Chereads / Ta'aruf | Jung Jaehyun / Chapter 13 - Berkunjung

Chapter 13 - Berkunjung

•-----•

Semua keputusan ada di tangan kamu sayang... Ayah dan Bunda percaya sama kamu...

•-----•

Khumayroh baru saja tiba di kediamannya di Indonesia beberapa menit lalu. Kini dia tengah menyalurkan rindu pada Ayah Adnan dan Bunda Fatmah di ruang makan.

Bunda Fatmah terus menerus menggoda putri satu - satunya itu. Ditambah Ayah Adnan yang selalu mengiyakan ucapan istrinya. Hingga membuat Khuma menjadi sebal tapi dia bahagia. Akhirnya Khuma bisa seperti itu lagi setelah beberapa minggu jauh dari kedua orang tuanya.

Belum lagi, perasaan Khuma yang seperti bimbang sebab tak ada kabar apa pun dari laki - laki bernama lengkap Jeffry Ibnu Bukhari.

"Coba ceritakan sama bunda, gimana acara jalan - jalan kamu selama di Edinburgh? Udah ketemu sama calon kakakmu belum?" tanya bunda Fatmah sambil tersenyum.

"Seru deh bun pokoknya... ah, kak Fathan mah jomblo abadi. Khuma nggak nemuin perempuan yang deket sama kakak di sana. Eh tapi ada sih yang lagi kak Fathan sukain..."

Bunda Fatmah mendekati Khuma karena penasaran. "Siapa perempuan itu?"

"Bunda pasti kenal. Kak Aisyah, bun..." sahut Khuma.

Ayah Adnan hanya mendengarkan sambil menyantap hidangan makan malam yang sudah disiapkan bunda Fatmah.

"Hah? Aisyah?" Bunda Fatmah terkejut.

Khuma menautkan kedua alis matanya. "Emang kenapa bun? Kok kaget gitu sih?"

"Nggak apa - apa... yaudah dihabiskan makanannya. Ini kakakmu ke mana ya, kenapa belum sampai juga?" gumam bunda Fatmah seperti menghindari topik mengenai Aisyah.

Menepis rasa curiga, Khuma menggelengkan kepala lalu kembali menyantap makanannya. Tiba - tiba saja bel rumah berbunyi. Akhirnya bunda Fatmah yang melihat ke depan.

"Assalamu'alaikum bunda sayang..." ucap Fathan sambil tersenyum lebar, lalu mencium telapak tangan bunda Fatmah.

Tercetak senyum merekah di wajah Bunda Fatmah. "Wa'alaikumsalam, Ya Allah, Fathan... akhirnya kamu sampai juga 'nak."

Bunda Fatmah memeluk sang anak dan mencium pipi kanannya. Namun, detik berikutnya sang bunda menyerngitkan dahi melihat seseorang lainnya di belakang Fathan.

Fathan, mengikuti arah pandang bunda Fatmah. Dan dia baru ingat, kalau dia tak sendirian kembali ke rumah. "Ah, iya bun. Fathan lupa, ini sahabat Fathan namanya Jeffry..."

Jeffry Ibnu Bukhari; laki - laki dengan lesung di pipinya itu tersenyum. Lalu mencium telapak tangan bunda Fatmah. "Assalamu'alaikum, bunda Fathan."

"Wa'alaikumsalam, 'nak Jeffry." Bunda Fatmah melirik Fathan, meminta penjelasan maksud kedatangan temannya itu.

Seperti mengerti lirikan sang bunda. Fathan langsung berbisik. "Bun... ada ayah 'kan? Ada yang mau Jeffry bicarakan sama ayah."

Bunda mengangguk dan langsung memanggil sang suami. "Ayaaah..."

"Ayo Jeff, masuk dulu." Fathan dan Arnan masuk ke dalam rumah dan berhenti di ruang tamu. Sedangkan bunda melangkahkan kakinya menuju ruang makan untuk memanggil ayah Adnan.

