•-----•
Apa yang kamu takuti bila berstatus single? Bukankah dalam islam, berpacaran itu dilarang?...
•-----•
"... ha ha ha, ya ampun Jeff! Kamu ini sangat aneh!"
Fathan tak bisa berhenti menertawakan Jeffry yang sedaritadi tertunduk karena malu. Sebab, beberapa menit lalu laki - laki itu tak banyak berkutik saat berhadapan dengan adik Fathan --Khuma.
"Ssttt... sudah Fath jangan ketawa terus. Nanti Khuma denger gimana? Saya tambah malu," protes Jeffry sambil melayangkan tatapan tajamnya.
Bukannya berhenti tertawa, Fathan malah semakin heboh. Bagaimana bisa Jeffry se-kuno ini dalam menghadapi seorang gadis? Dengan Aisyah saja, Jeffry bisa bersikap biasa. Menurut Fathan.
"Oke Jeff, maaf... saya nggak bisa berhenti ketawa..." ucap Fathan sedikit terputus - putus akibat menahan tawanya.
Jeffry menyenderkan punggungnya pada sofa. Lalu menghela napas pelan dan memejamkan mata sejenak. "Saya deg - degan Fath dekat - dekat sama adikmu itu."
"Hah? Saya?"
Seketika itu juga Jeffry langsung membuka matanya dan duduk dengan posisi tegak. Sebelumnya ia membenarkan jas yang dikenakannya. Membuat Fathan terkekeh dalam diam. Ya ampun Jeff, sampai segitunya.
"Kenapa sama saya?" tanya Khuma sekali lagi.
Perempuan berhijab itu menghampiri sang kakak dan duduk di sampingnya. Lalu menatap Fathan dengan alis yang menyatu.
"Nggak tau, tanya aja sama Jeffry. Kan yang ngomong tadi itu Jeffry, bukan kakak."
Khuma mengalihkan pandangannya ke arah Jeffry, untuk meminta penjelasan. Tapi, yang ditatap malah seperti terlihat salah tingkah. Jeffry celingak - celinguk untuk menghilangkan kegugupannya.
"Saya nggak ngomong apa - apa kok," ucap Jeffry mengelak.
"Tapi tadi... ah, yaudahlah kalau nggak ada yang dibahas...
... kak, makannya udah selesai? Khuma mau jalan - jalan keliling Edinburgh, boleh?"
Khuma mulai merayu sang kakak agar diizinkan. Membuat Jeffry yang melihatnya pun, tersenyum.
"Nggak sendirian tapi ya? Kamu minta temenin sama Aisyah aja gimana?" usul Fathan.
Hah? Aisyah? Seketika terlihat perubahan ekspresi dari Khuma. Perempuan itu mengerucutkan bibirnya. "Maunya sama kak Fathan aja."
"Kan Aisyah perempuan... bukannya malah enak ya kalau pergi hangout sesama perempuan?"
Khuma menggelengkan kepalanya pelan. "Khuma nggak mau."
Jeffry yang sedang duduk di seberang sana hanya memerhatikan kakak - beradik itu tanpa ikut campur. Hingga tiba - tiba, Fathan menyeretnya ke dalam acara mereka berdua --Fathan dan Khuma.
"Ya udah kalau gitu kakak ajak Jeffry ya?" ucap Fathan mencoba bernegoisasi dengan Khuma.
Sebenarnya Khuma malas kalau harus mengajak orang lain. Ditambah daritadi Jeffry hanya diam saja. Semakin membuat Khuma merasa bahwa Jeffry adalah orang yang membosankan.
Tapi, mau bagaimana lagi? Kalau tidak mengiyakan permintaan Fathan, otomatis Khuma akan pergi dengan Aisyah.
"Ya udah iya kak. Tapi, Khuma mau ke apartemen Arnan dulu boleh? Kan baju - baju Khuma ada di koper itu."
Detik itu juga Fathan langsung beranjak dari duduknya. Ia tak suka bila adiknya itu membicarakan perihal Arnan. Bukan karena apa - apa, sebenarnya Fathan cemburu sebab Arnan adalah mantan kekasih Aisyah --wanita yang ia sayangi.
