Chapter 14 - CHAPTER 14

Aku mengelilingi rumah baru Hyuk sembari menunggunya selesai mandi. Perhatianku tertuju pada desain interior di setiap ruangan yang ada di rumahnya, dan kau tahu apa? aku sangat terkejut ketika melihat rumah ini, benar-benar style-ku'. Desain interior rumah ini adalah desain interior rumah yang kuinginkan sejak dulu, bagaimana mungkin Hyuk... Lupakanlah Choi Key.

"Sudah puas melihat desain interior rumahku?" Hyuk tiba-tiba berada di belakangku dengan Handuk yang ia letakkan di kepalanya.

"Kamjagiya - Ya tuhan. Aish jinjja - benar-benar. Tak bisakah kau datang tanpa mengejutkanku." Aku menatapnya dengan tatapan kesal. Namun, ia malah tertawa dan mendekat padaku.

"Ekspresimu lucu sekali key. Aku tak tahan melihatnya." Ia semakin mendekat padaku. Sangat dekat. "Aku semakin ingin agar kau hanya menjadi milikku" What? Apa yang kau katakan Hyuk? bisa bisa aku terkena serangan jantung.

"Aigoo. Berhenti berbicara yang tidak tidak dan keringkan rambutmu sekarang." Aku mencoba sebisa mungkin terlihat tenang.

"Baiklah." ia mengambil kedua tanganku dan menaruhnya di atas kepala. "Bantu aku untuk mengeringkannya." wajahnya sangat dekat denganku sehingga membuatku tak karuan.

"Aish. baiklah." Aku mulai mengeringkan rambutnya dengan handuk. Aku bisa mencium aroma tubuhnya dari dekat. Aroma yang sangat kurindukan setelah lima tahun tak bertemu dengannya.

"Key." ia menatapku, tetapi aku tidak balas menatapnya, aku hanya menyibukkan diriku dengan rambutnya.

"Hmm?"

"Bagaimana caranya agar kau menjadi milikku?" Aku terkejut mendengar perkataannya dan berhenti mengeringkan rambutnya.

"Nae? - ya?" Aku balas menatapnya.

"aku bertanya padamu, bagaimana cara agar kau menjadi milikku?" Aku benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya Hyuk inginkan.

"Tentu saja aku sudah menjadi milikmu." Aku berusaha mengatakannya dengan santai.

"Nae? - ya?" Ia terlihat sangat terkejut mendengar jawabanku.

"Ya. Tentu saja aku ini milikmu. Kita sudah saling mengenal sejak lama, sebagai seorang sahabat tentunya kita harus mempunyai rasa saling memiliki 'kan?" Aku mengambil handuk yang ada di atas kepalanya. "Keringkanlah rambutmu sendiri, aku akan membuatkan makanan untukmu."

"Benar sekali kau ini sahabatku, tentu saja kau milikku." Ia tersenyum, namun senyumnya terlihat aneh, terlihat seperti senyum kecewa. Mengapa ia kecewa? bukankah itu yang ia inginkan? menjadikanku miliknya. Tunggu. Apa maksudnya?... Huhhh. Lupakan dan segera beranjak Key.

Aku pergi ke dapurnya untuk mengecek bahan makanan yang sekiranya dapat ku masak untuk makan malam. Aku membuka laci laci kecil tempat menaruh bahan makanan, membuka kulkas, tapi benar-benar kosong, tidak ada bahan makanan sama sekali.

"Apa yang dia lakukan? mengapa bisa kulkasnya sekosong ini?" Aku menutup pintu kulkas dan kembali pada Hyuk.

"Yah... Han Sang Hyuk. Kenapa kau tidak mengisi kulkasmu? bahkan air pun tidak ada." Aku menghampirinya yang sedang terdiam sendiri, entah apa yang dipikirkannya.

"Tidak sempat. nanti akan ku isi. kau pulanglah, sudah larut." Apa ia sedang mengusirku?, Apa yang diinginkannya? ia menyuruhku untuk tetap menemaninya beberapa saat lalu dan sekarang ia mau aku pulang. Apa maunya?

"Tidak mau. Aku akan pulang ketika sudah makan malam denganmu."

"Tapi tak ada yang bisa kau masak."

"Kalau begitu, kita ke supermarket sekarang juga. Aku akan membantumu mengisi kulkasmu."

"Mengapa kau repot-repot ingin melakukannya?" Ia mengalihkan pandangannya dariku. "Ahh... tentu saja karena aku ini sahabatmu 'kan?"

"Nae?"

"Aku bilang kau lakukan ini karena aku ini sahabatmu kan?" Aku tak mengerti kenapa ia selalu berubah-ubah seperti ini. Aku tak tahu apa yang harus aku katakan.