"Sila duduk, Jeff. Saya panggil ayah dulu sebentar." Fathan meninggalkan Jeffry sendirian di ruang tamu.

Sedangkan di ruang makan, bunda berbisik pada ayah. "Yah, ada temennya Fathan di ruang tamu. Katanya mau bicara sama ayah, sepertinya penting."

Ayah mengangguk dan langsung beranjak dari tempatnya. Bersamaan dengan itu, Fathan tiba di ruang makan dan mencium telapak tangan sang Ayah.

"Assalamu'alaikum, Yah... di ruang tamu ada temen Fathan."

"Wa'alaikumsalam, iya ini ayah mau nemuin. Ada apa memangnya?" sahut sang ayah.

Fathan membisikkan sesuatu ke telinga sang ayah. "Ini tentang Khuma, Yah..." bisiknya.

Tanpa mendengarkan penjelasan lebih, ayah Adnan langsung menemui Jeffry. Bunda dan Fathan di ruang makan menemani Khuma yang tengah makan dengan nikmat. Bahkan perempuan itu enggan mengetahui siapa yang datang.

Di ruang tamu. Jeffry langsung berdiri dari duduknya saat melihat kedatangan ayah Adnan dari lorong yang terhubung antara ruang tamu dan ruang makan.

"Assalamu'alaikum om." Jeffry mencium telapak tangan ayah Adnan.

Ayah Adnan mengangguk. "Wa'alaikumsalam... iya 'nak Jeffry. Ada apa ya?"

Ayah Adnan duduk dan diikuti oleh Jeffry. Dengan menghembuskan napas pelan, dan tak lupa mengucap basmalah. Jeffry memberanikan diri mengutarakan maksud dari kedatangannya ini.

"Bismillahirrohmanirrohim... maaf sebelumnya jika kedatangan saya ke sini terlalu mendadak. Maksud utama saya adalah, saya ingin meminang putri om... Siti Khumayroh Bilqis..."

Tepat saat itu, netra Jeffry menangkap sosok Khuma tengah berdiri di samping lemari yang ada di ruang tamu tersebut. Perempuan dengan ekspresi yang tak bisa ditebak oleh Jeffry itu diam tak bergeming.

"Khuma..." gumam Jeffry, lalu tersenyum.

Mau tak mau, Khuma ikut tersenyum. Entah kenapa perasaannya begitu senang ketika melihat laki - laki yang sudah membuatnya uring - uringan karena tak ada kabar itu, kini ada di depan matanya sedang tersenyum ke arahnya.

Ayah Adnan pun memanggil putrinya itu. "Khuma sayang, kemari 'nak..." ucapnya sambil menepuk ruang kosong di samping.

Dengan langkah riang, tapi wajah yang tersipu malu, Khuma menghampiri ayah Adnan dan duduk di sampingnya.

"Khuma udah kenal sama 'nak Jeffry?" tanya ayah Adnan.

Khuma mengangguk pelan. "Udah yah, waktu di Edinburgh. Temennya kak Fathan..."

Jeffry yang sedaritadi menatap Khuma, langsung menundukkan kepalanya. Dia baru sadar, bahwa dirinya terpesona sampai tak melepas pandang sedikit pun.

"Khuma udah denger semua yang diomongin sama Jeffry kan? Jadi gimana menurut Khuma?...

... ayah sudah tau sejak beberapa minggu sebelum Khuma pergi ke Edinburgh. Fathan udah menceritakan niat baik sahabatnya ini, 'nak Jeffry. Ayah juga mengenal baik ayahnya dan keluargnya. Jadi, ayah dan bunda setuju aja. Tapi, semua kami kembalikan ke Khuma karena yang akan menjalani nanti Khuma, bukan kami," jelas ayah Adnan.

Khuma tersipu malu. "Khuma udah denger semuanya yah... juga, kak Jeffry udah ngutarain niat baiknya langsung ke Khuma dan di depan kak Fathan waktu di Edinburgh..."

