Aku terbangun dari tidur nyenyak ku ketika Hyuk menyentuh lembut tanganku. Aku tanpa sadar tertidur di perjalanan pulang saking lelahnya. Aku yakin rambutku dan penampilan ku sudah berantakan sekali, bagaimana ini? Aku tidak mau terlihat buruk dihadapan Hyuk. Wahh... Keyla sudahlah, Kau juga biasa saja padanya dahulu jika ia melihat sisi burukmu, kenapa sekarang kau peduli? toh jika ia suka padamu ia harus menerimamu apa adanya bukan?
"Key. segitu lelahnya kah kau sehingga tertidur di perjalanan?" Hyuk membuka seatbeltnya.
"Tidak tahu, aku sangat mengantuk. jadi aku tanpa sadar tertidur." Hyuk tertawa kecil. ia mencondongkan badannya padaku untuk membuka seatbeltku. sungguh pria ini sangat tahu caranya untuk membuatku tersentuh dengan hal yang sebenarnya begitu sepele.
Baru saja aku hendak membuka pintu untuk keluar mobil, Hyuk menahanku.
"Biarkan aku yang melakukannya untukmu." Ia segera keluar mobil dan membukakan pintu untukku, senyum kecil muncul di wajahku.
"Kau tak perlu melakukannya." Aku mengubah ekspresiku menjadi dingin.
"Aku perlu melakukannya untuk memenangkan hatimu." Hyuk, sebenarnya tak usah kau berusaha pun hatiku sudah menjadi milikmu. Aku hanya tidak ingin terlalu cepat menerimamu.
"Terserah padamu saja. sekarang kau pulanglah, terimakasih sudah mengantarku."
"Kau mengusirku?"
"Aku hanya mempersilahkan kau untuk pulang. bukan mengusirmu."
"Aku baru sebentar melihatmu. Aku ingin lebih lama bersamamu." Ia mendekat padaku. Namun, aku melihat ada yang aneh dengannya. Mengapa aku tak menyadarinya seharian ini?
"Apakah kau sedang ada masalah?" Aku menatap matanya.
"Hmm...hanya sedikit." Ia ragu.
"Kau tak ingin memberitahuku?" Aku bersikeras.
"Sebenarnya aku ingin memberitahumu, makanya aku memintamu menemaniku siang tadi. tapi kau ada janji makan malam dengan Jay, jadi aku... Amudeun, teroga - masuklah. Aku akan kembali besok. Sudah larut." Ia memutar badanku dan menyuruhku masuk rumah.
"Hyuk." Aku membalikkan badanku. "Tak bisakah kau menceritakannya padaku? Aku tak akan bisa tidur malam ini karena khawatir." Hyuk malah tertawa kecil.
"Kau khawatir? Aku senang sekali." Ia tersenyum jahil.
"Hyuk. Kemanhae. ~ Hyuk. berhentilah."
"Kalau begitu maukah kau ikut bersamaku malam ini?"
"nae? kemana?"
"Ikut saja."
~
Aku tak memiliki keberanian sama sekali untuk menanyakan hal apakah yang mengganggunya. Aku hanya khawatir dalam diam sembari melihatnya menyetir mobil. Jika dipikir-pikir, bagaimana dia bisa seegois itu? Maksudku bukan egois yang sebenarnya, melainkan ia terlalu egois karena mengambil seluruh unsur yang membuatku suka padanya. Tampan, cerdas, kaya, manis, baik hati, keren, dan… okay kusudahi sampai sini. Bukankah menjadi tampan dan kaya saja sudah cukup? Mengapa kau harus mengambil semuanya dan membuatku jatuh hati padamu hyuk-ah?
"Igijeogin saram – pria egois." Aku tanpa sadar mengatakannya dengan keras sembari menatapnya. Hyuk tampak terkejut dengan apa yang telah kukatakan padanya.
"na? – aku?" ia teralih. "Kau terus melihatku dan mengatakannya? Baiklah." Ia meminggirkan mobil dan berhenti.
"w… w… wae?" aku sungguh terkejut. "kenapa kita berhenti disini?" aku melihat-lihat keluar jendela.
