Chapter 10 - CHAPTER 10

Sudah terhitung satu minggu aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku di kantor. Aku terhanyut dengan tumpukan pekerjaanku dan menikmatinya. Mulai dari merancang desain gaun pernikahan yang diminta oleh beberapa klien besar yang merupakan putri konglomerat atau Artis terkenal, merancang konsep acara pernikahannya, merancang beberapa desain busana untuk Ajang Seoul Fashion KODE, dan lagi, dua hari yang lalu dua CEO Agensi Entertainment di Korea datang langsung menemuiku sebagai klien, CEO SWTown dan CEO JW Entertainment, mereka memintaku untuk bekerjasama dengan mereka untuk mengurus World Tour beberapa Artis dari Agensi mereka. Tentu saja aku dengan semangat menerima pekerjaan tersebut, dengan begitu, selama seminggu penuh ini, aku tak pernah sedikitpun memikirkan Hyuk. Walaupun aku harus mendengarkan ocehan Hani eonni dan Heechul Oppa yang kecewa karena aku selalu sibuk dengan pekerjaanku alih alih pergi bersama mereka.

Hari ini, aku memutuskan untuk tidak terlalu fokus dengan pekerjaanku dan rehat sejenak. Sudah seminggu penuh aku menjadi wanita yang workaholic, biarkanlah hari ini aku mengistirahatkan diriku. Jadi, hari ini aku hanya akan menyelesaikan beberapa desain busana untuk Seoul Fashion KODE saja. Ah... satu lagi, aku akan melihat desain busana yang diajukan oleh divisi fashion illustrator untuk Pagelaran busana yang akan kami adakan secara independen.

Aku meraut pensil kayu yang ada di tanganku hingga lancip. Aku pun mulai membuka sketchbook ku dan membuat sketsa desain. Sebenarnya aku lebih suka mendesain menggunakan MacBook ku, tapi karena hari ini aku ingin rehat, jadi aku memutuskan untuk mendesain hanya dengan pensil kayu.

Tok..tok..tok. Seseorang sepertinya mengetuk pintu ruanganku.

"Ya, masuk." seorang wanita masuk kedalam ruanganku dan membungkuk sopan, dia sekretarisku.

"Choi Daepyo, Ada seseorang yang ingin menemui anda."

"siapa? apakah kita kedatangan klien lagi, Lee biseo? - sekretaris lee?" Aku menatapnya. wanita itu lumayan dekat denganku. ia biasa memanggilku eonni jika kami sedang tidak di kantor. Aku tak menyangka wanita ini sangat profesional dalam bekerja. Aku tersenyum kecil.

"Anieyo daepyonim. - tidak CEO. Ia ingin menemui anda secara pribadi." Ia menundukkan wajahnya.

"Lee biseo, jangan pernah menundukkan wajahmu seperti itu lagi, ini perintah." Aku kembali fokus pada desainku. "Suruh dia masuk." Aku terus memberi perhatian pada desainku. "Ah... satu lagi, tolong kembalikan proposal yang diajukan oleh ketua divisi visual merchandiser ini, aku tak suka dengan tema yang ia ajukan, minta ia menggantinya, paling lambat dua hari lagi. Nanti akan kutagih." Aku memberikan berkas tersebut pada Lee biseo.

"nae daepyonim, aku akan menyampaikannya." Ia berbalik untuk keluar dari ruanganku.

"Hmm... Ye Ri - yah." Aku memanggil Lee biseo dengan santai.

"hmm, eonni?" ia berbalik dan menatapku. Akhirnya ia bisa memanggilku eonni saat kita di kantor, baru saja aku memujinya akan keprofesionalannya. Aku tertawa kecil.

"Bagaimana keadaan ibumu?" Aku memasang wajah serius. "Apakah ia baik baik saja?"

"Iya. hanya dengan sedikit perawatan sepertinya gastritis yang dideritanya akan sembuh. mungkin ia bisa dipulangkan dari rumah sakit setelah dua sampai tiga hari." Ia terdengar lega.

