Chapter 9 - CHAPTER 09

"Eonni apakah kau akan kembali ke kantor?" aku mengajukan pertanyaan pada Hye Shin eonni yang baru saja menghabiskan makanan yang ada di piringnya.

"iya. masih banyak artikel yang harus aku edit sebelum di terbitkan." ia mengelap mulutnya dengan selembar tisu.

"ohh... I see. Ternyata menjadi editor memang lumayan melelahkan." Aku menatap piring kosong dihadapanku. Ya, kau tahu? karena aku masih merasa lapar.

"Apakah kau belum merasa kenyang Key?" Pertanyaan Tae Joon Oppa bisa dibilang 'one shot' sekali.

"n..n..nae? - y..y..ya?" Aku bingung harus bereaksi seperti apa.

"Benar sekali tebakanku ini. mana mungkin kau bisa merasa kenyang dengan sepiring breaded veal cutlet, benar 'kan?" Tae Joon Oppa tersenyum jahil.

"Yah... Cho I, aku tak menyangka kau bisa menjaga badanmu agar tetap langsing walaupun kau makan apapun sesukamu. huhhh benar benar membuatku iri." Hye Shin eonni pura pura memasang wajah kecut.

"Pesanlah makanan lagi. Apa yang mau kau makan?" Tae Joon Oppa menyodorkan daftar menu kepadaku.

"Hmm... Aku harus pergi sekarang, kalau tidak aku akan terlambat sampai kantor." Hye Shin eonni bersiap untuk pergi.

"Biar kuantar sayang." Tae Joon Oppa segera berdiri untuk mengikuti Hye Shin eonni. lalu bagaimana denganku?

"Kau tak perlu mengantarku sayang. kantorku hanya di seberang jalan. hanya membutuhkan satu sampai dua menit untuk menuju kantorku. Apakah kau tega meninggalkan adik kita makan sendiri disini?" ia memegang pipi Tae Joon Oppa dengan lembut. "kanda - aku pergi." Tak lupa Hye Shin eonni mencium singkat bibir Tae Joon Oppa dan segera beranjak.

"josimhae - berhati hatilah." Tae Joon Oppa terus memperhatikan Hye Shin sampai ia tak lagi terlihat.

"wahh... kalian berdua memang sangat serasi. benar benar membuatku iri." aku menggelengkan kepalaku sembari berdecak.

"Apakah kau sekarang menyesal karena memutuskanku dan memberikanku pada wanita lain?" ia menggodaku.

"Mana mungkin? aku sangat senang melihat kalian. sungguh membuat hatiku lega." aku mulai membuka daftar menu untuk kembali memesan makanan. "Baiklah...hmm..."

"Schulien noodels." Tae Joon Oppa mengatakan menu yang baru saja akan aku pilih.

"Aku kira kau sudah berganti pekerjaan menjadi seorang peramal, Oppa." Aku pura pura memasang wajah takjub.

"Yahh.. ChoKey, bukankah kau sering memesan itu ketika kau datang ke restoran ini?" ia berdecak.

"Ternyata ingatanmu sangat baik oppa." Tae Joon Oppa hanya tersenyum dan memanggil pelayan untuk segera menghidangkan makanan yang kupesan. Tak lama Schulien noodels yang ku pesan sudah terhidang dengan elok di meja. "Wahh... waktunya menyantap makan siang ronde dua." Aku langsung menikmati makanan yang ada dihadapanku sembari merasakan aura aneh dari tatapan Tae Joon Oppa.

"Bagaimana kau bisa tetap menjaga badanmu? padahal kau bisa makan sebanyak ini."

"Tentu saja karena aku rajin berolahraga. Hmm, ya mungkin rajin." aku terus memasukkan makanan kedalam mulutku hingga mangkuk yang berada dihadapanku ini berubah menjadi mangkuk kosong.

"kau sudah merasa kenyang sekarang?"

"Belum..."

"Apa? kau masih belum merasa kenyang?"

"Ya, belum jika aku tidak memakan Schulien noodels tadi. Karena aku sudah memakannya sekarang, aku kenyang." Aku tersenyum jahil.

"Bisakah kau berhenti bercanda?" Ia mengacak rambutku.

"Aku akan ke toilet sebentar, sepertinya rokku sedikit terkena bumbu Schulien noodels tadi." Aku segera bangkit menuju toilet.

Aku sesegera mungkin membersihkan noda bekas Schulien noodels dari rokku yang lumayan sulit untuk dihilangkan. Aku memutuskan untuk mengaplikasikan kembali lipstikku karena sudah terhapus saat menyantap makanan. Tak lupa aku pun memperbaiki ikat rambutku dan menatanya kembali agar terlihat lebih rapi. Kau tahu apa yang hadir di pikiranku ketika melihat pantulan diriku di cermin? Ya, Hyuk dan pacarnya yang sungguh membuatku merasa sesak. walaupun aku terus mencoba mengenyahkannya dari pikiranku, namun tetap saja tidak bisa.

