Chapter 13 - CHAPTER 13

Sama seperti biasanya, aku menjalankan rutinitas ku di kantor hari ini. Mengerjakan berbagai pekerjaan yang sempat terlewatkan. Namun, apakah kau tahu? dalam pikiranku hanya ada ingatan pada saat aku bertemu Hyuk tempo hari, saat Hyuk yang menurutku mencoba menciumku tetapi berhasil digagalkan oleh Seung Min. Beberapa pertanyaan yang mengganggu singgah begitu saja dalam otakku. Apa maksud Hyuk berbuat seperti itu? Apakah ia juga memiliki perasaan padaku? dan pertanyaan pertanyaan lain yang silih berganti lewat di pikiranku. Lagi-lagi sukses membuat fokus kerjaku hancur.

Aku berusaha keras agar pikiranku terfokus pada pekerjaanku, sehingga aku memutuskan untuk mendesain panggung untuk World Tour nya Lee Jae Hwan atau yang dikenal dengan nama panggung Jay, salah satu artis dari JW entertainment. Aku harus berusaha keras kali ini, ia merupakan salah satu penyanyi solo yang sungguh terkenal karena bakat yang dimilikinya, kalau world tour nya tidak disusun dengan baik, maka jutaan fans nya tentu saja akan kecewa.

Saking fokusnya aku mendesain Panggung, aku sampai tak memerhatikan waktu, kalau saja sekretarisku tidak mengingatkanku, aku hampir lupa waktu untuk makan siang.

"Kamsahamnida Lee biseo. - Terimakasih sekretaris Lee. Aku akan makan siang setelah aku bereskan desain panggungku ini. kau lebih baik makan siang Sekarang." Aku menyuruhnya meninggalkan ruanganku.

"geureom. - Then." ia segera keluar dari ruanganku.

Aku pun masih menyibukkan diriku pada desain panggung yang sedang kukerjakan ini sampai desainnya benar-benar selesai.

"Wahh... selesai, aku akan merevisinya nanti saja." Aku segera menutup MacBook tempat ku mengerjakan desain panggung dan mulai meregangkan badanku. "Lebih baik aku makan siang di ruanganku saja." Aku meraih gagang telepon untuk menghubungi pegawai kantin agar mengirimkan makan siang keruanganku.

"Tolong kirim makan siang keruanganku sekarang."

~|nae, Algessseubnida - ya, baiklah. mohon ditunggu daepyonim.|~

"nae, kamsahamnida." Aku segera menutup sambungan dan menunggu makanan dengan tenang.

tok..tok..tok..

Seseorang nampaknya mengetuk pintu ruanganku. Aku pikir makananku sudah sampai, aku sangat excited untuk segera menyantap makan siangku.

"Ya, masuklah" Aku tersenyum.

Ternyata dugaanku salah, bukan makananku yang sampai di ruanganku. Aku malah kehadiran Pria tampan yang entah mengapa ia mengunjungi kantorku. Ia mengenakan tuksedo berwarna pink yang dipadukan dengan kaos putih polos, walaupun warnanya begitu feminim, namun bisa kulihat tak ada kesan feminim sama sekali. Ia malah terlihat tampan dan sangat keren dengan balutan busana tersebut. Tak lupa ia juga mengenakan aksesoris untuk memperindah tampilannya. Sungguh seorang feshionista. Aku mengingatnya sekarang.

"Apakah anda sibuk Choi Daepyo?" Ia bertanya padaku dengan sopan.

"Tidak, kerjaanku sudah selesai. aku hanya menunggu makan siangku datang. duduklah." Aku mempersilakan ia untuk duduk di sofa tamu yang ada dalam ruanganku. Aku pun ikut duduk berhadapan dengannya. Kau penasaran 'kan siapa gerangan pria tampan yang mengunjungiku kali ini? Tentu saja bukan Hyuk, Ia adalah Jay, Artis yang bekerja sama denganku untuk world tour nya.

"Mengapa kau repot-repot datang kemari disela-sela kepadatan jadwalmu? bukankah ini adalah tanggung jawab CEO agensimu?"

"Tentu saja aku repot-repot kemari karena aku mendengar bahwa kau yang mengurus world tourku. sebelumnya aku tak pernah seperti ini, tapi karena itu kau 'Choi Keyla', makanya aku datang untuk bertemu denganmu." Tunggu. Apa yang sedang dia katakan?

