Sebenarnya, sangat berat rasanya untuk menemui Hyuk. Namun, aku harus menemuinya dan menyelesaikan masalah di antara kita, aku sudah tak tahan dengan rasa yang menyesakkan ini. Aku akui bahwa pergi selama lima tahun tanpa mengabari sama sekali bukan merupakan hal yang bijak. Walaupun ku memiliki alasan untuk itu, tidakkah Hyuk mau memaafkan ku? Tapi yang menjadi permasalahan adalah : Aku tidak bisa mengatakan alasan aku pergi begitu saja kepada Hyuk.
"Agassi - nona. kita sudah sampai."
"nae? - ya?" aku tak menyadari taxi yang kutumpangi sudah sampai di tujuan.
"kita sudah sampai di Jungkuk-Dong, apakah kau melamun Agassi? pasti kau baru saja putus dengan pacarmu." supir taxi itu tersenyum dengan keriput di dahinya.
"anieyo - bukan begitu. ini ongkosnya, kamsahamnida - terimakasih" aku segera keluar dari taxi dan menuju gedung yang berada di hadapanku.
Aku baru menyadari betapa suksesnya Hyuk sekarang ini, memiliki perusahaan startup besar yang ia kembangkan sendiri. lima tahun lalu ia memulai dengan membuka perusahaan startup kecil kecilan dengan karyawan apa adanya, sesekali aku juga membantunya untuk mengorganisir beberapa pekerjaan. tak kusangka kini ia telah menjadi suksesor dengan perusahaan besar dan karyawan yang begitu banyak. I'm proud of you, Hyuk.
Ku langkahkan kakiku dengan berat kedalam gedung berwarna abu dengan desain modern ini. Aku tak bisa melepaskan perhatianku dari vas antik super besar yang diletakkan di tengah loby dengan etalase bergliter perak, sangat estetik, memberikan kesan old namun begitu modern. Dan aku menemukan kesimpulan bahwa gedung ini 'sangat sangat style-ku'.
Aku menghampiri wanita cantik yang berada di meja resepsionis. ia tersenyum ramah kepadaku. Rambutnya yang di gulung kebelakang dengan jepitan emas menambah keanggunannya. Aku tebak usianya baru 22 atau 24 tahun.
"Anyeonghaseo. ada yang bisa saya bantu nona?" ia terus membanjiri wajahnya dengan senyuman ramah.
"oh.. Anyeonghaseo. Saya ingin bertemu Han Sang Hyuk, apakah dia ada?"
"Han daepyonim? - CEO Han? Ia ada di ruangannya sekarang. apakah kau sudah membuat janji dengannya?"
"Belum, apakah aku harus membuat janji terlebih dahulu jika ingin menemuinya?"
"Benar nona. kau harus membuat janji terlebih dahulu, itu peraturan dari perusahaan." ia perlahan mulai menghapus senyumnya.
"Bisakah kau menelponnya dan berkata bahwa aku mencarinya?" Aku bersikeras kepada resepsionis itu.
"Baiklah." dengan enggan ia mengangkat gagang telepon dan menghubungi Hyuk.
"Daepyonim maaf menggangu waktu anda, ada seorang wanita yang ingin bertemu dengan anda."
~|siapa?|~
"Maaf nama anda nona?" ia menjauhkan gagang telepon dari telinganya dan bertanya halus padaku.
"Choi Keyla"
"Choi Keyla"
~|Aku tak mengenalnya, jangan perbolehkan ia untuk menemuiku. satu lagi, baik baiklah terhadapnya.|~
"Ye Algessseubnida - baik tuan. " ia menutup teleponnya dengan wajah kebingungan. "maaf nona, Han daepyonim berkata bahwa ia tidak mengenal anda, dan saya tidak diperbolehkan untuk membawa anda menemuinya." ia menundukkan wajahnya.
"Apakah ia berkata begitu? padahal kau sudah menyebut namaku? baiklah, terimakasih" aku tersenyum padanya dan beranjak dari meja resepsionis. sejujurnya aku ingin bersikeras untuk dapat menemui Hyuk, namun aku tak ingin menciptakan keributan di kantornya sehingga aku memutuskan untuk kembali kerumah Hyuk dan menunggunya datang.
