Chapter 8 - CHAPTER 08

~~~~~~~~ 04 Juli 2013 ~~~~~~~~

Layar handphone ku menunjukkan pukul 07.00 KST. Aku berjanji untuk bertemu Hyuk sekitar 30 menit lagi. Aku memutuskan untuk mampir sejenak di Caffe sekitar Taman Hangang Banpo untuk membeli hot Chocolate. Menurutku Caffe itu merupakan tempat yang pas untuk berkencan. kau tahu mengapa? karena banyak pasangan yang datang mengunjunginya. selain itu, Caffe tersebut menyediakan notes yang dapat di tempel oleh pengunjung di dinding selatan Caffe. Dari beberapa notes yang kulihat, banyak pengunjung yang menaruh harapannya dan menuliskan namanya beserta pasangannya di notes tersebut. Sungguh membuatku iri. Aku harusnya kesini dengan pasanganku. Baiklah, mungkin next time.

Aku memesan segelas hot Chocolate kepada pelayan Caffe. Menurutku ia adalah pekerja paruh waktu di Caffe ini. Bisa kuramal usianya sekitar 18 atau 19 tahun.

Sembari menunggu pesanan ku, aku duduk di salah satu bangku di pojok Caffe, dari bangku itu aku bisa memperhatikan beberapa pasangan yang sedang bermesraan bahkan, kau tahu? berciuman. Aku hanya tersenyum melihat pasangan pasangan tersebut, aku turut bahagia melihatnya.

Tak lama pager di tanganku berbunyi dan lampu berwarna merah yang terpasang melingkarinya pun berkedip, tanda bahwa pesananku sudah siap. Aku pun mengambil hot chocolate yang kupesan dan kembali duduk di tempat tadi. Ku nikmati secangkir hot Chocolate sembari melihat pasangan pasangan yang bermesraan di Caffe tersebut. Saat ku menoleh ke kanan, aku melihat dua insan yang sedang berciuman. 'Oh... God, why? mereka sangat manis.'

Tunggu. Aku tak bisa mengalihkan pandanganku dari dua insan yang sedang bermesraan tersebut. Sepertinya lelaki yang sedang berciuman itu begitu familier. kupicingkan mataku dan melihatnya dengan fokus. Seketika tubuhku melemas, dadaku terasa sesak, air mataku mulai meminta keluar membasahi pipiku. kau tahu apa yang baru saja kusaksikan? Hyuk yang sedang berciuman dengan pacarnya. Namun, aku tak tahu mengapa aku bisa merasa sesakit ini.

~

Aku menunggu Hyuk di tempat kita janjian. Aku dengan enggan menikmati warna warni lampu yang terpasang pada air mancur. Aku menghela napas panjang. Tatapanku kosong, dadaku sesak, ada sesuatu yang membuatku sakit, dan air mataku terus memintaku untuk mengeluarkannya. Sepertinya kali ini, aku mengizinkan air mataku untuk keluar begitu saja.

"Keyla-yah, kau sudah sampai? Apakah kau sudah lama menungguku?" Hyuk menggapai pundakku dan menatapku hangat. "kau menangis?" mendengar suara Hyuk membuatku begitu sesak dan tercekat.

"kau pikir aku sedang tertawa?"

"pasti kau menangis karena si brengsek Choi Tae Joon 'kan? aku melihatnya berciuman dengan seorang wanita di Taman Hangang Ttukseom." ia nampaknya begitu mengkhawatirkanku.

"n..n..nae?"

"baiklah aku akan menemuinya dan memberikan pelajaran padanya karena telah membuatmu menangis."

"kemanhae - sudahlah." suaraku terdengar lemah.

"Mengapa dia bisa menyakiti orang sepertimu? orang yang selalu ada untuknya, memberikan perhatian padanya, mengapa si kunyuk itu malah berselingkuh dengan orang lain? Kalau kau tidak melarangku, mungkin si Tae Joon itu tidak akan bisa menggunakan tangannya lagi sekarang." Perkatannya yang mencoba menghiburku tidak lekas membuatku berhenti menangis.

"Yah Han Sang Hyuk. Where did you get such a terrible word like that?" aku tak sadar nada suaraku terdengar sinis.

