eonni yang tidak kusetujui setelah sekian lama.

~

"Keyla-yah, kau tak apa pulang sendiri?" Heechul Oppa bertanya padaku sembari memegangi Hani eonni yang sudah mabuk berat.

"Tak apa Oppa, sebaiknya kau segera mengantar Hani eonni pulang sebelum ia melakukan hal aneh." Aku segera mengusir Heechul Oppa.

"Baiklah. Kanda - Aku pergi. Josimhae ka. - Berhati hatilah. okay?"

"Nae oppa. annyeong - bye." Aku melambaikan tanganku dan segera berjalan menuju halte bus.

Mungkin kau akan bertanya padaku, mengapa aku pulang menggunakan bus bukannya menggunakan mobil pribadi? padahal aku adalah seorang CEO. Aku lebih suka menikmati perjalanan dengan kendaraan umum, bisa dikatakan lebih fresh. Ya... tentunya tergantung keadaan, Jika aku sibuk dengan jadwalku, tentunya tidak mungkin aku bepergian menggunakan angkutan umum. Hal ini kulakukan ketika ada waktu luang saja.

Aku menikmati perjalananku menuju halte bus, melihat bunga bunga yang ditanam di sekitar trotoar, melihat kucing liar yang terlelap dibawah lampu jalan, melihat orang yang berlalu lalang dengan kesibukannya masing masing, sungguh merupakan jurus healing yang paling ampuh.

"Yah... ChoKey." Tae Joon Oppa mengejutkanku dari belakang.

"Aishhh... jinjja - benar benar. Apakah kau mau melihatku terkena serangan jantung?" Aku sedikit kesal. "Kanapa kau bisa ada disini Oppa?"

"Aku habis mengantar Hye Shin." Ia tersenyum bahagia. Aku baru ingat bahwa Hye Shin eonni tinggal di gedung Apartemen yang bersebrangan dengan gedung Apartemen Hani eonni.

"sepertinya kau sangat bahagia malam ini Oppa. tapi, dimana mobilmu?"

"Hari ini aku dan Hye Shin melakukan.... hmmmm.... apa nama yang cocok?.... Amudeun, hari ini aku berkencan dengannya tanpa kendaraan pribadi. salah satu konsep kencan anak godeunghaggyo - SMA." Ia tidak bisa menghilangkan senyum di wajahnya, sungguh membuatku ikut bahagia.

"Kalian sudah tiga puluh tahun hidup di bumi dan berlagak seperti seorang yang masih muda? bahkan kalian pun akan menikah tiga Minggu lagi. bukankah berarti kalian terlalu tua untuk menggunakan konsep kencan anak SMA?" Aku sedikit meledeknya.

"Apa kau bilang? wahh.... jinjja - yang benar saja. Ahh... Apakah kau iri? kau menyesal 'kan sekarang karena telah memutuskanku?" Ia mengacak rambutku dengan halus seperti biasanya.

"Apa yang kau katakan? Aku sangat senang melihat kalian berdua. Beban yang ada di bahuku seperti terbang begitu saja ketika melihat kalian bahagia." Aku memegang tangan Tae Joon Oppa yang berada di atas kepalaku. "Tak bisakah kau berhenti melakukan hal ini? rambutku akan berantakan kalau begitu." Aku mulai merapikan rambutku.

"Baiklah. Bagaimana kalau seperti ini saja?" ia mengacak rambutku dengan kedua tangannya. "lalu seperti ini, dan seperti ini." Ia melepas ikat rambutku dan mulai membuat rambutku berantakan.

"Ya.. ya.. ya.. aishhh... kemanhaeyo - berhentilah." Tae Joon Oppa berhenti dan tertawa lepas.

"Kau seperti singa Sekarang... Ahh... apa - sakit. perutku jadi sakit karena tertawa." ia memegang perutnya sembari tertawa.

"Oppa. nae meolikalag - rambutku. Aishhh... rapikan lagi seperti semula." Aku menyentil dahinya.

"Baiklah. berikan ikat rambutmu." Aku memberikannya pada Tae Joon Oppa. "Aku akan merapikannya untukmu." Tae Joon Oppa merapikan rambutku dan mengikatnya dengan elok. "lihatlah." ia menyodorkan kamera handphone nya padaku. "bukankah aku hebat dalam menata rambut?"

"Ya, sangat hebat. sebaiknya kau bekerja di salon wanita saja. Jangan bekerja sebagai Pengacara." Aku mengatakannya dengan datar.

"Ide bagus." Ia tersenyum padaku. "Kau akan pulang dengan bis?"

"Tentu saja."

"Aku akan mengantarmu. sebaiknya kita bergegas atau kita akan ketinggalan bis terakhir." Ia menggenggam tanganku dan berjalan cepat menuju halte.

~

"Huhhh... untung kita tidak ketinggalan bis terakhir." Aku menghela napas.

"Ini pertama kalinya kita naik bis bersama setelah lima tahun tidak berjumpa." Tae Joon Oppa melihat keluar jendela.

"Kau benar sekali. Aku sangat merindukan bis Korea, karena selama di Jerman, aku tidak pernah menaiki kendaraan umum."