"Bagaimana jika aku melakukan ini bukan karena kau adalah sahabatku?" Apa yang kukatakan sekarang? Aku hanya mengeluarkan isi hatiku saja.

Hyuk sepertinya sedikit terkejut dengan jawabanku. ia pun berdiri dan mendekat padaku. Ia mengangkat lembut daguku dengan tangannya dan memaksaku untuk menatap matanya.

"Lalu untuk apa kau melakukannya?" Ia memintaku mengutarakan alasan.

"Kau ingin aku melakukannya karena apa?" Alih-alih menjawab aku malah bertanya padanya.

"Kau tak menjawab pertanyaanku. Baiklah jika kau tak ingin mengatakannya." Ia memegang pipiku dengan lembut. Wajahnya pun sangat dekat denganku. "Tapi key, Aku ingin kau memberiku kesempatan, kesempatan untuk dilihat sebagai seorang pria olehmu, bukan sebagai seorang sahabat." Aku mulai merasa tak karuan. Aku juga tak bisa menahan perasaanku.

"Hyuk-ah, apa maksudmu?"

"Maksudku? aku hanya ingin hubungan kita lebih dari sekedar kata sahabat Key. Tidak bisakah kau hilangkan kata sahabat di antara kita, walaupun kutahu kita sudah lebih dari dua puluh tahun bersahabat." Ia mengatakannya dengan nada memohon.

sungguh aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan. Aku sama sekali tak menyangka Hyuk memiliki perasaan itu untukku. Tapi aku ragu, ragu karena Hani eonni ratusan kali mengatakan bahwa tidak boleh ada yang lebih spesial dari kata sahabat diantara kami. Lalu apa? Apa yang harus kukatakan sekarang?

"N...n...nae? - maaf?"

"Berilah aku kesempatan itu key."

Jantungku mulai berdegup cepat, lebih cepat daripada kereta Shinkansen. Aku benar benar gugup saat ini. Aku berusaha sebisa mungkin agar tetap tenang.

"Aku akan memberimu kesempatan itu Hyuk-ah." Aku tersenyum padanya, nada suaraku terdengar sangat santai. Syukurlah.

Akhirnya aku mengatakan apa yang ada di dalam hatiku setelah sekian lama aku mengelaknya. Ada rasa lega yang aku dapat, Namun ada juga rasa was-was yang mengiringinya.

"Benarkah?"

"..." Aku mengangguk.

"Gomawo Keyla-yah." Hyuk terlihat bahagia dengan jawabanku.

Ia mulai mendekatkan wajahnya padaku dengan tangannya yang masih memegang lembut pipiku. Tunggu. Aku kenal adegan ini, ini seperti posisi saat aku berada di kantor Hyuk tempo hari. posisi saat Ia akan manciumku? Mati saja aku.

"Ekhem" Aku menghindar darinya dan menutup bibirnya dengan tanganku. "Aku hanya memberimu kesempatan Hyuk-ah bukan untuk ini."

"Pelit sekali." Ia tertawa kecil dan melepas tangannya dari pipiku.

"Jangan membuatku berubah pikiran."

"Bukankah jika aku memintamu untuk jadi pacarku kau akan menyetujuinya?" Apa kau ingin aku mati sekarang juga karena serangan jantung Hyuk? Tenanglah diriku.

"Aku hanya memberimu kesempatan. Belum tentu aku akan menyetujui itu."

"Memang sulit sekali mendapat kata 'ya' darimu. Tapi, yang penting kau sudah memberiku kesempatan." Ia tersenyum lebar. "Sekarang aku akan mengganti baju, setelah itu kita akan pergi ke supermarket. okay?"

"Bukankah kau menyuruhku pulang barusan? Aku akan pulang sekarang." Aku balas dendam padanya.

"Kapan aku mengatakannya? Aku tidak ingat." Ia berbalik dan meninggalkanku. Sungguh sangat menyebalkan. Namun aku merasa sangat bahagia sekarang, bahagia sekali sampai aku takut akan datang hal buruk yang mengiringinya.

. ~

Aku heran dengan lelaki ini, apa sebenarnya yang ada dipikirannya. Ia mengajakku ke supermarket, tapi aku tak menyangka supermarket nya akan sejauh ini. padahal kita bisa berbelanja di supermarket yang lebih dekat dan menghemat waktu.

"Hyuk-ah, bukankah ini terlalu jauh. kita bisa saja berbelanja di supermarket yang lebih dekat kan?"

"Tidak bisa. Kalau kita berbelanja di tempat yang lebih jauh, itu artinya aku bisa lebih lama bersamamu." Ia tersenyum jahil dan segera masuk kedalam supermarket yang besar dan jauh itu. Sungguh menyebalkan sekali. Kenapa aku malah senang sekarang? huhhh.

