Aku mulai merapikan bahan makanan yang kami beli dan menatanya di kulkas hingga terisi penuh. Aku mengeluarkan beberapa bahan makanan yang akan kupakai untuk memasak. Setelah Hyuk menerima telepon dari staf wakil menteri perhubungan yang merupakan kliennya tadi, ia langsung masuk ke ruang kerjanya dan belum juga keluar. Padahal aku butuh bantuannya untuk menata barang-barang ini. Tapi sekarang aku melakukan semuanya sendiri.
Aku mulai menyiapkan bahan bahan untuk membuat sup ayam. Ya, aku tidak memasak makanan Korea karena aku tak pandai membuatnya. Aku hanya akan membuat makanan sederhana yang mudah dan cepat diolah. Aku memulai aktivitasku di dapur.
"Kau juga terlihat cantik di dapur key." Hyuk datang menghampiriku.
"Bagaimana Klienmu? Apakah ada masalah?" Aku mengkhawatirkannya.
"Tentu saja tidak, Kau tak perlu khawatir sayang." Lagi-lagi ia memanggilku dengan kata 'sayang'. Membuatku merinding.
"Berhentilah memanggilku 'sayang' Hyuk-ah." Aku mengatakan hal tersebut padanya sembari memotong daun seledri.
"You're hard to get key." Ia mengatakannya sembari memelukku dari belakang. Aku rasa aku sering melihat adegan ini di drama. Kau pikir ini romantis? tentu saja. Tapi kau tahu aku merasa akan mati sekarang juga karena serangan jantung.
"Bagaimana caraku untuk mendapatkanmu?" Hyuk meletakkan dagunya di bahuku.
"Hyuk-ah, kau tidak bisa melihat aku sedang memotong? Atau kau ingin aku potong?" Aku menolehkan kepalaku padanya.
Ia tak mengatakan apapun padaku, ia hanya terus menatapku. Emphhh... Aku menahan napasku. Kali ini aku benar-benar terkejut saat Hyuk malah mencium bibirku singkat alih-alih menjawab pertanyaanku. "Aku tak tahan melihatmu key. biarkan aku melakukannya sekali lagi." Ia kembali menciumku. Aku tak bisa melakukan apapun sekarang, aku gugup hingga aku hanya bisa terdiam. Aku memastikan apakah ini mimpi atau bukan. Jika kau tahu, aku merasa berada di dunia lain sekarang. Tuhan tolong bantulah aku keluar dari situasi ini. Jebal - tolong.
"Aku tak bisa menahan diriku untuk menciummu key." Ia mencium singkat bibirku untuk yang ketiga kalinya dengan tangannya yang masih memelukku.
"Hyuk-ah, kemanhae - berhentilah. Aku sudah bilang aku tak mengizinkanmu untuk menciumku. Apakah kau tak mengerti bahasa Korea? Haruskah aku mengatakannya dengan bahasa Inggris saja?"
"Haruskah aku meminta maaf karena hal ini?"
"Iya." Jawabku tegas.
"Baiklah. mianhae. aku akan menahannya sekarang." Ia melepaskan pelukannya. Aku bisa melanjutkan kegiatanku sekarang.
"Duduklah dengan tenang okay?" Aku berusaha keras untuk tetap tenang dan mengendalikan diriku dengan baik. Aku tak mau terlihat gugup atau panik dihadapan Hyuk. Kau tahu? Aku ini perempuan yang memiliki pride yang tinggi.
Kau pasti bertanya. mengapa aku malah tidak membiarkan Hyuk menciumku padahal aku sangat menyukainya. Itu karena belum ada hubungan yang lebih spesial diantara kami, dan aku hanya ingin menyadarkan diriku agar tidak terlalu terhanyut akan hal ini. Aku tak ingin terlalu mudah menerimanya dan akan tersakiti di lain waktu, walaupun kutahu Hyuk tak akan pernah ingin menyakitiku.