"Baguslah hari ini kita bertemu. Jadi kita bisa mengenang masa masa indah kita." Tae Joon Oppa tersenyum jahil.

"Aigoo... Jinjja." Aku menatapnya dengan tatapan 'apakah kau ini bodoh?'.

Ia tertawa. "Bagaimana dengan rancangan acara pernikahanku? kau sudah mengerjakannya 'kan?" Ia mulai membuka topik itu.

"Tentu saja, semuanya sudah beres. Tinggal gaun pernikahan yang harus kalian pilih. Aku mendesain beberapa gaun. Kau ajak Hye Shin eonni ke butikku di Gwangjin. Aku sudah meminta karyawanku untuk melayanimu nanti. Aku harus fokus pada World Tour Artis JW entertainment sehingga tidak bisa sepenuhnya membantu pernikahanmu oppa." Aku menatapnya.

"Kau bercanda? Kau sudah banyak membantuku."

"Tinggal satu hal yang harus kau penuhi Oppa. urus biaya pernikahanmu di kantorku nanti, aku tak akan mematok harga mahal, hanya 'harga kakak' saja." Aku menepuk pundak Tae Joon Oppa dengan cengiran di wajahku.

"Aigoo. bukankah 'harga kakak' itu berarti gratis?"

"Tidak ada yang gratis di dunia ini Oppa."

"Dasar perhitungan." Ia tersenyum dan memalingkan pandangannya kembali ke jendela.

~

"Oppa, sebaiknya kau masuk terlebih dahulu. kau harus memberitahu ayahku bahwa kau akan menikah."

"Baiklah." Ia mengikutiku masuk kedalam rumah. Pelayanku sudah menungguku di depan pintu.

"Agassi, kau tidak berpergian dengan mobil pribadimu hari ini?" Pelayanku yang biasa kupanggil 'Imo' ini menanyaiku sembari tersenyum.

"nae. Aku ingin refreshing." Aku membalas senyum tulusnya.

"Wahh... bukankah ini Choi Tae Joon. Senang bertemu lagi denganmu tuan muda." Ia menyapa Tae Joon Oppa dengan hangat.

"Imo, dimana ayahku? Tae Joon Oppa ingin memberi tahu sesuatu pada ayahku."

"Ayahmu di ruang kerjanya. Aku akan kembali kebelakang. geureom." Ia membungkuk sopan dan beranjak.

"Keyla-yah. kau sudah pulang?" Ayahku tiba tiba muncul dihadapan kami.

"Iya ayah." Aku tersenyum. Tae Joon Oppa menyapa ayahku dengan santun.

"Bukankan kita bertemu terakhir kali saat tiga bulan yang lalu Tae Joon-ah?" Ayahku menepuk pundak Tae Joon Oppa.

"Nae, Abeoji." Tae Joon Oppa masih memanggil ayahku dengan sebutan Abeoji walaupun kami sudah tidak berpacaran lagi.

"Bagaimana kasus yang kau tangani waktu itu? Apakah berjalan lancar? Aku lihat kasus yang kau tangani itu lumayan rumit. walaupun klienmu benar benar tak bersalah. tapi bukti mengacu padanya bukan?" Ayahku menanyakannya dengan serius.

"Tentu saja aku memenangkan sidang itu." Ia tersenyum bangga.

"Memang benar, kau pantas aku Anggap sebagai anakku." Ayahku juga ikut tersenyum bangga.

"Aihh... kalian berdua sepertinya sangat cocok sekali." Aku mendesah dan membuat mereka berdua tertawa kecil. "Ayah, Tae Joon Oppa mau memberi tahu ayah kabar baik."

"Apa itu?" Ayahku menatap Tae Joon Oppa.

"Hmm..itu... hmm... Aku akan menikah tiga Minggu lagi."

"Wah... Benarkah? mengapa kau tak memberi tahuku dari lama Tae Joon-ah." Ayahku terlihat sangat bahagia. "Kau akan mengundangku 'kan?" Ayahku menanyakan hal yang sudah pasti.

"Tentu saja, akan aku kirimkan undangan spesial untukmu." Tae Joon Oppa membuat isyarat 'baik' dengan jarinya. "Sepertinya aku harus pamit sekarang. senang bisa bertemu denganmu Abeoji." Tae Joon Oppa menunduk untuk menghormati ayahku.

"Ya, Ya, Josimhae ka - berhati hatilah. sampai bertemu di pernikahanmu." Ayah terus memerhatikan Tae Joon Oppa yang mulai tak terlihat lagi.

"Kau senang ayah?" Aku menatap ayahku.

"Tentu saja. Kau juga sebaiknya segera menikah, umurmu sudah dua puluh tujuh tahun. bukankah kau harus segera menyusul Tae Joon?" Ayahku tersenyum dan meninggalkanku menuju ruang kerjanya.

Sungguh menyebalkan, ia pikir pernikahan itu hal yang mudah. Jangankan calon suami, pacar pun aku tak punya. Huh. Aku pergi ke kamarku dan segera mengistirahatkan seluruh badanku.

================================

from author :

maaf baru bisa update, ada masalah teknis... 🤭🤭🤭... enjoy reading. Yuhuu

사랑해요 🙆