"Hyuk-ah ini list barang yang akan kita beli. Kau membeli yang ini." Aku menunjukkan list belanjaan padanya. "dan aku akan mencari yang ini. Kita berpisah sekarang."

"Jamkan - sebentar. Kenapa kita tidak mencari barang ini bersama saja? dengan begitu aku bisa melihatmu lebih lama." Berhentilah bersikap seperti itu Hyuk.

"Tidak bisa. Akan lebih cepat seperti ini. Dengan begitu kita bisa cepat kembali kerumahmu."

"Rumahku?"

"Hmm."

"Rumahku, baiklah." Ia tersenyum dan segera bergegas.

Aku mulai memasukkan bahan bahan yang dibutuhkan kedalam keranjang belanjaan satu per satu hingga list belanjaanku selesai.

"Aku tinggal mencari Ayam. di sebelah mana aku bisa mendapatkannya?" Aku merasa seperti Tokoh Dora the Explorer yang membutuhkan peta di dalam supermarket. Tempat ini sangat luas sehingga membuatku bingung. "Baiklah, kesana saja."

Aku mulai mendorong keranjang belanjaanku. Aku pun berhenti ketika melihat daging asap, ttobeokki, kue beras, dan makanan lain yang menjadi tester Dan bisa didapat secara gratis.

"Imo-nim. - bibi. bisakah aku mendapatkannya?" Pelayan itu tersenyum hangat padaku dengan keriput di wajahnya.

"Tentu saja. ini milikmu." Ia memberiku ttobeokki untuk kumakan.

"Kamsahamnida Imo-nim - terimakasih" Aku mulai memakan ttobeokki tesebut, sungguh enak rasanya.

"Apakah rasanya enak Keyla-Shi?" Seorang pria yang mengenakan masker dan kacamata hitam tiba tiba mengagetkanku dari belakang.

"N...n..nuguseyo?" Aku bertanya padanya.

"Aku." Ia membuka masker dan kacamatanya. Dapat kulihat wajah tampannya dibalik masker dan kacamata yang ia kenakan.

"Ah... Jay-Shi."

"sssttt. Jangan keras keras mengatakan namaku. bisa-bisa aku diserbu oleh semua orang di supermarket ini." Aku sampai melupakan bahwa Jay adalah artis terkenal.

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Tentu saja berbelanja. menurutmu?"

"Bukan begitu. Aku pikir kau tak perlu repot-repot berbelanja sendiri ke supermarket. bukankah kau punya banyak asisten?"

"Aku lebih suka melakukannya sendiri." Ia tersenyum bangga. "Apa yang kau cari keyla-shi?"

"Ayam."

"Ahh... itu di sebelah sana. Ayo ikut aku." Aku mengikuti kemana Jay pergi.

"Jay-Shi..."

"Sssttt. Jangan mengatakan namaku. Panggil nama asliku saja. okay?" Ia menutup mulutku dan mendekatkan wajahnya padaku.

"Baiklah Jae Hwan-Shi." Aku tertawa.

"Mengapa kau malah tertawa? Apa kau terpikirkan ide gila untuk meneriakkan bahwa aku ada disini?" Ia memasang wajah konyol.

"Tidak. tapi kau memberikan ide bagus padaku. Aku jadi ingin melakukannya sekarang." Aku mengejeknya. Kami pun saling menatap dan tertawa bersama.

"Keyla-Shi. Aku senang melihat kau tertawa karenaku. Kau sangat cantik ketika tertawa seperti itu" Ia menatapku hangat.

"Kau bercanda? Aku sudah cantik sejak lahir." perkataanku membuatnya tertawa, Aku tak menyangka Jay sangat tampan saat ia tertawa.

"Ternyata kau orang yang lucu. Aku semakin ingin bisa dekat denganmu Keyla-Shi."

"Aku merasa terhormat jika seorang artis terkenal ingin menjadi temanku." Aku tersenyum padanya.

"Disini kau bisa mendapatkan ayamnya." Ia menunjuk rak yang tepat berada di depan kami.

"Sepertinya kau sering kesini sehingga tahu tempatnya dengan baik." Aku mulai memilih ayam yang akan aku beli.

"Tentu saja. Aku ini artis yang merakyat."

"Kau ini narsis sekali." Ia lagi-lagi tertawa dan itu membuatku tersenyum.

"Jagiya - Sayang. Kenapa kau lama sekali. Aku sudah menyelesaikan list belanjaan yang harus kubeli." Hyuk tiba-tiba datang dan merangkulku dari belakang. lantas saja membuat Jay terkejut. Kenapa kali ini Hyuk memanggilku 'Sayang'?