"Hehh... sungguh menyebalkan." aku menggerutu sembari melihat cermin. "Aku tak menyangka kau sangat cantik Keyla?" Aku berkata kepada pantulan diriku di cermin tanpa suara.

Saat aku membalikkan badanku, aku melihat sesosok perempuan yang paling tidak ingin ku temui. Tentu saja bukan valak, aku akan sangat senang jika bertemunya karena aku salah satu fans beratnya. Apa yang kukatakan? lupakan. Perempuan itu adalah pacar baru Hyuk, kalau aku tidak salah dengar, Hyuk memanggilnya dengan sebutan Ye Na, benar 'kan? Akan tetapi, Apa yang ia lakukan disini? Apakah dia disini bersama Hyuk? baiklah terserah saja. Aku segera keluar toilet dan tak menghiraukannya. Tapi, apa ini? mengapa mataku sangat berat? aku malah merasa ingin menangis saat melihat wanita tadi. Aku tak bisa mengenyahkan bayangan Hyuk yang sedang bermesraan dengan wanita itu. Aku tak mengetahui sejak kapan rasa ini terus menerus berusaha menyiksaku. membuatku sesak hingga enggan bernapas. membuatku terus mengizinkan air mataku untuk keluar.

~

"ChoKey mengapa kau lama sekali di toilet?" Tae Joon Oppa menanyakan pertanyaan padaku sembari melihat handphonenya. Aku tak menghiraukan pertanyaannya.

"Oppa. Aku akan pulang sekarang." Aku harus segera pergi dari restoran ini agar tidak bertemu Hyuk dan pacarnya.

"Kau menangis? Ada apa key? aku rasa kau baik baik saja tadi. mengapa setelah kembali dari toilet kau malah menangis?" Tae Joon Oppa nampak sangat mengkhawatirkanku.

"sudahlah Oppa, aku tak ingin kau bertanya. Aku akan pulang sekarang." Aku membalikkan badanku untuk segera pergi dari restoran. Tetapi, tanganku tertahan oleh Tae Joon Oppa.

"Tidak bisakah aku bertanya mengapa kau menangis? apakah aku sudah menjadi orang asing bagimu sekarang setelah kita tidak bertemu selama lima tahun?" ia terus menginterogasiku.

Ada satu hal yang mengalihkan fokusku. Terlihat dari sudut mataku Hyuk yang sedang bersama pacarnya. Tunggu. ada yang aneh, ia sepertinya terlihat sedang berdebat dengan pacarnya, dan pacarnya pun meninggalkannya sendiri dengan muka kesal.

"Keyla. Aku tanya mengapa kau menangis? kau tahu 'kan, aku paling tidak tahan melihatmu menangis seperti ini. dari awal kau datang, aku sudah tahu bahwa kau sedang sedih. tapi tak sedikitpun kau ceritakan alasan mengapa kau menangis padaku." Tae Joon Oppa terlihat sedikit marah. Kau tahu? aku tak pernah melihat raut wajah Tae Joon Oppa yang setegas itu.

"Oppa... lepaskan tanganku aku harus pulang." Aku mencoba melepaskan genggaman Tae Joon Oppa.

"Lepaskan tangannya." Hyuk datang dengan tiba-tiba, ia memberi pukulan kepada Tae Joon Oppa hingga membuatnya terhuyung kebelakang dan memiliki memar di pipinya. Aku sangat terkejut, sampai tak tahu apa yang harus kulakukan.

"mengapa kau membuatnya menangis?" Hyuk yang terlihat sangat marah menghujani Tae Joon Oppa dengan pukulan. Pengunjung restoran tentu saja menjadikan kami sebagai tontonan seru yang menemani makan siang mereka.

"Apa kau bilang? Aku membuatnya menangis? justru aku yang harus bertanya padamu, apakah kau yang membuat wanita kesayanganku ini menangis?" Tae Joon Oppa balas memukul wajah Hyuk hingga sudut bibir Hyuk mengeluarkan darah. Aku sangat panik melihat mereka berdua bertengkar karena kesalahpahaman yang kubuat.

"Kenapa kalian bertengkar? berhentilah." Tak kusangka Hye Shin eonni datang menghampiri kami. ia meninggikan suaranya untuk menghentikan kedua pria yang sedang bertengkar tersebut. "kemanhaeyo. Jebal. - berhentilah. tolong." Hyuk dan Tae Joon Oppa pun berhenti.

"eonni. bagaimana kau bisa kembali kesini?" Aku bertanya dengan suara berbisik kepada Hye Shin eonni. Aku sangat lega karena ia datang pada saat yang tepat.