"Baiklah, kalau ada waktu aku akan datang mengunjunginya. Kau harus tetap semangat bekerja okay?"

"kamsahamnida daepyonim." ia kembali memanggilku daepyonim dan segera keluar dari ruanganku.

Tak lama berselang, pintu ruanganku terketuk untuk yang kedua kalinya.

"Ya. silahkan masuk." Aku masih mencurahkan perhatianku pada desainku hingga tak melihat siapa yang masuk kedalam ruanganku.

"Keyla-yah." Seorang pria memanggil namaku dengan lembut, suaranya sangat familier di telingaku. Perhatianku pun teralih.

"Oh... Hyuk-ah, kenapa kau datang kemari? Apakah ada masalah?" Aku bertanya dengan nada dingin.

"Ani - tidak. Aku hanya ingin menemuimu." Ia mendekat ke meja kerjaku, mengambil pensil kayu yang ada di tanganku dan meletakkannya di stationery organizer yang ada di samping meja kerjaku, kemudian Ia juga menutup sketchbook yang ada dihadapanku.

"Apa yang kau lakukan. Aku sedang bekerja." Aku protes dengan enggan.

"Tak bisakah kau berhenti sebentar?"

"Tidak bisa." Aku kembali meneruskan desainku.

"Kalau begitu, bawa pekerjaanmu dan ikut denganku." Hyuk bersikeras untuk mengajakku agar pergi bersamanya.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan?" Aku menyerah.

"Aku hanya ingin kau ikut denganku, itu saja."

"Hehh..." Aku menarik napas. "Baiklah, tapi aku akan membawa pekerjaanku." Aku menyelempangkan tasku dan membawa MacBook ku untuk pergi bersamaku.

"Terimakasih." Hyuk tersenyum. "Hmm... geunde Keyla-yah. Aku tak menyangka kacamata itu sangat cocok denganmu." Hyuk menatapku dengan lembut.

"Kau bercanda? Apapun benda nya, jika aku yang mengenakannya pasti akan selalu terlihat cocok dan cantik." Aku berbicara tanpa ekspresi.

"Baiklah. terserah padamu." Hyuk tertawa kecil. sudah lama aku tak melihat wajahnya yang seperti itu, Ya, tentu saja sudah lima tahun aku tak pernah melihatnya. "gaja - ayo." Hyuk meraih tanganku dan menggenggamnya. Kau tahu? musik heavy rock sepertinya disetel lagi di jantungku, Aku tak tahu harus bereaksi seperti apa.

Hyuk enggan melepaskan tanganku walaupun aku terus memintanya. "Hyuk-ah, lepaskan, karyawan-karyawan ku sedang melihat kita sekarang." Aku berbisik kepada Hyuk.

"Tidak mau." Ia malah menggenggam tanganku lebih erat.

Terdengar di telingaku suara suara berbisik karyawanku.

"Kau lihat? bukankah pria itu sangat tampan? itu pasti pacarnya daepyonim."

"Sepertinya begitu. Aku sangat iri dengan Choi Daepyo yang bisa memiliki pacar yang setampan itu."

Obrolan karyawanku itu sangat membuatku terganggu. ingin sekali kujelaskan pada mereka bahwa Hyuk ini sahabatku, bukan pacarku. Aku menghela napas panjang.

"Tak bisakah kau lepaskan tanganku? sepertinya aku harus memegang MacBook ku dengan dua tangan" Aku mencoba sekali lagi dengan alasan yang tentunya tak rasional.

"Berikan padaku." Hyuk malah mengambil MacBook ku dan membawanya. "Kalau seperti ini, tanganmu free 'kan?" ia tersenyum. Terlihat dari sudut mataku karyawan karyawan ku yang terus memandang kami.

"Hyuk, bukan itu masalahnya. Karyawanku akan mengira kita pacaran, dan bergosip sepanjang waktu."

"Bukan kah kau selalu tak peduli tentang gosipan orang?" ia nampaknya tak peduli sama sekali.