"Suji-yah, siapa wanita tadi?" terdengar suara samar seorang wanita dari meja resepsionis.
"moleugessda - tidak tahu. ia mencari Han Daepyo."
"Ahhh... sepertinya ia adalah fans Han Daepyo, sudah sering 'kan gadis-gadis berdatangan dan berkata ingin menemui Han Daepyo. sungguh rendahan"
"Aku tak merasa bahwa ia adalah fansnya Han Daepyo, dia tak ingin bersikeras untuk menemui Han Daepyo setelah aku melarangnya, jika ia fansnya, harusnya ia bersikeras." wanita yang bernama Suji itu membelaku.
Aku ingin berbalik dan meninju mulut temannya Suji yang asal bicara itu, apakah dia menyamakanku dengan fans-fans Hyuk? Aku ini sahabatnya. Ya mungkin sahabatnya. Tetapi kemauanku untuk berbalik dan meninjunya itu ku redam baik-baik, aku sudah bertekad tidak menciptakan keributan disini. Aku menarik napas dalam dalam dan membuangnya melalui mulut, salah satu cara healing yang terbaik. Baru saja tiga langkah ku berjalan, seseorang memanggilku dengan suara yang familier.
"Noona... Keyla Noona" aku pun berbalik. "majyeo.. - benar... Keyla Noona. Noona, apa yang kau lakukan disini?" Seung Min tersenyum kepadaku dan berjalan menghampiriku.
Terdengar suara-suara samar di balik meja resepsionis. "Suji-yah, kenapa Han chajangnim memanggilnya Noona? Han Seung Min chajangnim mengenalnya. berarti benar, Han Daepyo mengenal wanita itu." Aku tersenyum mendengar perkataan wanita resepsionis tersebut.
"kenapa kau malah tersenyum Noona?" aku lupa bahwa Seung Min menghampiriku.
"tidak apa apa." aku mengalihkan perhatianku pada Seung Min.
"Kau ingin menemui hyeong?"
"iya, aku ingin menemuinya. tapi sepertinya ia tak ingin bertemu denganku. Aku akan kembali kerumah dan menunggunya."
"Noona gaja - ayo kak" Seung Min meraih pergelangan tanganku dan memaksaku mengikutinya.
"Kau mau membawaku kemana?"
"kau berkata ingin bertemu hyeong 'kan Noona? aku akan membawamu menemuinya."
"baiklah."
Aku mengikuti kemana Seng Min pergi. Tak ku kira perhatianku teralih dengan desain interior kantor ini, mulai dari ruang divisi perencanaan dan perancangan software yang dihiasi pernik hitam polos di langit langitnya, ruang meeting yang dipenuhi susunan botol wine bekas dan membentuk segitiga sama kaki, ruang divisi Humas yang berdindingkan batu giok biru, dan ruang-ruang lain yang mencuri perhatianku.
"Sepertinya perusahaan kakakmu ini dibangun dengan dana yang tidak sedikit." Aku berkata tanpa sadar kepada Seung Min.
"wae? - kenapa?. mengapa kau bertanya seperti itu Noona? tentu saja ini dibangun dengan bujet yang sangat besar."
"lupakan, aku hanya terfokus sejenak dengan interior ruangan ruangan divisi di kantor ini"
"sampai." Seung Min yang berhenti mendadak membuatku menabraknya dari belakang.
"Aish... kenapa kau berhenti begitu saja?" tak kusadari aku mengumpat kepada Seung Min.
"mianhae Noona. kita sudah sampai, aku tak akan menemanimu masuk ke ruangan hyeong, ia akan memarahiku karena berada di luar ruanganku saat jam kerja. aku pergi Noona, fighting!" Seung Min berlari meninggalkanku.
Sungguh jantungku mulai berdegup kencang bak bunyi musik heavy rock dari kaset rusak. Aku sebenarnya takut dan ragu untuk menemui Hyuk, tapi aku harus. aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
"masuk." terdengar suara Hyuk dari dalam ruangan. Aku putar gagang pintu berwarna silver dengan hiasan diamond yang amat serasi. kulangkahkan kakiku kedalam ruangannya. sepertinya Hyuk belum menyadari keberadaanku.
