Kami memilih tempat duduk di pojok ruangan karena tempat yang biasa kami duduki telah ditempati orang lain. Entah mengapa tempat ini tidak terlihat berbeda setelah lima tahun, hanya desain mural pada dinding dan beberapa vas antik yang membuat perbedaan. Selain hal itu, tempat ini masih tampak sama, bahkan susunan tempat duduknya pun masih sama persis dengan lima tahun lalu.
"Daebak – keren. Kenapa tempat ini masih terlihat sama seperti lima tahun lalu?"
"geulsse – yah. Bukankah tempat ini sedikit terlihat berbeda? Desainnya terlihat lebih lebih modern, walaupun pemilik restoran ini memajang beberapa vas dan guci antik, tapi tetap modern. Bukan begitu?" Hee Chul oppa memberikan penjelasannya dan terlihat bangga dengan dirinya.
"nae – ya." Aku dan Hanni eonni menjawab dengan kompak. "Cepat oppa. aku sudah kelaparan."
Hee Chul oppa segera memanggil pelayan untuk memesan makanan, tak lupa ia menggoda pelayan cantik yang datang memenuhi pesanan kami dengan seribu jurus rayuan. Pelayan itu hanya tersenyum malu, lalu meninggalkan meja kami. Hani eonni yang tak tahan melihat kelakuannya memukul belakang kepala Hee Chul oppa dengan keras.
"Yah Kim Hee Chul. Jugullae? – Hei Kim Hee Chul. Mau mati?" Hani eonni terus memukuli Hee Chul oppa.
"kemanhae – berhentilah. Ini sangat sakit. Memangnya kau ini seorang pegulat? Atau karena kau cemburu?"
"kau gila?" Hani eonni berhenti memukul dan segera terdiam.
Aku sangat mengetahui bahwa Hani eonni dan Hee Chul oppa saling menyukai, tapi mereka selalu mengelaknya dengan alasan persahabatan. Padahal aku melihat kecocokan diantara keduanya. Aku akan selalu berdoa yang terbaik untuk mereka berdua dan yang terbaik itu menurutku adalah mereka dapat bersatu layaknya pasangan kekasih.
"Mengapa kau tersenyum sendiri Keyla-yah?"
"Aniya eonni, amugotdo – tidak kak, tidak apa apa. Aku hanya senang melihat kalian berdua." Aku kelepasan mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya.
"Memangnya kita kenapa?" Hani eonni dan Hee Chul oppa berbicara bersamaan.
"Aku bilang aku senang melihat kalian berdua lagi setelah lima tahun tidak berjumpa." Aku dengan cepat mencari alasan. Aku baru sadar, dengan alasan yang kuutarakan ini, aku telah membuka pembicaraan yang sebenarnya tak kuinginkan.
"Ah matda – ah benar. Ceritakan semuanya!" Hee Chul oppa mulai menginterogasiku.
"Soal apa?"
"Soal kau menghilang selama lima tahun" Hani eonni mendekat padaku.
"Tapi eonni, kau bilang kalau kalian telah mengerti alasan kepergianku. Sekarang apa yang harus kuceritakan?"
"Semuanya. Mengenai kenapa kau tak menghubungi kami, apa yang kau kerjakan selama berada di Jerman, bersama siapa kau disana, apakah kau sudah bisa melupakan…" Hani eonni menutup mulut Hee Chul oppa dengan tangannya.
"kwaenchanna eonni – tak apa kak. Tentu saja aku tidak bisa melupakan Tae Joon oppa, karena aku sangat bahagia telah memiliki pasangan yang sangat ia cintai dan mencintainya. Itukah yang ingin kau tanyakan oppa?"
"Michosseo – kau gila?. kau bilang kau tidak bisa melupakan si Choi Tae Joon? Lalu mengapa kau harus pergi ke Jerman untuk berusaha melupakannya?"
"Tentu saja aku tak akan melupakannya. Karena ia sangat baik padaku, justru aku yang merasa bersalah padanya."
"Mengapa kau malah merasa bersalah padanya? Bukankah dia berselingkuh? Hyuk yang menceritakannya pada kami. Coba ceritakan secara rinci!" Hani eonni terus mendesakku untuk cerita.
"arasseo – baiklah. Aku harus mualai dari mana?. Hmm.. Kalian sudah tahu alasan aku pergi ke Jerman?"