"SubhanAllah... pantesan Khuma malu - malu kucing gitu..." goda ayah Adnan.

"Ayaaaah..." protes Khuma malu.

"Maaf om, saya sudah mengatakan langsung pada anak om," imbuh Jeffry.

Ayah Adnan mengangguk pelan. "Om nggak masalah, yang penting ada mahramnya dan nggak berduaan aja."

"Jadi gimana Khuma? Udah salat istikharah?" tanya ayah Adnan.

Khuma mengangguk. Dia melirik Jeffry sekilas lalu kembali menatap ayah Adnan. Sedangkan Jeffry yang dilirik tengah harap - harap cemas akan jawaban Khuma.

"InsyaAllah Khuma menjawab iya, ayah..." jawab Khuma pada akhirnya.

Membuat Jeffry mengucap syukur dalam hati dan tersenyum lebar mendapat jawaban yang dia nantikan selama ini. Akhirnya Khuma bersedia dikhitbah olehnya.

"Alhamdulillah..." jawab Jeffry, ayah Adnan dan Fathan bersamaan.

Fathan baru saja tiba di ruang tamu dan terkejut tapi senang atas jawaban adiknya itu. Walau ada sedikit rasa sedih sebab dia akan dilangkahi oleh Khuma.

Waktu jeda antara khitbah dan pernikahan lebih baik antara dua minggu sampai satu bulan. Lebih cepat, lebih baik menurut agama. Jadi, ayah Adnan langsung menanyakan sesuatu yang mengarah pada penentuan tanggal pernikahan.

"Bagaimana 'nak Jeffry? Kamu udah denger kan jawaban putri om? Jadi, kapan kedua orang tua kamu berkunjung ke sini? Mari bicarakan untuk tanggal baiknya," ucap ayah Adnan to the point.

"Secepat itu yah?" tanya Khuma tiba - tiba.

Ayah Adnan mengangguk mantap. "Kenapa sayang? Kamu keberatan? Karna dalam agama kita, jangan terlalu lama dari waktu pas dimulainya ta'aruf."

"Bukan gitu yah... karna kan bulan November nanti Khuma mulai masuk kuliah, pasti sibuk..." jawab Khuma.

Ya, Khuma tengah melanjutkan jenjang S2nya --profesi untuk Psikologinya. Dia sudah memikirkan semuanya dengan matang, maka dari itu butuh perhitungan tepat menurutnya.

"Ini baru Agustus sayang... kamu masih bisa mempersiapkan semuanya." Bunda Fatmah ikut bicara. Sedaritadi, bunda Fatmah diam seperti Fathan.

Khuma mengangguk. "Iya sih bun, yaudah Khuma setuju," jawabnya sambil tersenyum.

Jeffry menghela napas lega. "Lusa om, kedua orang tua saya akan ke sini. Dan makasih banyak Khuma untuk jawabannya..."

"Iya kak..." jawab Khuma sambil tersenyum malu.

Fathan berdehem. "Jadi kakak dilangkahin nih?"

"Ya Allah, kakak.... bundaaa ini gimana? Masa Khuma ngelangkahin kak Fathan?"

"Fathan itu laki - laki, makanya ayah nggak masalah kalau dilangkahi sama kamu, Khuma." Ayah Adnan tersenyum.

"Fath, maafkan saya..." ucap Jeffry.

Fathan tertawa sarkas. "Astaghfirullah... Fathan nggak masalah, yang penting adik kakak bahagia. Kamu juga Jeff, saya senang karna adik saya akan menikah dengan sahabat saya sendiri...

...Khuma, kakak bahagia buat kamu."

"Kakaaak..." Khuma berdiri dan menghampiri Fathan. Dia memeluk sang kakak erat, bahkan sampai berlinang air mata. "Makasih banyak ya..."

Fathan mengangguk dan tersenyum. Begitu juga Jeffry, ayah Adnan dan bunda Fatmah. Bagaimana pun mereka tahu kalau Khuma paling dekat dengan Fathan.

•-----•