"Kan udah kakak bilang! Jangan—"
"Iya kak, Khuma paham. Tapi Khuma cuma ingin ambil koper Khuma, nggak lebih." Khuma mencoba meyakinkan Fathan.
"Tap—"
"Ya udah, nggak jadi jalan - jalannya. Khuma pulang aja!" Lagi - lagi Khuma memotong pembicaraan Fathan. Perempuan itu merajuk.
Sebelum Khuma benar - benar pergi dari ruangan Fathan, Jeffry menyerukan nama perempuan itu dengan lantang dan membuatnya menoleh.
"Khuma, tunggu!" seru Jeffry.
"Apa?" ketus Khuma.
Ya ampun, Khuma sama saja seperti Fathan. Kalau sedang merajuk sangat ketus dan seram --menurut Jeffry.
"Di mana apartemen Arnan? Biar saya yang ngambil koper kamu," usul Jeffry memberikan bantuan.
Khuma yang mendengarnya pun langsung menghampiri Jeffry dengan mata berbinarnya. "Kakak beneran mau ngambilin koper saya?"
Sebuah anggukan dari Jeffry membuat senyum Khuma mengembang. Mau tak mau, Jeffry pun ikut tersenyum. Dan lagi - lagi Fathan menjadi nyamuk di antara keduanya.
"Ya udah, kamu tunggu di sini aja. Kirim alamatnya ke nomor Fathan, biar dia bisa kirim ke saya," ucap Jeffry.
Perlu diingat, Khuma bukanlah tipe perempuan yang suka ribet atau bertele - tele. Maka dari itu, dengan cepat Khuma memutuskan satu hal.
"Ngapain sih kak pakai ngirim ke kak Fathan dulu. Kan ribet, mendingan ke nomor kak Jeff langsung."
Khuma mengeluarkan ponselnya dari dalam tas yang dia jinjing. "Berapa nomor kakak?... ah, kakak ketik sendiri aja deh."
Seperti mendapat hadiah, Jeffry langsung tersenyum sumringah. Dia tak perlu repot - repot untuk mengatur rencana agar bisa bertukar nomor ponsel dengan Khuma. Sebab, perempuan itu sendiri yang menanyakannya.
Setelah selesai, Jeffry langsung mengembalikan ponsel pada Khuma. Dan Khuma pun dengan cepat mengirim pesan alamat apartemen Arnan yang sempat dia minta saat bertemu dengan Arnan di halte bus waktu itu.
"Udah saya kirim ya kak alamatnya. Saya kira kakak itu sedikit membosankan karena daritadi diem aja... tapi ternyata nggak," ucap Khuma yang begitu jujur sambil terkekeh senang.
Kejujuran Khuma itu membuat Fathan kembali menertawakan Jeffry. "Jeff, kau dianggap orang yang membosankan! Bukannya itu benar, Jeff?"
Jeffry melayangkan tatapan tajam ke arah Fathan. Ya ampun, Fathan benar - benar menjatuhkan harga diri seorang Jeffry di hadapan perempuan pujaan hatinya.
Astaghfirullah, untung kamu teman Fath! batin Jeffry sambil menarik napas.
"Daripada kakak, kayak perempuan yang lagi datang bulan. Denger nama Arnan langsung marah - marah. Cemburu tuh kak? Cemen banget," ucap Khuma selanjutnya.
Membuat Fathan mengatupkan bibirnya dan berhenti tertawa. Sekarang, giliran Jeffry yang menertawakan Fathan.
Terlihat Fathan terdiam, membuat Khuma tersenyum mengejek. "Nah kan gitu aja langsung diem. Ketauan banget kak Fathan cemburunya."
"Khuma, kamu tuh... hhhh, bisa aja ya ngebalikin keadaan...
... bagus ya Jeff, sekarang adik saya malah ngebelain kamu." Fathan bersidekap dada, membuat Jeffry merasa menang.
•-----•
Di apartemen unit 95, Arnan baru saja selesai makan siang. Niat awal, Arnan ingin menghubungi Khuma untuk menukar kopernya. Tapi dia urungkan.
Kenapa?
Sebab, Arnan masih belum siap untuk menerima ocehan dari kakak Khuma. Siapa lagi kalau bukan Fathan.