Aku mulai menghidangkan makanan di meja makan dan menatanya. Hyuk melihat masakanku seperti kucing yang belum makan selama satu bulan.
"Aku mengerti sekarang mengapa orang-orang ingin cepat menikah ketika sudah menemukan orang yang tepat."
"Apa yang kau katakan?" Aku menarik kursi untuk kududuki.
"Ya... Orang-orang ingin menikah karena ini. Rasa bahagia saat melihat orang yang dicintainya selalu berada di sampingnya." Ia mulai memakan sup yang kubuat.
"Bisakah kau berhenti berbicara yang tidak-tidak? Apakah kau salah makan kemarin sehingga kau jadi seperti ini?" Aku menatapnya yang sedang asyik memakan masakanku.
"Aku begini karena aku sudah lama menunggumu. ketika aku mendapat kesempatan darimu pun, kau masih belum bisa menerimaku untuk menjadi pacarmu dan memilikimu."
"Tidak semudah itu Hyuk. Cepat habiskan makananmu, aku akan pulang setelah melihat makananmu habis."
"Kalau begitu aku tak akan menghabiskan makanan ini." Ia meletakkan sendok yang tengah ia gunakan. "Aku tak akan menghabiskan ini agar kau tidak pulang."
"Apa maksudmu?"
"Kau bilang kau akan pulang ketika melihatku selesai menghabiskan makanan ini. Jadi aku tak akan menghabiskan makanan ini agar kau tak pulang." Aku speechless. Aku benar-benar melupakan bahwa Hyuk sangat pandai membolak-balikan kata kata. Sekarang aku harus bagaimana.
"Apakah kau tidak menghargai perjuanganku untuk memasak makanan itu untukmu?"
"Tentu saja aku menghargainya. Tapi aku tak ingin kau pergi dari sini. Temani aku malam ini." Kau sudah gila Hyuk? kau mau aku melakukan apa?
"Aku tidak bisa tinggal, ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan. Juga... besok aku harus menemui Jay pagi-pagi sekali di kantor." Aku mulai menikmati makan malamku.
"Kau akan bertemu dengan Jay? bukankah kau bilang kau tak akan sering bertemu dengannya?" Hyuk benar-benar terfokus akan hal itu sekarang.
"Aku tak akan sering bertemu dengannya, hanya kebetulan besok ada hal yang harus aku bicarakan mengenai world tour nya." Aku tak menyangka aku bisa berbicara dengan santai dan setenang ini.
"Jadi kau harus pulang setelah makan malam?"
"Hmm..." Aku mengangguk pelan.
"Baiklah." Hyuk menghela napas. "Aku akan mengantarmu pulang. Aku sudah lama tidak bertemu ayahmu."
~
Aku membuka mataku perlahan ketika Hyuk menepuk lembut tanganku. Aku tak menyangka aku bisa tidur nyenyak didalam mobil, padahal perjalanan dari rumah Hyuk ke rumahku lumayan dekat. Aku merapikan ikat rambut dan bajuku yang berantakan ketika aku tidur. Hyuk membukakan seatbelt yang melindungiku dan memegang tanganku saat aku hendak mengikat ulang rambutku.
"Biar aku saja yang melakukannya." ia mengambil ikat rambut dari tanganku.
"Tidak perlu Hyuk-ah." Aku mengambil kembali ikat rambutku dari tangannya.
"Kenapa aku tidak boleh melakukannya? sedangkan kau membiarkan Tae Joon melakukannya untukmu kemarin." Ia menatapku tegas.
"Hyuk-ah, geunde - Hyuk, tapi... masalahnya adalah, kau tidak bisa mengikat rambut. kurasa kau akan membuat rambutku lebih berantakan, bukannya menjadi rapi." Aku bersikeras dan segera mengikat rambutku singkat.
"Baiklah. Tapi lain kali, jangan biarkan lelaki mana pun mengikat rambutmu."