"Apa maksudmu?" Aku tertawa kecil.

"Apakah kau tidak ingat kalau kita pernah bertemu saat kita masih seorang murid godeunghaggyo - SMA?" Ia menatapku serius.

"nae? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Aku kira ini adalah pertemuan pertama kita." Aku terheran.

"Kau pernah meminjamkan gitarmu, saat gitarku tak sengaja terjatuh di jalan dan terlindas mobil. Hari itu adalah hari audisiku." Aku ingat kejadian tersebut, tak kusangka lelaki yang kutolong hari itu adalah Jay.

"Aku ingat sekarang. Jadi, kau adalah lelaki itu? dan kau juga belum mengembalikan gitarku." Aku tersenyum.

"Aku kembali lagi ketempat kita bertemu waktu itu, dengan maksud untuk mengembalikan gitarmu dan berterima kasih, selain itu, aku ingin meminta kontakmu waktu itu. Tapi ternyata kau sudah tidak ada, kau hanya meninggalkan gitarmu yang sudah kau labeli dengan nama Choi Keyla. maka dari itu aku segera kemari setelah mengetahui bahwa kau yang bekerja sama denganku, 'Choi Keyla'" Tak kusangka ingatannya sangat bagus. Aku saja sudah melupakan kejadian itu, kalau saja ia tak mengingatkanku akan kejadian itu, mana mungkin aku mengingatnya.

"Ingatanmu cukup bagus. Bukankah itu sekitar sepuluh tahun yang lalu? Aku saja sudah melupakannya."

"Tentu saja aku selalu mengingatnya. itu adalah hari yang spesial untukku. Hari dimana aku membuka jalan untuk karirku, itu semua berkat pertolonganmu."

"Benarkah? syukurlah waktu itu ada aku yang membantumu." Aku mulai mengobrol dengannya sesantai mungkin.

"Oiya, aku masih menyimpan gitarmu. Apakah kau ingin mengambilnya kembali?" Ia bertanya padaku. Asalkan ia tahu, gitar itu sebenarnya sangat berharga untukku, karena Hyuk yang memberikannya padaku. Tetapi, aku malah kehilangannya karena ia.

"Bolehkah? Aku ingin mengambilnya kembali. Apakah gitar itu masih berfungsi? sudah sepuluh tahun yang lalu bukan?" Aku ragu.

"Tentu saja masih. aku merawatnya dengan baik, bahkan sesekali aku mengajaknya untuk konser bersamaku. Salah satu benda yang paling berharga untukku. Jadi kujaga dengan baik." Aku tidak menyangka gitarku itu menjadi hal yang berharga untuknya. Ya, untuknya. Yang membuatku senang adalah ketika 'nya' adalah seorang Jay...Jay... Penyanyi terkenal yang begitu tampan ini. Jinjja. seperti mimpi saja.

"Baiklah. kembalikan padaku nanti. hmmmm... aku baru menyelesaikan desain panggungmu. Apa kau ingin melihatnya?"

"Bolehkah?"

"Tentu saja." Aku segera mengambil MacBook ku dan memperlihatkan desain panggung padanya.

"Wah... Aku suka dengan desainnya. Daebak - keren." Ia terus memperhatikan desain panggung yang kubuat.

"Apakah kau menyukainya?"

"Iya aku menyukaimu." Ia menatapku.

"n..n..n..nae? - maaf?"

"Maksudku aku menyukainya." Ia mengalihkan pandangannya pada desainku. Cukup Key, berhentilah berpikiran aneh. Fokuslah pada tujuan dan pekerjaanmu, tak ada waktu untuk kau memikirkan hal seperti ini.

"Syukurlah kau menyukainya." Aku tersenyum. Ia hanya menatapku tanpa kata.

"W..waeyo? - kenapa? Apa ada yang salah denganku?" Aku bertanya canggung.

"Tidak ada yang salah denganmu. Hanya saja, senyummu terlalu cantik untuk kulewatkan." Ia mengatakannya dengan wajah datar.

"nae? - maaf?" Aku sungguh terkejut dan bingung.

"Tidak...tidak... lupakanlah."

Ia kembali kepada desainku dan datang dengan ratusan pertanyaan akan konsernya, ia juga meminta saranku, sampai ia harus pergi karena jadwalnya yang mendesak.