"Kau yang memintaku menceritakannya padamu dan bersedia ikut bersamaku. Aku tidak memaksamu." Ia berkata tanpa menatap mataku.
"n…n…nae? – maaf?" Aku tidak mengerti apa yang dikatakannya.
"Mengapa kau menyebutku egois padahal aku sama sekali tidak memaksamu satu hal pun untuk kepentinganku." Ia menoleh padaku. "haruskah kuantar kau kembali kerumahmu?"
Dari yang aku tangkap, kupikir ia salah paham dengan perkataanku. Bagaimana cara aku menjelaskannya? Mana mungkin kujelaskan bahwa ia egois karena terlalu sempurna, mau ditaruh dimana mukaku. Mengapa kau mengatakannya dengan keras key? Apakah kau bodoh? Aigoo.
"Kau diam." Hyuk menatapku. "Berarti tebakanku benar. Kau tenang saja, aku akan mengantarmu kembali ke rumah dengan selamat. Okay?"
"Ani… hyuk-ah, keuge… emm… bukan itu maksudku."
"nae?"
"yah… hyuk-ah. Bagaimana bisa kau selalu mudah salah paham? Neo pabbo ya? – apakah kau bodoh?" aku tertawa canggung untuk menyelamatkan situasi, sekarang aku tak tahu lagi ide yang kupikirkan ini ampuh atau tidak.
"mengapa kau malah tertawa sekarang?... aish jinjja."
"emm…Aku hanya sekilas teringat dengan drama yang dibintangi Kim Soo Hyun. Nae. – ya. Kim Soo Hyun"
"apa yang sedang kau bicarakan? Apakah aku mirip dengannya?"
"Anigodeun. – tidaklah."
"geureom? – terus?" ia memasang wajah bingung. Tentu saja siapapun akan bingung dengan perkataan randomku ini.
"Aku bilang aku hanya teringat padanya. Secara kebetulan aku sedang melihatmu dan mengatakan hal tersebut."
"Terserah padamu saja." Ia kembali menyalakan mesin mobil. "ah.. jamkan – sebentar. Apakah kau mabuk? Aku kira kau minum wine saat makan malam bersama si pria topeng tadi. Benarkan?"
"Ah? Mabuk? Begitukah? Mungkin… hahaha" aku lantas kembali mengeluarkan tawa canggungku. "Kaja – ayo jalan lagi."
"baiklah." Hyuk kembali melakukan perjalanannya.
Kali ini aku benar-benar mengontrol diriku agar tidak mengatakan hal yang tidak perlu. Aku mencoba untuk tetap diam sembari melihat-lihat keluar jendela. Tak kukira hal ini membuat virus "ngantuk" menyerangku begitu saja. Aku pun menyerah dan memejamkan mataku senyaman mungkin, mengenyahkan pikiranku dari Hyuk yang masih menyetir dengan elok disampingku.
~
Perlahan kubuka mataku. Kulihat jam dinding keperakan dengan hiasan ruby nan glamor terpajang di dinding utama. Jam tersebut menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Tak kusangka aku baru saja tidur di kasur hybrid bersprei abu-abu polos yang senada dengan furnitur dalam ruangan. Aku benar-benar dalam situasi bingung sekarang. Bukankah aku tertidur di mobil Hyuk tadi? Dan sekarang aku ada di… aku baru mengingat sesuatu, bukankah ini kamar tidur Hyuk di rumahnya yang baru? Bisa-bisanya aku tertidur disini. Bagaimana caranya aku bisa sampai disini?
"Aigoo… jinjja." kududukkan diriku. "Ah.. mori apa – ah kepalaku sakit." Aku memegangi kepalaku. "bisa-bisanya kau tertidur sampai segitunya key. Apakah kau mabuk? Aish.." Aku beranjak dari tempat tidur untuk mencari keberadaan Hyuk.
Aku mulai mengelilingi ruangan dirumahnya. Mencarinya di ruang tamu, ruang tengah, kamar tamu, halaman belakang, ruang gym, dan dapur, tetapi aku tidak menemukan keberadaannya. Aku memutuskan untuk minum dan duduk sebentar di dapur karena kepalaku sedikit pusing.
"ironasseo? – kau bangun?" Hyuk datang ke dapur dengan wajah lelah.