"Tapi..."

"Malah bagus 'kan jika mereka mengiramu sudah memiliki pacar setampan aku. sehingga tak ada karyawan pria yang berani mendekatimu." Hyuk mendekatkan wajahnya padaku. "Karena kau hanya milikku." Ia tersenyum jahil dan segera membawaku keluar kantor.

Hyuk membukakan pintu mobilnya untukku. "Ayo." Aku hanya patuh dengan apa yang ia katakan. Aku memasuki mobil dan memasang seatbelt dengan baik. Hyuk pun menyalakan mobilnya. "Gaja..." ia bersemangat.

~

Dalam perjalanan, aku hanya diam dan enggan membuka percakapan dengan Hyuk. Begitu juga dengan Hyuk, ia hanya fokus menyetir dan tidak mengatakan apa-apa. Baguslah, itu menyelamatkan ku dari serangan jantung.

'karena kau hanya milikku.' perkataan Hyuk terngiang olehku. walaupun ku mencoba untuk mengenyahkannya, tapi aku selalu gagal. Apa maksudnya dengan mengatakan hal tersebut? Apakah dia ingin melihatku masuk rumah sakit karena serangan jantung?. Aku tak menyadari aku berdecak begitu kencang.

"Kenapa key? Sebegitu bencinya kah kau pergi denganku?" Hyuk membuka percakapan.

"Mungkin?" Aku melihat ke jendela mobil. Aku sangat kenal tempat ini. Mengapa dia membawaku ke Jungkok-Dong?. "Sebenarnya kau mau membawaku kemana?"

"Ke kantorku."

"Hah? jadi kau menculikku dari kantor hanya untuk datang ke kantormu? sungguh menyebalkan." Keyla, Apa yang kau harapkan? sadarlah.

"Apakah kau kecewa?" Ia menatapku yang membuatku tak karuan.

"Yah... lihat kedepan atau kau akan menabrak mobil di depanmu." Aku mengalihkan perhatiannya.

"Ahh..." Ia kembali melihat kedepan. "Belakangan ini aku tak bisa bekerja dengan baik, hanya ada kau dipikiranku. itu sangat mengganguku. Jadi aku memutuskan untuk membawamu bersamaku agar aku bisa bekerja dengan baik." Ia mengatakannya dengan santai.

Ayolah Choi Key, tentu saja dia memikirkanmu karena kau sahabat baiknya. jangan memikirkan yang tidak tidak okay?. Aku meyakinkan diriku agar tidak terhanyut oleh perasaanku.

"Tidak seru sekali." Aku mengembalikan perhatianku pada gedung gedung yang kita lewati.

~

Kali ini Hyuk melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan di kantorku. Ya, tentu saja ia kembali menggenggam erat tanganku tanpa menghiraukan karyawan karyawannya yang sedang melihat kami dengan tatapan iri, terlebih karyawan-karyawan wanita yang menatapku dengan tatapan 'akan kubunuh kau'.

Aku tersenyum saat melihat Suji, resepsionis yang aku temui beberapa waktu lalu. Ia pun membalas senyumku sembari memberikan tatapan heran. 'Mengapa Hyuk Daepyo menggenggam tangannya? padahal ia berkata bahwa ia tidak mengenal wanita itu beberapa waktu lalu.' Aku yakin kurang lebih hal itu yang ada dipikirannya sekarang.

"Hyuk-ah, sudah kukatakan lepaskan tanganku. toh aku tak akan tersesat walaupun kau tak menggandeng tanganku." Aku berbisik padanya.

"Aku tak mau melepaskannya. Bisa saja kau akan pergi begitu saja jika aku melepaskan tanganmu."

"Huhhh... terserahmu saja." Aku menyerah, karena alasan apapun tak akan berhasil melawan kemauan Hyuk.

~

Aku heran mengapa Hyuk membawaku kemari hanya untuk duduk diam di ruangannya sementara ia melanjutkan pekerjaannya dengan intens.