"neo hwanangoeya? – kamu marah?. Kenapa kamu terlihat marah padaku? Padahal Tae Joon yang menyakitimu. Aku jelas-jelas melihatnya sendiri dengan mata kepalaku dia sedang berciuman dengan seorang gadis." Ia mendekat padaku. "uljima – jangan menangis." Ia hendak memelukku tapi aku segera mengelak.

"Aku benci melihatmu begitu perhatian padaku." Aku menghapus airmataku.

"Wae? – kenapa?"

"geunyang – hanya saja" Aku menatap kosong ke kehangatan sungai Han. Tak lama Handphone-ku berdering, tertera nama Choi Tae Joon dengan emoticon hati melakukan panggilan.

"Choi Tae Joon?" Aku hanya mengangguk tanpa kata. "Hajima – Jangan. Jangan mengangkatnya, kau akan sakit ketika mendengar suaranya Keyla-yah. Jebal – tolong." Kali ini aku tidak mengindahkan perkataan Hyuk dan menerima panggilan Tae Joon oppa. Hyuk hanya menatapku dengan penuh kehawatiran dimatanya. Ia terus memantauku ketika menerima telepon, dan segera mengajukan ribuan pertanyaan saat kututup teleponnya.

"Aku akan pergi menemuinya malam ini, aku harus mengakhiri hubunganku dengan Tae Joon oppa kali ini. Agar dia bisa berkencan dengan pacar barunya dengan tenang."

"noe michoss ni? – kamu gila?. Pikirkanlah bagaimana perasaanmu, aku akan ikut denganmu"

"andwe – tidak. Aku akan pergi sendiri. Aku sedang tidak ingin berlama-lama melihatmu, karena itu membuatku sedih."

"wae? – kenapa?. Kenapa aku membuatmu sedih? Justru aku ingin menghiburmu."

"Jangan bertanya lagi, atau aku akan menangis." Aku tak bisa menatap langsung wajah Hyuk.

Aku tak mengetahui mengapa dadaku terasa sesak, seakan tak ada udara yang ingin memasuki paru-paruku. Aku masih tidak mengerti penyebabnya. Hatiku sakit, air mataku jelas ingin keluar.

"Keyla-yah, jangan pergi menemuinya, aku mohon."

"Aku tetap akan menemuinya." Kutepuk pundak Hyuk "Kanda – aku pergi". Aku pergi untuk menemui Tae Joon Oppa. Hyuk hanya membiarkanku meninggalkannya dengan kekhawatiran yang bersisa. "Aku akan menemuimu besok siang di sini, arasseo keyla-yah?" Ia melambaikan tangannya padaku. Namun, kurasa hari ini akan menjadi kali terakhir pertemuan aku dengan Hyuk sebelum aku melarikan diri dari rasa sakit yang menyiksa ini.

~

Aku memasuki restoran yang terletak di Jungkok-Dong dengan tubuhku yang mulai melemas. Aku melihat sekeliling untuk mencari sosok Tae Joon Oppa. Aku melihatnya duduk di meja samping patung ukiran yang lumayan dekat dengan meja kasir. Ia melambaikan tangannya padaku. Aku tak bisa menyembunyikan raut wajahku yang sedang bersedih.

"ohh... Oppa. kau sudah lama menungguku?" Aku mengajukan pertanyaan sembari menarik bangku untuk kududuki.

"Tidak, aku baru saja datang." ia terus membanjiri wajahnya dengan senyuman. "Kau menangis? siapa yang membuatmu menangis? ceritakan padaku." ia mendekat padaku.

"Tapi sebelum itu Oppa, ada yang ingin ku katakan terlebih dahulu padamu." aku menatap matanya dengan wajah serius.

"heeojija - mari kita putus saja." Aku menundukkan kepalaku. Aku tak bisa melihat wajah Tae Joon Oppa saat aku memutuskan hubunganku dengannya sebagai pacar.

