•-----•
Ketika kau terus memikirkannya, tanpa kau sadari perasaan itu mulai tumbuh di hatimu.
•-----•
Khuma, perempuan dengan hijab warna hijau tua itu tengah menatap senja yang mulai muncul dari balkon Apartemen. Kemerahan serta jingganya menghiasi langit dan mempercantik bagi siapa pun yang memandanginya.
Satu minggu telah berlalu, ketika Khuma jalan bersama dengan Fathan, Jeffry, Aisyah dan Arnan. Dan sejak itulah Khuma tak pernah lagi bertemu dengan Jeffry. Laki-laki yang sudah memehuni pikiran Khuma belakangan ini.
Pertemuan Khuma dengan Jeffry terakhir kali, begitu membekas di hati perempuan itu. Bagaimana tidak? Segala bentuk perhatian yang diberikan oleh laki-laki itu membuat Khuma merasa bahwa dia adalah wanita yang beruntung.
Saat itu, ketika Jeffry ikut ke apartemen Fathan karena mobilnya sengaja ditinggal di sana. Jeffry mengungkapkan tujuan utamanya pada Khuma, di depan sang kakak --Fathan.
"Khumayroh..." panggil Fathan.
Saat itu Khuma tengah memejamkan matanya, karena lelah yang dia rasakan setelah berjalan-jalan tadi.
Mobil Fathan pun juga baru saja masuk ke dalam pekarangan masjid yang ada di dekat Apartemennya. Mereka bertiga --Khuma, Jeffry dan Fathan, hendak melaksanakan salat Isya di sana.
"Iya kak? Kita udah sampe?" sahut Khuma, lalu menguap dan mengusap kedua matanya saking mengantuknya.
Jeffry mengangguk mewakili Fathan. "Salat Isya dulu yuk. Jadi pas sampe Apartemen nanti, kamu bisa langsung tidur."
"Ya udah iya kak." Khuma menegakkan posisi duduknya dan keluar dari mobil, begitu juga dengan Jeffry dan Fathan.
Jeffry dan Fathan menuju tempat wudhu khusus laki-laki, sedangkan Khuma ke sisi kanannya --khusus perempuan.
Setelah berwudhu dan berdoa, Jeffry diam sebentar. Tiba-tiba saja dalam hatinya dia berniat akan mengatakan sesuatu yang sedaritadi Jeffry tahan. Sesuatu yang ingin dia ungkapkan pada Khuma, perempuan dengan pipi kemerahan itu --padahal tidak memakai pewarna pipi.
"Saya harus mengatakannya," batin Jeffry.
Fathan yang melihat Jeffry diam saja, menepuk pundaknya pelan. "Kamu kenapa, Jeff?"
"Ah, nggak apa - apa. Ayo," sahut Jeffry.
Mereka berdua pun akhirnya masuk ke dalam masjid dan salat Isya berjama'ah hanya bertiga, sebab sudah sangat malam dan masjid tersebut cukup sepi.
Hanya dibatasi oleh pembatas kayu, Khuma masih bisa melihat Fathan dan Jeffry di depannya. Dia pun menjadi makmum, dan imamnya adalah Jeffry. Fathan yang mengumandangkan iqomat.
SubhanAllah...
Jeffry mulai memimpin salat, dengan Fathan dan Khuma yang menjadi makmum. Suara Jeffry saat melantunkan ayat suci Al-Qur'an, terdengar begitu merdu. Benar-benar calon suami idaman. Laki-laki saleh, insyaAllah akan menjadi imam yang baik dalam membina rumah tangga.
Beberapa menit kemudian, mereka bertiga selesai salat berjama'ah. Fathan dan Khuma sudah menunggu di depan masjid. Menunggu siapa? Jeffry Ibnu Bukhari.
Kenapa laki-laki itu begitu lama? Ternyata Jeffry tengah memantapkan hatinya sebelum benar-benar mengatakan sesuatu pada Khuma.
"Maaf menunggu lama..." ucap Jeffry setibanya dia di hadapan Fathan dan Khuma.
Fathan mengangguk, sedangkan Khuma memprotes sedikit. "Iya kak, ayo pulang. Khuma ngantuk."
"Tunggu Khuma," cegah Jeffry ketika Khuma baru saja melangkahkan tungkainya.
Begitu juga Fathan, laki-laki itu ikut menoleh dan menautkan kedua alis matanya ke arah Jeffry. Dan Jeffry malah mengangguk sambil menatap Fathan.
Ah, Fathan mengerti. Sebelum ini, Jeffry sudah mengutarakan niatnya untuk berbicara langsung pada Khuma.
"Ada apa lagi kak?" tanya Khuma.