"Hyuk-ah, apakah ada teh jali di pantry? aku ingin membuatnya, siapa tahu bisa membantuku menghasilkan ide bagus untuk desainku." Aku mencari alasan untuk keluar dari ruangan yang sunyi ini.

"Tentu saja ada, buatkan untukku juga." Hyuk masih terfokus pada pekerjaannya.

Aku segera keluar ruangan untuk menuju pantry dan membuat teh jali. sembari membuat teh jali, aku tak sengaja mendengarkan pembicaraan karyawan Hyuk yang samar terdengar di telingaku. sehingga kuputuskan untuk menguping sebentar sebelum kembali ke ruangan Hyuk dengan teh jali di tanganku.

"Moon Hee-ah. Apakah benar Hyuk Daepyo marah besar kepada kepala divisimu?"

"Iya. benar sekali, kali ini rancangan software yang dibuat tim kami tidak sesuai dengan keinginan Hyuk Daepyo sehingga terkena marahnya. selain itu, menurutku ada sesuatu lain yang mengganggunya."

"geunde Moon Hee-ah. - tapi Moon Hee. baru saja Hyuk Daepyo datang ke divisiku tadi, aku sangat yakin harusnya ia marah juga kepada divisi kami karena beberapa masalah. namun, sepertinya ia memakluminya tadi dan segera meminta kami memperbaikinya secara baik baik."

"Sepertinya suasana hatinya sedang bagus. Tapi, mengapa pagi tadi saat ia datang ke divisiku malah dalam suasana hati yang buruk, sungguh sial."

"Haha... aku mengasihanimu. Jadi bagaimana dengan rancangan softwarenya? Kalian sekarang pasti sibuk memperbaikinya."

"Tidak. Hyuk Daepyo memutuskan untuk memperbaikinya sendiri."

Kedua wanita itu akhirnya kembali ke pekerjaannya masing-masing setelah puas bergosip. Ternyata menguping gosipan orang tidak seburuk itu. Aku tersenyum dan segera membawa teh jali yang kubuat ke ruangan Hyuk.

"Ini..." Aku meletakkannya di meja kerja Hyuk. Aku sedikit mengintip pekerjaannya dan membuat perhatiannya teralih padaku.

"Kenapa? Kau penasaran tentang apa yang sedang kukerjakan?"

"Hmmmm..." Aku mengangguk. "Apakah kau sedang memperbaiki rancangan software?"

"Iya." Aku melihat rancangan software yang sedang ia kerjakan di komputer dengan sedikit menundukkan badanku agar aku dapat melihat dengan jelas.

"Apa yang salah dengan rancangan ini? software yang akan dikembangkan ini menurutku sudah lumayan bagus, tinggal beberapa bagian saja yang harus diperbaiki. Tak usah merombaknya secara besar besaran Hyuk-ah." Aku tak menyadari jarakku dan Hyuk terlalu dekat.

"Tapi..." Hyuk menunjuk ke layar komputer.

"Tidak masalah, user interface memang harus dibuat sesederhana mungkin agar orang awam mudah menggunakannya. jangan terlalu memperumit user interface-nya kecuali software yang kau kembangkan ini ditargetkan untuk kalangan terpelajar. Aku lihat software aplikasi ini ditujukan untuk pasien pasien di rumah sakit 'kan? tentu saja mereka termasuk orang awam." Aku memberikan penjelasan pada Hyuk.

"Apakah begitu? baiklah akan kuikuti saranmu." ia mengangguk perlahan dan meminum teh jali yang kubuat. "Kepala divisi pengembangan game memberikan game baru yang sudah mereka buat. apakah kau mau mencobanya dan memberikan komentar?" Hyuk bertanya padaku.

"Boleh saja." Hyuk membuka game hasil dari divisi Pengembangan tersebut. "bagaimana cara memainkannya? Aku tidak mengerti." Aku menatap Hyuk.