"Kenapa keliatannya Fathan itu nggak suka sama gue? Emangnya salah gue apa?" gumam Arnan.
Arnan beranjak dari duduknya dan hendak menuju dapur untuk mengambil air minum, tiba - tiba terdengar suara bel.
"Siapa? Perasaan gue belum kenal siapa - siapa di sini... kok udah ada tamu aja ya?" monolognya.
Dengan ragu Arnan melangkahkan tungkainya menghampiri pintu. Tapi, sebelum itu dia melihat siapa yang datang dari intercom yang terpasang di sana.
"Hah?! Pacarnya Aisyah?" pekik Arnan tertahan. "Ngapain dia ke sini?"
Tanpa menunggu lama, akhirnya Arnan membuka pintunya.
"Assalamu'alaikum..." ucap Jeffry sambil menatap lurus ke arah Arnan tanpa ekspresi.
"Wa'alaikumsalam," sahut Arnan sedikit bingung. "Anda bukannya yang kemaren di apartemen Aisyah? Mau ngapain ke sini?"
"Maaf kalau saya mengganggu waktu Anda. Saya ke sini untuk mengambil koper milik Khumayroh yang ketuker sama koper milik Anda." Jeffry menyodorkan koper berwarna hitam ke hadapan Arnan.
Ya, sebelum Jeffry ke apartemen Arnan, dia dan Khuma sempat kembali ke apartemen Fathan untuk mengambil koper Arnan.
"Kak Jeff, udah nikah?" tanya Khuma yang membuat Jeffry tersentak kaget.
Apa maksud Khuma menanyakan itu? Benar - benar diluar dugaan. Jeffry mengira kalau Khuma itu akan sangat pemalu, tapi ini malah kebalikannya. Dan malah membuat Jeffry makin menyukai perempuan itu.
"Belum ketemu sama jodohnya."
"Pantesan... pasti karna ketularan kak Fathan ya? Jadi jomblo sejati..." ucap Khuma sekenanya.
Khuma terkekeh, Jeffry pun tersenyum simpul. Jeffry merasa, bahwa akan sangat menyenangkan bila bisa dekat dengan Khuma dan menjadikannya teman.
"Sama kayak kamu ya, jomblo juga kan?"
"Ih siapa bilang?" Khuma menoleh ke arah kaca spion yang ada di depan --Jeffry. "Khuma nggak jomblo tapi single, kak."
Cengiran lebar khas Khuma, membuat Jeffry ikut tersenyum. "Lagi pula, apa yang kamu takuti bila berstatus single? Bukankah dalam islam, berpacaran itu dilarang?"
"Itu kakak tau. Lagian nih ya kak, kakak tuh ganteng jadi banyak pasti yang mau sama kak Jeffry," oceh Khuma tanpa sadar.
Iya, tapi saya maunya kamu yang menjadi bidadari dihidup saya. batin Jeffry sambil sesekali melirik Khuma.
"Kamu juga cantik, dan cerdas. Pasti banyak laki - laki yang akan mencoba mencuri hati kamu."
"Ekhem! Nyamuk banget ya kakak di sini!" protes Fathan yang duduk di kursi penumpang --samping Jeffry.
Khuma hanya menanggapinya dengan tersenyum. Irisnya bertemu dengan iris Jeffry dari pantulan kaca yang ada di atas tersebut.
Tak lama kemudian, mobil Jeffry tiba di apartemen Fathan. Khuma bergegas mengambil koper Arnan dan kembali masuk ke dalam mobil. Jadi, sesuai kesepakatan, Fathan ikut ke apartemen Arnan. Dengan Khuma juga pastinya.
"Hah? Emang Anda siapanya Khuma?" tanya Arnan penasaran.
"Anda nggak perlu tau, cukup ambilkan koper milik Khuma dan tukar dengan ini," sahut Jeffry sambil menunjuk koper hitam yang dia bawa.
Arnan pun mengikuti perintah Jeffry. Dia masuk ke dalam apartemen, lalu mengambil koper milik Khuma dan menukarnya.
"Thank you. Ah, jangan salah paham atas kejadian semalam. Saya bukan siapa - siapanya Aisyah. Saya hanya teman, tidak lebih," ucap Jeffry pada akhirnya.
•-----•