"Tidak bisa." Aku mengatakannya dengan sengaja.
"Wae?- kenapa? Kalau aku tidak bisa melakukannya, lelaki lain juga tak boleh melakukannya, aku tidak rela." Sungguh manis sekali, mengapa ia bisa cemburu seperti ini? benar-benar membuatku sangat senang. mungkin aku akan mulai mempertimbangkan untuk bisa menerima Hyuk menjadi pacarku. Toh aku pun sangat menyukainya dan telah menyimpan perasaan ini sejak lama.
"Kalau begitu kau bilang pada ayahku untuk jangan mengikatkan rambutku. itu kebiasaannya selama dua puluh tujuh tahun aku hidup bersamanya." Aku tersenyum padanya dan keluar dari mobil. Hyuk mengikutiku.
"Tidak masalah jika ayahmu yang melakukan itu."
"Kau bilang semua lelaki." Aku menggodanya.
"Baiklah, semua lelaki kecuali ayahmu."
"Ayo cepat masuk. kau bilang kau sudah lama tak bertemu ayahku 'kan." Aku dengan refleks menarik tangannya. Terlihat dari sudut mataku, Hyuk memperhatikan tanganku yang menggandengnya dan tersenyum. Apakah kau senang Hyuk? Aku bersyukur karena hal itu, aku juga bisa disukai olehmu yang merupakan orang yang sangat kucintai.
Saat kami memasuki rumahku, aku tak menyangka kami akan melihat seorang tamu yang sedang berbincang hangat dengan ayahku. Aku sangat senang dengan kedatangan tamu tersebut, tapi kurasa tidak dengan Hyuk.
"Ahh... Oppa, wae yeogi isseo? - mengapa kau ada disini?" Aku melepaskan tangan Hyuk dan tersenyum pada Tae Joon Oppa.
"Ayah tadi bertemu dengan Tae Joon di depan kantor pengadilan. Ia memenangkan kasus yang sangat berat. Jadi ayah mengajaknya untuk mampir dan berbincang sebentar."
"Apakah kau menyelesaikan kasus pemerasan karyawan Kang In group yang selama ini selalu tidak terbukti?" Aku mendekat padanya.
"Hmm..." Ia mengangguk pelan.
"Wahh... Daebak. Jinjja...wahh... respect." Aku benar-benar senang dengan pencapaiannya.
"Kau pulang bersama Hyuk, Key?" Ayahku yang bertanya padaku membuatku sadar aku sudah terlalu berfokus kepada pencapaian Tae Joon Oppa hingga melupakan Hyuk.
"Hmm.." Aku menatap Hyuk dengan tatapan bersalah.
"Hyuk-ah, Sudah lama aku tidak bertemu denganmu. Aku hanya melihatmu sesekali muncul di TV. Aku bangga denganmu karena menjadi bisnisman yang sesukses ini Hyuk-ah." Ayahku berdiri dan menepuk bahu Hyuk.
"nae. kamsahamnida Ahjusshi." Hyuk tersenyum sopan pada ayahku. Ayahku menyuruhnya duduk dan mulai bertanya banyak hal padanya mengenai bisnis.
"Kau sudah berbaikan dengannya ChoKey?" Tae Joon Oppa berbisik padaku.
"Yes. of course." Aku juga berbisik padanya.
"Karena sudah ada Hyuk, aku bisa pulang dengan tenang. Aku harus menjemput Hye Shin, dia lambur hari ini." Ia terus berbisik padaku.
"Baiklah. hati-hati." Aku tersenyum padanya. kau tahu? Semakin lama, aku semakin menyayangi Tae Joon Oppa seperti benar-benar kakak kandungku.
Tae Joon Oppa mendekat pada ayahku yang sedang asyik berbincang dengan Hyuk.
"Abeonim. Aku harus pergi sekarang. Ada urusan lain yang harus kulakukan."