Alih alih menjawab, Hyuk malah menarikku mendekat padanya dan memposisikanku dipangkuannya. "biar ku jelaskan padamu." Jarak kami terlalu dekat hingga aku tak bisa bernapas dengan baik. Mungkin mukaku sudah terbakar sekarang, Aku harus mencoba mengendalikan diriku. "Baiklah jelaskan padaku bagaimana cara memainkannya." Aku mencoba bangkit dari pangkuannya. Namun, ia menahanku erat sehingga usahaku gagal.

"Tetaplah seperti ini. Biar ku jelaskan." Hyuk menjelaskan mengenai teknis game tersebut. Akan tetapi aku tidak bisa fokus sama sekali, aku bisa mati rasa jika terus seperti ini. Aku mencoba untuk tetap tenang dan mengendalikan diriku dengan baik.

"Menurutku, senjata yang dibawa oleh character game ini seharusnya tidak cuma bisa dipilih saja. tetapi bisa di upgrade juga. dengan begitu orang yang memainkan game ini akan puas bila senjatanya telah ia upgrade." Aku mencoba untuk fokus dan memberikan komentar.

"Kau lihat 'kan di game ini kita hanya bisa memilih senjata apa yang akan digunakan oleh character. contohnya seperti ini, jika kita memilih palu, Ya sudah kita hanya bisa menggunakan palu saja, apa yang istimewa dari itu. Tapi kalau kita bisa mengupgrade nya akan lebih seru, awalnya kita hanya bisa memilih palu dengan bahan dasar kayu, kemudian palu itu bisa di upgrade menjadi palu yang berbahan dasar emas imperial. bagaimana menurutmu?" Aku menolehkan wajahku untuk menatap Hyuk. Namun, wajah Hyuk terlalu dekat denganku. Jantungku rasanya ingin mendobrak keluar dan berlari marathon.

Hyuk tidak menanggapi komentarku. ia malah mencoba mendekatkan wajahnya kepadaku, lebih dekat dari ini, ia juga memelukku untuk dapat lebih dekat dengannya. Tunggu? Apa dia akan menciumku?. Hyuk terlihat benar benar akan menciumku. Aku hanya memejamkan mataku dengan perasaan campur aduk.

Klek. seseorang masuk keruangan Hyuk. Aku yang terkejut langsung bangkit dari pangkuan Hyuk. Ternyata Han Seung Min yang masuk keruangan, betul sekali, adiknya Hyuk. Entah mengapa kali ini aku merasa kesal padanya. Harusnya tadi..., Tunggu, apa yang kupikirkan? sadarlah Choi Key.

"Upsss.... mianhae - maaf. sepertinya aku masuk disaat yang tidak tepat. silahkan kalian lanjutkan. Aku akan memberikan proposal ini di rumah saja, lagi pula ini tidak begitu penting."

"Aishhh...." Hyuk sepertinya terlihat kesal dengan kedatangan Seung Min. "Ka... - pergilah."

"baiklah Hyeong. Fighting." ia segera berlari keluar ruangan Hyuk.

Tunggu. Situasi macam apa ini? Apa yang dilanjutkan maksud Seung Min? Sepertinya aku sudah gila. Hyuk terlihat sedang menatapku. Suasana ini begitu canggung sekali. seseorang tolonglah aku.

"Sepertinya aku harus segera pergi. Aku melupakan sesuatu. ada pekerjaan yang harus segera ku urus di kantor. gereom." Aku segera menutup MacBook ku dan mengambil tasku.

"Kau tidak ingin ku antar?" Hyuk mendekat padaku.

"Tidak usah, kau harus lanjutkan pekerjaanmu." Aku tersenyum dan sesegera mungkin keluar dari ruangan Hyuk.

====================================

from author :

Hiyaaa hiyaaa hiyaaa.... udah mulai baper belum nih? 🤭... Tungguin update an selanjutnya ya.

jangan lupa komen, and kasih support kalian... biar aku semangat terus nih uploadnya... Yuhuu makasih

사랑해요 🙆