"karena Choi Tae Joon?" Hee Chul oppa semakin intens.
"Ya. Tujuh puluh lima persen benar. Yang dua puluh lima persennya karena aku dapat tawaran untuk membuat konsep konser Local Tour-nya Lena Mayer-Landurt sekaligus aku menlanjutkan Pasca-Sarjanaku di Jerman."
"Artis Jerman yang cantik itu? Harusnya aku ikut denganmu waktu itu, pasti aku bisa berpacaran dengannya."
"Jangan mulai" Hani eonni memukul dahi Hee Chul oppa. "Kau bahagia melihatnya memiliki pasangan baru, namun kau pergi ke Jerman kerenanya?"
"Ini bukan seperti yang kau pikirkan eonni. Pokoknya, ini adalah hal yang sulit kujelaskan. Tapi aku janji akan menjelaskannya pada kalian ketika aku siap."
"Hmm.." Hanni eonni mengangguk. "lalu mengapa kau tidak menghubungi kami sedikit pun?"
"Itu karena…" Aku menarik napas dalam-dalam "Aku akan menangis jika mendengar suara kalian atau pesan dari kalian. Aku tak akan bisa melakukan pekerjaan dengan baik kalau begitu. Aku akan menangis dan ingin berlalri ke pelukan kalian kalau aku ingat kalian dan menghubungi kalian. Aku mungkin akan membatalkan kontrak dan langsung terbang dari Jerman ke Korea."
"…" Mereka tak menanggapi.
"Walaupun begitu, aku sangat merasa bersalah kepada kalian. Aku juga menderita karena merindukan kalian, tak tahu kabar kalian, tak tahu harus apa. Tapi aku tak mau menghubungi kalian atau kalian menghubungiku. Ini semua salahku. Mianhae, Jongmal mianhae – maaf, benar-benar maaf." Aku menundukkan kepalaku. Hani eonni mendekat dan memelukku.
"Kwaenchanha – tak apa. Yang penting kau sudah ada disini bersama kami. Itu sudah cukup."
"Aku akan menelpon Hyuk." Hee Chul oppa mengeluarkan Handphone dari saku celananya. "Harusnya dia disini dan mendengarkan ceritamu."
"Palli oppa – cepat kak." Hani eonni menepuk lengan Hee Chul oppa.
"Hajima – Jangan. Jangan telfon dia. Hyuk mungkin akan terkejut melihatku disini."
Hani eonni dan Hee Chul oppa tidak mendengarkanku dan melakukan panggilan suara dengan Hyuk.
"Hyuk-ah cepat datang ke restoran tempat biasa kita bertemu. Ini perintah, kau tak bisa menolaknya. Ada yang mau kubicarakan denganmu." Hee Chul oppa langsung menutup teleponnya.
"Apakah Hyuk tahu aku ada disini?"
"Aniya – tidak"
Akhirnya makanan yang kami pesan telah siap. Hee Chul oppa dan Hani eonni asik dengan makanannya masing-masing. Walaupun perutku lapar, aku sangat tak berselera makan. Dalam pikiranku hanya ada Hyuk. Aku takut untuk menemuinya, mengingat pertemuan terakhir kita yang tidak baik, aku sangat sinis padanya dulu. Aku tak tahu apa aku bisa menghadapinya dan bertatap muka dengannya. Apa yang akan aku katakan padanya?
"Aku mau ke toilet."
Aku pergi ke toilet untuk membasuh mukaku. Melihat wajahku dicermin, aku merasa sangat iba pada pantulan diriku itu. Bagaimana bisa wanita mungil seperti kau menyakiti orang-orang disekitarmu. Kau terlihat seperti wanita baik-baik yang tak mungkin melakukannya Keyla. Aku harus bertindak tegas pada wanita dalam cermin itu, wanita mungil itu harus kuat menghadapinya.
Aku memutuskan untuk cepat kembali. Kuperlebar langkahku sembari menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diriku. Langkahku terhenti ketika melihat pria bermantel coklat duduk ditempatku sambil tersenyum jahil. Senyum yang sudah lama tak kulihat, senyum yang sangat kurindukan. Ia memakan makanan yang kupesan, Hee Chul oppa dan Hani eonni hanya memandangnya dengan senyuman. Sepertinya ia belum mengetahui bahwa aku juga datang bersama Hani eonni dan Hee Chul oppa. Samar-samar kudengar percakapan diantara mereka.