"Aku harus pergi sekarang, bisakah aku menghubungimu lagi lain waktu?"

"Tentu saja. kau tak perlu sungkan." Aku senyum.

"Baiklah. Terimakasih untuk hari ini. geureom." ia segera beranjak.

Perutku sekarang sudah benar benar terasa kosong. Aku prediksi pegawai kantin tidak akan masuk keruanganku untuk mengantar makan siangku sampai aku mengkonfirmasi bahwa tamuku sudah pergi. Aku harus segera menghubungi mereka.

"Apakah makan siangku sudah siap?"

~|Sudah, daepyonim. kami akan segera mengantarnya keruanganmu.|~

Aku segera menutup telepon dan menunggu dengan suara drum di perutku. Begitu makan siangku sampai, aku langsung menyantapnya tanpa banyak berpikir mengenai banyak hal. Mood ku jadi baik karena makanan, Ya simple saja.

~

"Apakah sebaiknya aku mengunjungi kantornya, aku harus memperbaiki kecanggungan dengannya akibat kejadian tempo hari." Aku bekerja dengan Hyuk yang selalu mampir dipikirkanku. "Baiklah, Ayo pergi ke kantornya Key." Aku memutuskan untuk pergi ke kantor Hyuk. Aku tak tahan dengan kecanggungan ini, akan lebih baik jika aku segera menyelesaikannya agar aku dapat bekerja dengan tenang. Kali ini aku mengendarai mobilku sendiri tanpa supir atau dengan kendaraan umum, aku ingin lebih cepat sampai kali ini sehingga waktuku tidak banyak terbuang.

Saat sampai di kantor Hyuk, aku tidak lagi bertanya pada resepsionis untuk menemui Hyuk. Aku langsung melewatinya dan bergegas ke ruangan Hyuk. Terlihat dari sudut mataku beberapa pegawai wanita yang melirikku dan berbisik pada temannya. mungkin... 'kau lihat wanita yang datang itu, bukankah ia yang bersama Hyuk Daepyo tempo hari?' seperti itu kurang lebih. Aku hanya tersenyum saja.

Sampai didepan ruangan Hyuk, aku mengetuk pintu.

"Masuklah." Terdengar suara Hyuk yang sedikit serak dari dalam ruangannya. Aku pun masuk begitu saja karena sudah dipersilahkan. Ia lagi lagi terkejut melihatku datang mengunjunginya.

"Apa yang kau inginkan?" Kali ini ia berkata dengan dingin, tidak seperti tempo hari.

"Ada apa dengan suaramu apakah kau sakit?" Aku sangat mengkhawatirkannya.

"Tidak. Aku bertanya mengapa kau kesini?" Ia tetap bersikap dingin padaku. Ada apa dengannya? tempo hari ia bersikap manis padaku, bahkan ia berusaha untuk menciu.. ohh lupakanlah. Tetapi mengapa aku merasa dia begitu dingin hari ini.

"Hyuk-ah, gwaenchanha? - kau tak apa? Sepertinya kau sakit, suaramu..." Aku mendekat padanya.

"Sudah kubilang jangan pedulikan aku." Aku terkejut mendengar perkataannya.

"Wae? - kenapa?"

"Lupakan. Apakah kau kesini untuk memberi tahuku bahwa kau sudah kembali dengan Choi Tae Joon?" Ia membuat tebakan. Yang tentunya seratus persen salah.

"Apa yang kau katakan, mana mungkin aku balikan dengan Tae Joon Oppa."

"Aku melihatmu dengannya kemarin malam, ia memperlakukanmu dengan mesra, bahkan ia membantumu mengikat rambutmu. bagaimana itu tidak bisa disebut dengan balikan? Kau juga tersenyum bahagia saat bersamanya." Tunggu. Tunggu sebentar. Apakah ia cemburu?.... Ahh lupakan key, sadarlah.

"Aku tidak balikan dengannya. Aku memang masih dekat dengannya. Namun, kau tahu? kedekatan kami hanya sebatas teman, hmm... bukan teman, seperti saudara?.... Amudeun - Apapun itu. Dia akan menikah tiga Minggu lagi dengan Hye Shin eonni. Ia memintaku untuk mengurus pernikahannya." Aku menjelaskan panjang lebar.

"Benarkah?" Ia meragukan ku.

"Tentu saja."