"Hyuk-ah. Kau belum tidur? Apakah kerena aku menggunakan kamarmu?" aku menuangkan segelas air putih dingin dan meminumnya.
"Tentu saja tidak. Jika aku ingin tidur, aku bisa saja tidur bersamamu dikamarku tadi."
Aku terbatuk saat mendengar perkataannya barusan. Aku merasa air putih yang tengah kuminum bertamasya ke hidungku.
"kwaenchana? – kau tak apa? Minumlah dengan hati-hati." Ia tersenyum. Bisa-bisanya ia mengatakan hal itu. Kendalikanlah dirimu key.
"lalu mengapa kau tidak tidur?" aku meletakkan gelasku. "ah… apakah karena masalah yang tadi kau ingin ceritakan padaku?"
"Ya dan kau tertidur." Benar sekali, aku tertidur. Aku sungguh merasa bersalah padanya. Namun mau bagaimana lagi, jika kau mengantuk pasti kau juga akan tertidur 'kan?
"mianhae. – maaf."
"Dan kau membuatku menggendongmu ke tempat tidur sampai punggungku sakit." Ia mencecarku.
"Aku sudah bilang aku minta maaf. Mengapa kau tidak membangunkanku saja seperti kau membangunkanku sebelumnya? Salah kau sendiri."
"Bagaimana aku bisa tega membangunkanmu yang tertidur senyenyak itu?"
"tapi kau membangunkanku saat kita sampai di rumahku tadi." Aku tidak mau kalah dengannya.
"Yah… dengarkan. Kalau aku tidak membangunkanmu saat kita sampai dirumahmu, berarti aku harus menggendongmu ke kamarmu, bukan begitu?"
"nae. – ya. Kau juga melakukannya tadi." Jawabku santai.
"kau tau artinya apa?"
"apa?"
"ayahmu benar-benar akan membantingku ke lantai dengan tangannya sendiri ketika ia melihatnya."
"Ah… jadi kau takut pada ayahku? Dan kau mencari keuntungan saat aku tidak dalam pantauan ayahku?"
"Dan kau sekarang membuatku yang seorang korban menjadi tersangka? Benar-benar sifatmu, tidak mau kalah."
"Mianhae. – maaf. Aku akan berhenti sampai disini. Kalau begitu ceritalah padaku, siapa yang tahu kalau aku bisa saja membantumu. Benar 'kan?"
Hyuk mendekat padaku hingga posisi kami begitu dekat dan aku bisa mendengar deru nafasnya yang lelah.
"Anaju. – hug me."
"nae?" aku memang benar-benar ingin memeluknya sekarang. Aku bisa melihat kegelisahan dimatanya.
"Jebal, geunyang anaju �� please, just hug me." Ia merajuk.
Dengan ragu aku memeluknya. Ia menyandarkan dagunya dibahuku. Detak jantungku lebih cepat dua kali lipat. Aku benar-benar senang bisa berada di sisinya disaat seperti ini. Walaupun kutahu itu merupakan pemikiran yang egois. Namun, Aku bahagia, aku merasa aku tidak bisa melepaskan pelukan ini untuknya.
Selama ini Hyuk selalu ada untukku, menghiburku, dan melindungiku. Tak terhitung banyaknya hal yang ia lakukan semata-mata untukku. Mengingat hal tersebut aku semakin ingin berada disisinya tak peduli apapun yang terjadi padanya. Aku takkan melepaskannya dan takkan menahan hatiku lagi.
"Tetaplah seperti ini sampai aku merasa tenang, Key." Ia mempererat pelukannya.
"Hyuk-ah, mianhae. Na jeongmal jinjja mianhae. Aku minta maaf atas semua hal yang terjadi beberapa tahun belakangan ini. Aku belum mendengar kata maafmu yang tulus untukku." Tak kalah aku juga mempererat pelukanku untuknya.
"Key, kau tahu?" Hyuk perlahan melepaskan pelukannya sehingga ia bisa menatapku. "Aku sudah memaafkanmu ketika aku melihatmu lagi setelah lima tahun. Aku berjanji pada diriku untuk tidak pernah melepaskanmu lagi dan menjagamu agar tetap berada disisiku."