"Hee Chul Hyeong mengapa kau memesan makanan ini? Makanan ini membuatku ingin menangis." Ia memasukkan makanan sehingga mulutnya terisi penuh.
"Kalau itu membuatmu mengangis, kau tak perlu memakannya kalau begitu." Hani eonni berhenti menyuap makanan kemulutnya. "Makanan itu mengingatkanmu pada Choi Keyla?"
"Jangan sebut namanya nuna. Aku jadi ingin melihat mukanya sekarang kalau kau menyebutnya."
"Bagaimana kalau Keyla ada di sini sekarang Hyuk-ah? Kau akan memaafkannya?" Hee Chul oppa berbicara dengan mulut terisi makanan.
"Mana mungkin dia ada disini 'kan? Kita tidak tahu ia dimana, meninggalkan kita tanpa pamit, tanpa kabar sedikit pun. Membuatku menderita karena menunggunya dan ia tak kunjung datang. Mungkinkah aku memaafkannya?"
"Habiskan saja makananmu." Hani eonni bertatapan dengan Hee Chul oppa kemudian melanjutkan kembali makannya.
Mendengar percakapan tersebut, aku semakin takut bertemu dengan Hyuk. Aku ingin pulang sekarang, aku tak sanggup. Kalau saja aku tak meninggalkan tasku di kursi, aku tak akan kembali ke sana dan langsung pulang ke rumah.
"Nuna, apakah ini tasmu?" Hani eonni terkejut dengan pertanyaan Hyuk.
"Bukan"
"Jadi ini tasmu Hyeong?" ia tertawa kecil. "Tas ini juga membuatku ingin menangis. Kenapa semuaya membuatku ingin menangis?"
"Itu juga bukan tasku"
"Lalu ini tas siapa?" Ia mengangkat tasku.
"Itu punyaku." Ku ambil tasku dari tangannya. "Mengapa kau memakan makananku? Aku sangat lapar dan kau memakannya?"
"Choi Keyla?" Ia terkejut dengan kedatanganku. "jadi kalian tidak bercanda." Ia menatap Hani eonni dan Hee Chul oppa.
"Iya aku. Choi Keyla." Kutahan air mataku yang memaksa keluar. Hee Chul oppa yang tadi sibuk dengan makanannya kini berhenti. Hani eonni dan Hee Chul oppa hanya terdiam melihat aku dan Hyuk.
"…"
"Mianhae Hyuk-ah. Aku minta maaf." Akhirnya air mataku yang semula kutahan telah keluar.
"Minta maaf? Atas semua yang kau lakukan? Kau bercanda? Aku sangat menderita karenamu, aku sampai lelah manunggumu. Kau tak pernah memberi kabar sedikitpun. Sekarang kau meminta maaf?" Hyuk berdiri berhadapan denganku. Ia sangat dekat, aku bisa mencium wanginya yang sangat kurindukan.
"Aku tahu aku salah. Aku minta maaf, benar-benar minta maaf." Aku berlutut di hadapan Hyuk. Semua orang di restoran melihatku, tapi ku tak peduli. Aku hanya ingin Hyuk memaafkanku. "Maaf Hyuk-ah. Maaf karena aku tak menghubungimu, maaf karena semua yang kulakukan… dan maaf karena membuatmu menderita."
"Berdirilah. Aku tak bisa melihat wanita menangis dan berlutut dihadapanku, itu melukai harga diriku" aku berdiri dengan pijakan kaki lemah. Ia mendekatkan wajahnya padaku dan memegang bahuku "Sekarang, kau hanya perlu berdoa. Semoga Tuhan dapat meluluhkan hatiku dan bisa memaafkanmu nanti." Ia pergi begitu saja meninggalkanku. Kulihat punggungnya yang semakin mengecil termakan jarak.
Pandangan mataku mulai mengabur, tubuhku lemas. Aku tak mengetahui apa yang terjadi padaku, tak biasanya aku seperti ini. Tubuhku mungkin akan menabrak lantai jika Hee Chul oppa tidak segera menangkapku. Hanya satu yang ku tahu pasti. Gelap.