"Aaa... Hyuk-ah kau sudah mendapatkannya?" Aku berusaha melepas rangkulannya, namun ternyata aku gagal.

"Siapa Pria ini, Sayang?" Ia terus memanggilku dengan kata 'Sayang'. bukankah ia sudah kelewatan sekarang.

"Aku Jay." Jay tersenyum dan mengajak Hyuk untuk bersalaman.

"Apakah kau Jay, Jay penyanyi terkenal itu?" Hyuk membalas jabatan tangannya. "Hyuk."

"Bukankah kau Han Sang Hyuk, CEO dari perusahaan start up XIVE yang diberitakan di SBC TV beberapa waktu lalu? sungguh senang bertemu denganmu." Ada yang aneh diantara mereka.

"Kau tahu Hyuk, Jae Hwan-Shi?" Aku melepaskan rangkulan Hyuk, kali ini aku berhasil.

"Tentu saja. Ia bisnisman yang lumayan terkenal." Jay tersenyum padaku.

"Baiklah. Aku harus segera pergi Jae Hwan-shi. Terimakasih untuk bantuannya. Lain kali jangan sungkan untuk menghubungiku jika kau perlu bantuan untuk konsermu. aku pergi sekarang." Aku tersenyum dan melambaikan tangan pada Jay. Hyuk sesegera mungkin membawaku menjauh dari Jay.

~

Mulai dari membayar belanjaan sampai masuk kedalam mobil, Hyuk tak mengatakan apapun. Ia hanya terdiam saja.

"Mengapa kau terus diam?" Aku akhirnya bertanya.

"Mengapa Ia harus menghubungimu?"

"Siapa?"

"Tentu saja pria bermuka topeng tadi."

"Maksudmu Jay?" Mengapa kau menyebut pria tampan sepertinya dengan sebutan pria topeng Hyuk-ah.

"Iya. Jay atau siapalah itu." Apakah Hyuk cemburu kali ini. Mengapa aku senang.

"Tentu saja karena ia klienku. Apakah aku belum pernah menceritakan padamu bahwa aku akan mengurus world tour nya Jay?"

"Apa? Jadi seperti itu. Kau akan sering bertemu dengannya kalau begitu?" Sepertinya aku benar, dia cemburu, akan lebih bagus jika aku menjahilinya sekalian.

"Tentu saja. mungkin aku akan setiap hari bertemu dengannya. Siapa yang tidak ingin bertemu dengan pria setampan Jay. Fans nya saja datang dari berbagai penjuru dunia. sudah jelas aku akan menikmati pertemuanku dengan Jay." Aku mengatakannya dengan santai.

"Apa? Jadi kau senang." Aku tak tahan melihat ekspresi cemburu Hyuk, membuatku merasa benar-benar disukai olehnya.

ngiiik. Hyuk meminggirkan dan menghentikan mobilnya.

"Sesenang itu kah kau bertemu dengannya? Jadi itu alasan kau tersenyum lebar padanya tadi." Aku tak menyangka ia menghentikan mobilnya hanya untuk menginterogasiku tentang hal barusan.

"Hmmm." Aku sengaja mengangguk.

Hyuk lantas membuka seatbelt yang ia kenakan. Aku tak tahu apa yang sebenarnya akan ia lakukan. Ia mendekatkan wajahnya padaku dan mulai menciumku dengan cepat sehingga aku tak bisa mengelaknya. Aku bisa merasakan bibirnya yang menyentuh bibirku. Ciuman itu terasa hangat, hangat ketika ia yang melakukannya padaku. Jantungku terus berdegup seakan bunyi drum. Aku memejamkan mataku. Aku membiarkan diriku terhanyut dalam perasaan ini.

"Apakah kau masih akan sering bertemu dengannya ketika aku sudah menciummu?" ia perlahan melepaskanku. Aku bisa memastikan kalau pipiku mulai memerah, suhu malam ini sebenarnya dingin, tapi mengapa aku malah merasa kepanasan sekarang.

"Ekhem. Tentu saja aku hanya bercanda tadi. Aku tak mungkin sering menemuinya, jadwalnya sangat padat. aku hanya akan bertemu CEO dari agensinya saja."

"Baguslah."

"Tunggu, mengapa kau melakukannya? Aku sudah bilang kalau aku hanya memberimu kesempatan. bukan untuk ini."

"Memberiku kesempatan artinya memberiku kesempatan untuk menciummu bukan begitu?" Ia tersenyum jahil dan mulai menjalankan mobilnya kembali.

"Menyebalkan."

================================

from author :

Akhirnya aku bisa upload setelah sekian lama.... 😫😫. happy reading.

Jangan lupa rate and comment....

makasih...

사랑해요🙆