"gomawo Hyuk-ah." Aku tersenyum lembut padanya. "Sekarang lebih baik kau segera tidur. Kita bisa membahas masalahmu besok pagi dengan pikiran yang tenang. Aku tak mau melihatmu sakit karena kelelahan."
"bukankah kau akan ke kantor besok?"
"bukankah besok hari minggu? Apakah aku harus tetap ke kantor di hari libur? Bahkan di hari biasa pun jika aku mau aku tidak perlu datang ke kantor. Bukan begitu?"
"Ah… Aku lupa kalau kau ini CEO."
"Yah… Jugullae? – mau mati?" aku tertawa kecil.
Aku menarik tangannya untuk ikut denganku dan membawanya ke kamarnya. Aku harus bisa memaksanya tidur, jika tidak ia bisa-bisa sakit karena kelelahan.
"Sekarang lebih baik kau tidur, okay?" Aku memaksanya untuk berbaring dan segera meninggalkannya.
"Yah… Key. Apakah kau tahu? menyuruh pria berbaring di kamarnya itu sama saja seperti menyuruh singa yang lapar datang kepadamu." Ia menahan pergelangan tanganku.
Aku menoleh padanya dengan gugup. "n…n…nae?" aku menahan napas.
"kau masih tidak mengerti?"
Hyuk menarikku sehingga aku berbaring di pelukannya. Wajah kami saling berdekatan. Aku bisa memastikan pipiku mulai memerah karenanya. Saking gugupnya aku tidak bisa mengatakan sepatah katapun dari mulutku.
"w…w…wae?" akhirnya aku bisa mengatasi kegugupanku dan mengeluarkan sepatah kata.
"Tak bisakah kau tetap seperti ini hanya untuk malam ini saja? Aku tidak ingin berada jauh darimu." Ia berbisik di telingaku dengan lembut.
"Tapi bisakah kau membiarkanku berbaring di sampingmu saja? Ini… sedikit tidak nyaman. Kurasa tanganmu bisa kebas dan kesemutan jika kita terus begini. Okay?" Ia tidak membantah dan melepaskanku dari pelukannya. Aku pun segera bangkit. Aku memosisikan diriku tepat disampingnya. "Begini saja okay? Ini lebih nyaman."
Aku meletakan bantal guling di tengah-tengah kami. Setidaknya salah satu proteksi telah kulakukan. "ini batas yang tidak boleh kau lewati." Aku memegang bantal guling abu-abu tersebut.
"bagaimana jika aku melanggar batasnya?" Ia mengubah posisi tidurnya sehingga menyamping menghadapku. "Kalau seperti ini apakah disebut melanggar juga?" Ia melewati batas dengan memelukku beserta guling abu-abu sekaligus.
"Kau mau aku tetap disini atau tidak?" aku melontarkan kata-kata peringatan.
"baiklah. Kau ini pelit sekali." Ia melepaskan pelukannya. "aku yang sudah berusaha sekeras ini, dan berkorban banyak untukmu, mengapa masih bisa kau berkali-kali menolakku?" ia menelentangkan badannya dengan memasang wajah kecewa. "Bahkan dalam keadaan yang tidak baik pun, kau tetap menolakku. Kira kira berapa kali lagi aku harus kau tolak? Aku ini bukannya tidak bersyukur karena sudah ada di sam…"
Aku mencium singkat bibirnya saat ia masih berbicara sehingga ia menghentikan perkataannya. Aku melihat wajahnya yang begitu terkejut dan pupil matanya yang melebar. Seperti seorang anak kecil yang memenangkan undian lotre dari mainan yang dibelinya.
"ekhem…" ia terbatuk yang kutahu kalau itu adalah adegan disengaja. "w…w…wae?"
"Bisakah kau tidur sekarang dan berhenti mengoceh Han Daepyeonim – CEO Han?" Aku berusaha mengendalikan diriku untuk tidak terlihat gugup sama sekali.
"nae Choi Daepyeonim. – baiklah CEO Choi." Hyuk tersenyum dan segera memejamkan matanya.
Aku memastikannya sudah terlelap sebelum aku menutup mataku dan kembali beristirahat.