Jeffry diam sesaat, lalu mengembuskan napas pelan. Sungguh, saat ini laki-laki itu tengah merasakan kegugupan yang teramat.
Dengan mengucapkan basmalah, Jeffry memantapkan hatinya.
"Bismillahirrohmanirrohiim... Siti Khumayroh Bilqis, saya ingin melakukan ta'aruf denganmu. Jika kamu berkenan, maukah kamu menjadi pendamping hidup saya..." ucap Jeffry dengan lantang.
Khuma diam tak bergeming, dia masih mencerna ucapan yang dilontarkan oleh Jeffry barusan. Apa ini mimpi? Apa yang dikatakan oleh Jeffry? Kurang lebih seperti itu pertanyaan-pertanyaan yang ada di pikiran Khuma.
Fathan yang menyadari Khuma diam saja, langsung menyerukan namanya. "Khumayroh, kenapa diem aja?"
"H-hah?" jawab Khuma gugup seketika.
Khuma tak tahu harus menjawab apa. Dia malah berpikir kalau dirinya sedang bermimpi, sebab dia sangat mengantuk tadi. Dan saat ini, rasa kantuk itu pun melayang entah ke mana.
"Khuma, saya tahu ini agak kecepetan. Tapi, saya udah memantapkan hati saya. Salat istikharah sudah saya lakukan, dan jawabannya tetap sama. Saya ingin mengkhitbah kamu dalam waktu dekat."
"Saya tidak akan merasa marah atau pun sampai menyimpan dendam, kalau kamu menolak saya. Dalam islam, nggak ada yang namanya pacaran. Makanya saya langsung ingin meminang kamu, Khumayroh..." lanjut Jeffry menjelaskan maksud dan tujuannya.
Khuma tetap diam. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali. Lalu menatap sang kakak --Fathan. Dan Fathan hanya tersenyum sambil mengangguk pelan.
"Jeffry sudah meminta izin sama kakak. Dia akan membicarakan ini sama Ayah dan Bunda. Walaupun kalian berta'aruf, bukan berarti kamu nggak tau kan? Makanya Jeffry mengutarakan ini langsung ke kamu, biar kamu bisa berpikir dulu sebelum memutuskan jawabannya," jelas Fathan.
Mungkin Khuma belum mengerti sepenuhnya makna Ta'aruf. Jadi, dia mendengarkan dengan seksama penjelasan Fathan. Khuma percaya, kalau Fathan setuju sudah pasti hal baik yang laki-laki itu berikan padanya.
Khuma pun berkata, "sebelumnya Khuma mau bilang maaf sama kak Jeffry. Khuma belum bisa mengatakan iya atau tidaknya sekarang. Khuma butuh waktu."
Jeffry mengangguk seraya tersenyum. Laki-laki itu sangat paham. Bagaimana pun mereka berdua baru saling mengenal belum lama ini. Jadi Jeffry sudah mempertimbangkan hal ini, dia tidak akan memaksa Khuma.
Setidaknya, bagi Jeffry... niat baiknya sudah dia utarakan. Bahkan di hadapan sang kakak dan di depan rumah Allah SWT --masjid.
"Dan makasih kak Jeffry atas niat baiknya. Khuma hanya butuh waktu, dan itu nggak akan lama, insyaAllah..." lanjut Khuma.
Tanpa Khuma ketahui, Jeffry akan kembali ke Indonesia lusa. Karena urusan pekerjaan mengharuskannya menatap di negara kelahiranya selama berbulan-bulan.
"Saya yang seharusnya berterima kasih sama kamu, Khuma. Maaf kalau saya lancang. Saya nggak akan maksa kamu." Jeffry benar-benar berhati lapang. Dia sangat penyabar dan membuat Khuma sedikit berdesir mendengar ucapannya.
Fathan pun ikut tersenyum. Dia menjadi saksi, di mana sahabatnya mengutarakan niat baik pada sang adik --Khuma.
"Ya udah, sekarang kita pulang. Kamu juga Jeff, nggak sabaran ya he he he... liat tuh adik saya, yang tadinya ngantuk jadi melotot gitu," ucap Fathan menggoda Khuma.
Khuma langsung menatap tajam ke arah Fathan. "Kakaaaak!" Dia pun langsung melanjutkan langkahnya lebih dulu menuju mobil sambil menghentak-hentakkan kaki.
"Ya Allah, Khuma deg - degan banget!" batinnya.
Sedangkan Jeffry langsung mengusap wajahnya kasar setelah Khuma jalan lebih dulu. "Astagfirullah, saya nekat banget ya?!"