"Aku sepertinya meninggalkan flash disk ku, jadi aku kembali kemari." ia meraih flash disk yang berada di atas meja.

"Hye Shin-ah." Tae Joon Oppa menatap Hye Shin eonni dengan tatapan bersalah.

"Sudahlah Tae Joon-ah. Aku akan mengobati lukamu." Hye Shin eonni menggandeng tangan Tae Joon Oppa. "Keyla-yah aku akan membawa Tae Joon bersamaku, kau pulanglah dan jangan lupa istirahat." Hye Shin eonni berbisik lembut di telingaku.

"Baik eonni." Hye Shin eonni menarik lengan Tae Joon Oppa yang terlihat enggan meninggalkanku bersama Hyuk di restoran ini. Ya, sekarang hanya tinggal aku dan Hyuk. Hyuk menatapku lurus, nampaknya luka di sudut bibirnya tak mengganggunya sama sekali.

"gwaenchanha? - kau tak apa? mengapa kau menangis Key?" Hyuk mendekat kepadaku. Tak kusangka luka di sudut bibir Hyuk yang dibuat oleh Tae Joon Oppa begitu menggangguku.

"Diamlah dan ikut denganku." aku menarik tangan Hyuk agar ikut denganku.

"Aku bertanya mengapa kau menangis?" Hyuk menghentikanku.

"Tidak penting. Yang penting sekarang, kita obati dulu lukamu." Aku menarik tangan Hyuk agar mengikutiku.

~

"Shh..."

"Sakit?" Aku tak sadar suaraku terdengar sinis. "Salah kau mengapa datang dan memukul wajah orang sembarangan." Aku mengoleskan salep menggunakan Cutton Bud ke sudut bibirnya yang terluka.

"Ahh...ahh... bisakah kau lembut sedikit?" ia mengeluh padaku.

"baiklah." Aku dengan lembut mengobati lukanya.

"Mengapa kau menangis key? Apa betul itu karenaku?" Hyuk mengatakan dengan lembut padaku.

"Hmm..." Aku menarik napas panjang. "Bisa dikatakan begitu?" Aku berkata dengan suara tidak yakin.

"Apa karena aku tidak memaafkanmu?" Hyuk menatapku.

"mungkin?" Aku merapikan kotak obat yang kupinjam dari pemilik restoran.

"Kalau begitu maafkan aku karena membuatmu menangis. Aku juga tak tahu mengapa aku bisa sekejam itu padamu." ia memalingkan wajahnya.

"Sudahlah tidak penting." Aku menutup kotak obat dengan perlahan. "Sekarang lukamu sudah kuobati. tanggung jawabku sudah selesai, aku akan pulang." Aku beranjak untuk mengembalikan kotak obat yang kupinjam dari restoran tersebut.

"Mengapa? Apakah aku terlalu membuatmu sedih?"

"Hyuk-ah, lukamu sudah kuobati. Aku sudah selesai denganmu. kau pun sudah memaafkan ku 'kan? Apakah kau ingat aku mengatakan tak akan mengganggumu lagi setelah aku mendapat maaf darimu?" Aku mencoba memasang wajah dingin.

"Keyla-yah"

"Hyuk-ah. lebih baik kau juga pergi sekarang. kau harus kembali ke kantormu. Ah... tunggu, kau harus menyelesaikan masalahmu dengan pacarmu. Aku pikir kalian sedikit berdebat tadi." Aku merasa aku sedang memasang wajah yang sungguh tak menyenangkan.

"Dia bukan pacarku." ia memalingkan pandangannya dariku.

"nae? - ya? Apakah kau yakin? Aku mendengarnya memanggilmu 'sayang', bagaimana bisa dia bukan pacarmu." Aku tak percaya akan apa yang ia katakan.

"Dia wanita yang selalu mengejarku. nampaknya hari ini aku terlalu emosi sehingga memanfaatkannya." Hyuk menundukkan kepalanya.

"Apapun itu. Aku akan pulang sekarang, jangan menahanku. lebih baik kau juga kembali ke kantormu." Aku langsung pergi meninggalkannya.

Setelah mengembalikan kotak obat. Aku langsung keluar restoran untuk segera pulang. walaupun aku melihat Hyuk yang masih duduk diam di tempat ku mengobatinya tadi, aku tak ada keinginan sama sekali untuk menghampirinya. Ya. Aku hanya ingin pulang dan mengistirahatkan badanku mengingat esok ku harus kembali ke kantorku untuk memantau kinerja karyawanku secara langsung.

====================================

from author :

kalau penasaran sama kelanjutannya, komen yah... biar aku lebih semangat uploadnya.... 😊😊....

makasih atas supportnya.

사랑해요 🙆