"Aku tahu akan ada saatnya kau mengatakan kata kata tersebut padaku. Aku tahu. Namun, kuselalu mengelaknya. But this time, mungkin aku hanya akan menerimanya ChoKey. selama ini aku egois, hanya memikirkan kepentinganku saja sehingga aku menahanmu agar tetap bersamaku. Aku tidak memikirkan kebahagiaanmu. now, I realize that your happiness is important to me. Aku akan melepasmu dan menemukan kebahagiaanku yang baru." ia mendekatkan dirinya kepadaku dan mulai memelukku.

Aku menangis di pelukan Tae Joon Oppa. "Oppa gomawo - terimakasih kak. karena kau bisa mengerti aku." aku memeluk erat Tae Joon Oppa.

"Aku harap, walaupun kita putus hubungan sebagai pacar, kau tidak akan sungkan menghubungiku sebagai Kakakmu. okay?" perlahan ia melepaskan pelukannya.

"nae Oppa - iya kak. kau memang yang terbaik. Aku tak akan benar benar memutuskan hubunganku denganmu. kau akan selalu menjadi Oppa di hatiku."

"Sekarang ceritakan padaku, mengapa kau menangis?" ia mulai membuka topik ini.

ku menghela napas "Aku melihat Hyuk berciuman. Aku tak bisa menahan rasa sakit yang datang ini, aku hanya bisa mengizinkan air mataku keluar." Aku menatap Tae Joon Oppa.

"Jadi begitu. mengapa kau tidak jujur saja mengenai perasaanmu terhadapnya?"

"ada hal yang membuatku tidak bisa mengatakannya, Oppa." Aku mulai menghapus air mataku. "makanya, aku memutuskan untuk setuju pergi ke Jerman."

"Hah?... kau ingin menyetujuinya? lalu bagaimana dengan bisnis EO dan designmu yang baru saja kau rintis?"

"Aku tetap akan memantaunya dari sana. Aku akan meneruskan program magister dan doktoralku disana sembari mengerjakan projek lokal tournya Lena Mayer-Landurt. siapa tau disana aku juga bisa bekerja sama dengan Maluma dan Mark Foster." Aku meyakinkan Tae Joon Oppa akan keputusanku.

"Aku akan mendukungmu sepenuh hati key. tapi ingat, kau sudah memilih keputusan ini, jadi kau harus menerima pula konsekuensinya." ia mengacak rambutku. "lalu, kapan kau akan berangkat ke Jerman?"

"Neil - Besok."

"besok? apakah kamu bercanda? kau sudah menghubungi Hani, Heechul dan Hyuk? kau sudah memberi tahu mereka mengenai keputusanmu?" ia terlihat kaget dengan jawabanku.

"Aku tidak akan memberi tahu mereka, terutama Hyuk. Aku juga tak akan menghubungi mereka. Aku takut aku akan kembali dari Berlin ke Seoul karena merindukan mereka." Aku membenarkan ikat rambutku yang mengendur.

"Jadi kau akan pergi begitu saja tanpa mengabari mereka?"

"Ya"

"kau yakin? Kau tidak takut membuat mereka kecewa?" Tae Joon Oppa sepertinya sangat mengkhawatirkanku.

"Itulah konsekuensinya. Aku harus terima bagaimanapun akibat dari keputusanku." Aku bertekad.

"baiklah. Tak apa, aku akan selalu ada untukmu dan mendukungmu. Tapi kau harus sering sering menghubungiku, kau boleh saja tidak mengabari mereka, tidak denganku. okay?" ia mempertegas raut wajahnya.

Aku tersenyum dan membuat isyarat 'okay' dengan jariku. Sebenernya tawaran untuk pergi ke Jerman sudah datang enam bulan lalu, namun aku tak bisa memutuskan walaupun Tae Joon Oppa mendukungku untuk berkarya di Jerman. Saat itu aku terus menolaknya karena aku tidak memiliki alasan untuk pergi. Sekarang, aku memiliki alasan itu, sehingga aku bisa membuat keputusan untuk pergi ke Jerman.

====================================

from author :

yahh... jadi begitulah flash back nya. sudah tahu kan sekarang alasan sebenarnya mengapa Keyla pergi ke Jerman... wkwk. hadeuh....

Tunggu update an aku berikutnya ya.... jangan lupa komen dan supportnya.

makasih. 사랑해요 🙆