"Ya ada apa kau kemari, oiya masalah di divisi Humas tolong..." perkataannya terputus setelah ia melihatku. ia nampak kaget dengan kehadiranku. "Choi Keyla? mengapa kau bisa berada di ruanganku? bukankah resepsionis itu..."
"bukan resepsionis itu yang memperbolehkan ku masuk, tapi Seung Min."
"yah... si bodoh Seung Min itu, apa yang dia lakukan di jam kerja?" Hyuk melepaskan kacamatanya.
"Tadi Seung Min tak sengaja melihatku. aku pikir ia sedang sibuk dengan berkas berkas di tangannya tadi." walaupun aku bertemu Seung Min tanpa berkas di tangannya, aku berbohong sedikit untuk menyelamatkan Seung Min dari amukan Hyuk.
"oh. mengapa kau kesini? aku sedang sibuk dengan pekerjaanku." ia menatapku dingin.
"Hyuk ah, segitu bencinya kah kau bertemu denganku? aku hanya ingin meminta maaf. apakah itu salah?"
"sudah kubilang aku tak bisa memaafkan mu. aku sibuk. sekarang kau boleh pergi." ia mengembalikan fokusnya ke laptop. "ah. satu lagi, jangan berlutut dihadapanku untuk meminta maafku." kali ini aku bisa membendung air mataku untuk tidak mengalir.
"Apakah kau ingin hubungan kita terus seperti ini? aku hanya meminta maaf darimu, aku tak meminta kau untuk kembali seperti dulu, aku tidak meminta kau menjadi Hyuk yang selalu ada bersamaku."
"Harusnya aku yang bertanya kepadamu, mengapa kau membuat hubungan kita menjadi seperti ini?"
"Hanya satu kali ini saja. maaf darimu, aku sangat mengharapkannya."
klek. Pintu ruangan terbuka. Terlihat seorang wanita cantik dengan gaun merah nan anggun tersenyum kearah Hyuk. ia menggunakan heels putih yang bisa ku prediksi tingginya sekitar 12 cm.
"sayang, ohh... sepertinya kau sedang kedatangan tamu. siapa wanita ini?" ia melihatku dari ujung kaki sampai ujung rambut.
Tunggu. 'sayang?'. jangan jangan wanita ini adalah pacarnya Hyuk. mengapa Hani eonni dan Heechul Oppa tidak memberitahuku.
"ia temanku, baru saja ia akan keluar dari ruangan ini" Hyuk tersenyum lembut kepada wanita itu. "Ye Na-yah, tunggu aku di dalam mobil, kita pergi makan siang bersama." Hyuk mulai merapikan meja kerjanya.
"baiklah. aku tunggu kau di mobil sayang." ia tersenyum dan meninggalkan ruangan Hyuk.
"Aku tak tahu kau punya pacar baru. maaf kalau aku menganggumu. bisakah kau berikan aku maafmu saja? lalu aku kan pergi dan tak menganggumu lagi. maka, masalah kita akan selesai."
"Aku memaafkanmu" Hyuk mengatakan hal tersebut dengan wajah yang sangat dekat denganku. aku bisa mencium aroma khasnya yang sangat kurindukan. Ia pun meninggalkanku sendiri di ruangannya.
Aku tak mengetahui mengapa rasa sesak ini datang lagi. Rasa yang persis kurasakan seperti lima tahun lalu di malam aku memutuskan untuk pergi, di malam aku putus dengan Tae Joon Oppa, di malam aku menyaksikan Hyuk berciuman dengan pacarnya, di malam yang ku tak tahu apa yang harus kulakukan. rasa sesak, rasa sakit, air mata yang bersikeras keluar dari mataku, persis seperti lima tahun lalu. Aku masih mengingat rasa ini.
====================================
from author :
yuhuu.... akhirnya aku bisa update, maaf ya kalau agak lama. ujianku baru selesai. tolong doakan biar nilaiku A semua. hehe. selamat menikmati. jangan lupa komen untuk saran dan apresiasinya. karena aku juga baru nyoba upload di webnovel, jadi tolong support dari kalian Yaa... makasih. yuhuu... komen yah, biar aku tau respon kalian terhadap novelku. 사랑해요 🙆