"Ohh... Iya. Jangan lupa sering-sering bertemu denganku, aku mungkin butuh penasihat hukum di perusahaanku. Tentu saja aku merasa terhormat jika pengacara hebat sepertimu mau bekerja sama denganku." Ayahku menepuk pundak Tae Joon Oppa.
"Abeonim.....?" Hyuk bergumam dengan wajah yang terheran.
"nae?" Tae Joon Oppa dan ayahku secara bersamaan menatapnya.
"Ahh... Lupakan saja. berhati-hatilah Tae Joon-shi Jalanan lumayan licin karena hujan." Hyuk tersenyum canggung.
Ayahku segera keluar bersama Tae Joon Oppa untuk mengantarnya ke dalam mobil. Setelah mereka tidak terlihat lagi, Hyuk mendekat padaku.
"Abeonim? mengapa dia memanggil ayahmu dengan sebutan Abeonim? dia pikir dia menantunya." Lagi-lagi Hyuk cemburu, tapi semakin cemburu Hyuk, semakin senang aku. Aku lantas tersenyum padanya.
"sejak Tae Joon Oppa berpacaran denganku dulu, ia memanggil ayahku dengan sebutan Abeonim. Bukankah akan tidak enak jika ia mengganti sebutannya ketika kami sudah putus? lagipula ayahku sering bertemu dengannya." Aku menjelaskan pada Hyuk dengan muka yang meyakinkan.
"Apakah ayahmu tahu kalau ia akan menikah?"
"Tentu saja. Ayahku sudah menganggapnya seperti anaknya sendiri."
"Baguslah." ia menghela napas. "Sebaiknya aku pulang sekarang. kau istirahatlah." ia tersenyum dan menyentuh pipiku lembut.
"hmm..." Aku mengangguk.
"Ada apa ini? mengapa kalian terlihat seperti pasangan kekasih?" Ayahku kembali setelah mengantar Tae Joon oppa. Tentunya aku sangat terkejut dengan pertanyaan Ayah, sepertinya tidak dengan Hyuk.
"Keyla belum menerimaku Ahjusshi. tapi aku akan menunggunya, karena aku sangat mencintai putrimu." Ia mengatakannya pada ayahku dengan yakin, membuat bulu kudukku merinding. Ia seperti sedang melamarku didepan ayahku.
Ayahku tersenyum hangat pada Hyuk. "Tunggulah ia dengan sabar Hyuk. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian." Apa? apakah ini namanya lampu hijau dari ayah? bisa-bisanya ayahku menyetujuinya dengan mudah, padahal saat aku berpacaran dengan Tae Joon Oppa pun, kami sangat sulit mendapat restunya hingga Tae Joon Oppa membuktikan kepantasannya. Sungguh tak bisa dimengerti.
"Terimakasih Ahjusshi. Aku harus segera pulang. Aku tidak mau mengganggu waktu istirahat kalian. Aku Pamit." Hyuk menunduk sopan.
"Hati-hati Hyuk-ah."
"Nae... geureom" ia membalikkan badan dan beranjak. Aku terusmemerhatikannyaa tak terlihat lagi.
"Ayah ikut senang key. Segeralah istirahat." Ayahku menciumku dan masuk ke ruangannya.
Hari ini aku sangat senang sekali. Aku merasa mimpi indah akan menemani tidurku malam ini. Istirahatlah Choi key, Jangan terlalu senang dahulu, kau harus berhati-hati dalam membuat keputusan.
Aku segera bangkit dan menuju kamarku untuk beristirahat. Aku harap esok akan lebih indah daripada hari ini.
=================================
from author :
that's it. yuhuuu ...
makasih untuk semua reader karena sudah setia menunggu kelanjutan ceritanya. 💖💖 buat kalian... Jangan lupa komen and rate yah. Jadi aku semangat terus buat upload.
Yuhuu
사랑해요🙆