"Tapi apakah kau tak apa? ia adalah mantanmu, tapi kau bersedia untuk mengurus pernikahannya. bukankah itu agak sedikit..." Ia sedikit bingung.

"Bukan seperti yang kau pikirkan. Aku berpacaran dengannya tanpa rasa sedikitpun padanya dahulu. Aku harus menebus rasa bersalahku padanya 'kan?"

"Jadi kau tak pernah punya perasaan padanya?" Ia mulai kembali dari sifat dinginnya.

"Iya." Jawabku lemah.

"Tentu saja kau harus melakukannya 'kan? mengurus pernikahannya. Apakah ada yang bisa kubantu?" Aku masih mendengar suaranya yang sedikit serak. Sungguh sangat menggangguku.

"Apakah kau sakit Hyuk?" Aku mendekat padanya tanpa bertanya. Ku tempelkan punggung tanganku di dahinya, terasa panas.

"Kau demam?" Tanyaku khawatir.

"Sedikit."

"Apakah kau bekerja tanpa istirahat?"

"Aku hanya tidak tidur satu hari." Jawabnya santai.

"Kau gila? Kau mau mati?"

"Ada pekerjaan yang harus segera kuselesaikan. klienku kali ini adalah wakil menteri perhubungan. jadi aku harus segera menyelesaikannya tanpa celah." Ia menarik napas.

"Tapi kau jadi sakit seperti ini. Kau tahu, aku benci melihatmu sakit." Aku menatapnya. "lebih baik kau istirahat sekarang." Aku melihat jam yang melingkar di tanganku, itu menunjukkan pukul 18.00 KST.

"Tapi..."

"Ikuti perkataanku dan jangan membantah. Atau kau ingin sakit dan pekerjaanmu terbengkalai." Aku memaksanya.

~

"Biarkan aku menyetir." Hyuk membujukku.

"Biar aku saja."

"Tidak mau. Aku yang menyetir atau aku tidak akan pulang."

"Terserah padamu." Aku menyerah dan memberikan kunci mobilku padanya.

Ia mulai menyetir. Namun, ada yang aneh, ini bukan jalan ke arah rumahnya? kemana ia akan membawaku?

"Hyuk-ah, ini bukan jalan ke arah rumahmu."

"Iya. bukan jalan kearah rumah orang tuaku. tapi kerumah baruku." Ia sedikit tersenyum.

"Kau pindah? mengapa kau tak memberi tahuku? sejak kapan?" Aku mencecar nya dengan pertanyaan.

"Aku baru pindah dua hari yang lalu, sehari setelah aku bertemu denganmu(?)." ia tak yakin.

"Hehh... Baiklah, terus menyetir, jangan melihatku."

"Berisik."

Hyuk membunyikan klakson mobil agar satpam rumah membukakan pagar. Tak kusangka rumah barunya sebesar ini.

"Kau membeli rumah sebesar ini untuk tinggal seorang diri? bukankah ini terlalu berlebihan?" Aku melihat keluar jendela mobil.

"Kalau begitu apakah kau ingin tinggal disini?"

"Apa yang kau katakan?" Aku menyentil dahinya. Ia malah tertawa bahagia.

Ia segera turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untukku. Sungguh manis. Sudahlah Key. Huh.

"Apakah karena kau sakit jadi kau bisa semanis ini?" Aku berkata sembari melihat desain rumahnya.

"Jadi menurutmu aku manis? Syukurlah." Ia tersenyum padaku. kau ingin melihatku terkena serangan jantung Hyuk? berhentilah.

"Diamlah. masuk dan segera istirahat. Aku akan pulang. Jangan membuka pekerjaanmu lagi. cukup untuk hari ini." Aku menyuruhnya masuk.

"Tidak bisakah kau temani aku? di rumah sebesar ini, sendirian, saat keadaanku sedang tidak baik, apakah kau tega meninggalkanku sendiri?" Hyuk memohon padaku. Tentu saja aku tak bisa menolaknya.

"Baiklah." Aku menyerah.

"Gomawo." Ia menarik tanganku untuk masuk kerumahnya.

==================================

from author :

Yaa.... cukup segitu untuk chapter kali ini. enjoy reading. jangan lupa komen biar qu tau nih gimana sih respon kalian terhadap tulisanku.... yuhuuu... jangan lupa rate and komen.

Terimakasih semua.

사랑해요 🙆