"Nggak apa - apa Jeff. Niat baik itu emang harus disegerakan. Tapi lucu aja, saya rasa Khuma juga deg - degan banget tadi." Fathan menepuk pundak Jeffry. "Sekarang tinggal bicarakan ini sama Ayah dan Bunda. Besok lusa, kamu jadi pulang ke Indo?"
Jeffry mengangguk. "Jadi... kemungkinan setelah ini saya nggak ketemu Khuma dalam waktu singkat. Makanya saya utarakan sekarang," jawabnya sambil melangkahkan kakinya.
"Ya udah, sekalian kasih Khuma sedikit waktu buat berpikir. Dia bingung itu tadi, nanti coba saya kasih penjelasan biar dia paham," sahut Fathan.
"Hayooo... ngelamun aja! Lagi mikirin Jeffry ya?" seru Fathan membuat Khuma terlonjak kaget.
Khuma memukul lengan Fathan pelan. "Kakak ih ngagetin!" Dalam hati, Khuma membenarkan ucapan Fathan. Dia memang tengah memikirkan Jeffry.
"Bener kaaan, lagi mikirin Jeffry. Udah ngaku ajaaa..." goda Fathan.
Masih mengelak, Khuma menggelengkan kepalanya. "Hm... emang kak Jeffry ke mana kak?"
"Tuhkaaaaan!!!" seru Fathan tidak kira - kira, sampai berteriak.
"Ih kakaaaak mah! Udah ah, Khuma mau masuk aja!" gerutu Khuma yang sebal karena digoda terus oleh kakaknya.
Fathan mengejar Khuma yang melesat pergi begitu saja. "Khuma, tunggu!"
"Apa?" sahut Khuma sambil menoleh ke belakang.
"Jeffry titip salam buat kamu. Dia lagi ada urusan kerjaan jadi nggak bisa nemuin kamu dulu..."
"Oh gitu. Ya udah," sahut Khuma sok biasa saja. Padahal dalam hati, perempuan itu bisa bernapas lega.
•-----•
Di Indonesia.
"Jeffry!" seru Aisyah saat melihat Jeffry baru saja keluar dari gedung bertingkat yang menjulang tinggi tersebut.
Jeffry menoleh dan menautkan kedua alis matanya. "Aisyah?"
"Kamu lagi di sini? Kebetulan banget, aku juga pindah ke kantor ini. Kita satu kantor dong?" oceh Aisyah dengan hebohnya.
"Nggak, saya cuma mengantarkan dokumen aja. Oh, kamu bekerja di sini sekarang?" sahut Jeffry biasa saja.
Berbanding terbalik dengan Aisyah yang terlihat berbinar itu. "Iya, aku ada pemotretan di sini. Sebulan aku akan stay di Indonesia."
Entah ini suatu kebetulan atau bagaimana, Jeffry sampai berpikir seperti ada sesuatu yang mengganjal. Sebab, saat pertama kali Jeffry pindah ke Skotlandia... tiba - tiba saja Aisyah ada di sana. Dan sekarang... ah sudahlah.
"Ah, gitu... ya udah saya duluan ya," ucap Jeffry mengakhiri pertemuan singkat tidak disengajanya itu.
Dalam hati Jeffry berkata, "Khuma sedang apa ya di sana?"
Meninggalkan Aisyah yang tampak mengerucutkan bibir sambil mendengus sebal. "Responnya singkat banget!" protesnya.
Alasan kenapa Aisyah bisa berada di sana, sudah menjadi hal biasa bagi Arnan bila mengetahui ini. Demi rasa kagum dan sukanya pada Jeffry, wanita itu rela mengikutinya ke mana pun.
Aisyah belum tahu saja kalau Jeffry sudah mengkhitbah Khuma. Semoga saja cinta yang Aisyah miliki untuk Jeffry tak mengubahnya akan melakukan apa pun demi mendapatkan laki - laki itu --obsesi.
•-----•
A/N ;
Assalamu'alaikum :)
Apa itu khitbah?
Khitbah atau yang biasa disebut dengan lamaran adalah sebuah pernyataan atau permintaan dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan dengan maksud mengawininya. Lamaran ini bisa dilakukan oleh sang laki-lakinya secara langsung maupun diwakilkan oleh pihak lain yang sesuai dengan ketentuan agama islam.
Proses khitbah ini belum selesai jika pihak perempuan belum memberikan jawabannya. Jika, ia berkata iya berarti sang perempuan sudah resmi dilamar atau biasa disebut dengan makhtubah. Dan setelah khitbah ini Kamu beserta calon pasangan bisa memperdalam materi persiapan pernikahan dalam Islam yang sesuai sunnah.
http://deerham.com/taaruf-dalam-islam/
What do you think about this part?
With Loey,
©Aya, 2k19