Chereads / Ta'aruf | Jung Jaehyun / Chapter 11 - Makan Malam

Chapter 11 - Makan Malam

•-----•

... dan cemburu itu pun terjadi, jika kita merasa peran yang seharusnya kita mainkan diganti oleh orang lain.

•-----•

At, Halal Restaurant.

Suasana begitu ramai, orang - orang berlalu lalang sambil bercengkerama dengan lawan bicaranya. Tapi, di meja yang cukup besar— untuk enam orang dekat jendela tersebut begitu hening, hanya terdengar suara sendok dan garpu saling bersahutan. Sangat terlihat kecanggungan yang tengah terjadi.

Meja itu menempati sudut ruang kiri dari gedung restoran. Hanya ada tiga meja di sudut ruangan ini, dan mereka ber-lima menjadi pengunjung satu-satunya yang hanya diam dalam keheningan. Ya, berlima; Jeffry, Khuma, Fathan, Aisyah dan Arnan.

Suasana agak temeraman, sistem pencahayaan di ruang itu tidak terlalu segermerlap ruang di depan, semuanya tampak serba lembut. Nuansa klasik sepertinya lebih ditonjolkan dengan beberapa pernak - pernik kuno menempel di dindingnya.

"Khuma. Kamu sampe kapan di sini?" tanya Arnan pada akhirnya. Laki - laki itu memberanikan diri untuk membuka suara.

Bagaimana bisa Arnan ada di antara mereka ber-empat? Jawabannya ada pada Khuma. Bahwa perempuan itu yang mengajak Arnan. Sebab, suasana hatinya sedang tak enak. Jadi Khuma memutuskan akan mengobrol dengan Arnan saja.

"Mungkin sampe minggu depan. Atau bulan depan?" sahut Khuma ragu.

Jeffry melirik ke arah Khuma dan Arnan bergantian, sambil terus mengunyah makanan yang tengah dia makan. Begitu juga dengan Fathan. Berbeda dengan Aisyah, wanita itu terlihat gelisah karena Khuma mengajak Arnan ikut serta.

"Oh, nggak lama? Kirain kamu kerja di sini sama kayak kak Fathan."

Khuma menggelengkan kepalanya. "Nggak, aku cuma liburan aja. Penasaran sama dunia fotografi di sini. Dan ternyata keren - keren semua."

"Kamu suka fotografi? Wah, aku lagi nulis tentang tema itu. Kayaknya bisa deh ya aku dapet inspirasi dari kamu," sahut Arnan.

"Hah? Kamu penulis? Seriusan?" respon Khuma yang seketika heboh.

Membuat Jeffry, Fathan dan Aisyah menoleh ke arah perempuan itu.

Arnan mengangguk. "Penulis abal - abal sih, cuma sekedar hobi aja."

"Tapi tetep aja keren. Udah berapa cerita yang kamu jadiin buku gitu, Nan?" tanya Khuma penasaran.

Terlihat Jeffry, Fathan dan Aisyah hanya menonton dan mendengarkan Khuma serta Arnan asik berbincang berdua. Terutama Jeffry, laki - laki itu sedikit cemburu melihat kedekatan Khuma dengan pria lain.

Arnan meletakkan sendoknya dan menatap Khuma. Posisinya, Arnan duduk di samping Jeffry dan Fathan. Di depannya terdapat Khuma dan Aisyah.

"Kalau nggak salah, udah enam buku. Salah satunya tentang dunia fotografi. Jadi sekarang aku lagi mau buat series lanjutannya."

Fathan berdehem. "Dek, kamu udah selesai makannya? Kakak udah nih."

Aneh sekali. Kenapa Fathan yang lebih terlihat tidak suka terhadap Arnan. Bahkan Jeffry saja hanya diam, tanpa mengusik pembicaraan Khuma dan Arnan.

"Sebentar kak, dikit lagi. Aduh ini enak banget rendangnya. Seriusan deh!" sahut Khuma sambil melanjutkan makannya.

Jeffry tersenyum, lalu memberikan potongan rendang miliknya yang masih utuh kepada Khuma. "Ini, saya udah kenyang. Fathan nggak kira - kira mesen segini banyak buat saya."

Dengan mata berbinar, Khuma menerimanya dengan senang. Rendang tersebut masih utuh di mangkuk terpisah. Belum disentuh oleh Jeffry.

"Makasih kak Jeff," sahut Khuma tersenyum riang.

"Iya sama - sama, dihabiskan ya..." ucap Jeffry dengan senyum menawannya.

Khuma menganggukkan kepala. Kini bergantian dengan Arnan yang terlihat tak suka melihat perhatian Jeffry pada Khuma, begitu juga Aisyah... wanita itu mengalihkan pandangannya dari kedua sejoli yang saling melempar senyum itu.

Sedangkan Fathan tersenyum diam - diam melihat interaksi antara Jeffry dan Khuma. Kakak Khuma satu - satunya itu memang paling bisa memutar keadaan. Bahkan dia menyadari kalau Aisyah terlihat cemburu.

"Aku mau pulang," ucap Aisyah tiba - tiba.

Benar kan?

"Ya udah, ayo aku anterin. Biar Khuma ikut aku. Jeff, kamu pulang sendiri ya?" sahut Fathan.

Berhubung mereka berempat berangkat dengan satu mobil, alhasil Jeffry harus menggunakan angkutan umum untuk pulang. Karena Fathan akan mengantar Aisyah.

Tapi siapa sangka? Kalau Aisyah mengatakan hal yang membuat Khuma maupun Arnan terkejut. Bahkan Fathan hampir mengumpat.

"Nggak usah Fath, biar Arnan aja yang nganterin aku pulang... Kamu ngendarain mobil kan?" tanya Aisyah sambil melirik Arnan.

Arnan terkejut, dia diam sebentar dan detik berikutnya anggukan kepala menjawab pertanyaan Aisyah.

"Iya, aku nyewa mobil tadi. Ya udah, ayo aku anterin..." sahut Arnan. Lagi pula ada yang ingin dia bicarakan juga pada Aisyah.

Fathan baru saja ingin berucap, tapi dicegah oleh Khuma lewat tatapan matanya. Mau tak mau, Fathan diam membiarkan Aisyah pulang bersama Arnan.

Selepas kepergian Arnan dan Aisyah, Fathan mulai protes.

"Kenapa sih dek? Kakak mau cegah malah dipelototin?!" protes Fathan.

Khuma meletakkan sendok dan garpunya. "Kakak nggak paham ya? Biarin aja mereka pulang bareng. Khuma tau, ada yang mau diomongin sama mereka. Mungkin kisah mereka belum selesai jadi perlu waktu berdua..."

"Khuma bener Fath. Biarin mereka berdua nyelesaiin masalahnya. Kamu kan hanya orang ketiga, dan belum berhak buat ikut campur..." Jeffry membenarkan ucapan Khuma.

Fathan yang diserang langsung oleh dua sejoli itu, hanya menghela napas panjang. Memang benar ucapan keduanya. Mungkin saja Arnan dan Aisyah ada yang ingin dibicarakan. Dan ucapan Jeffry seperti menampar kesadaran Fathan, bahwa dia hanya orang ketiga dan bukan siapa - siapa dari Aisyah.

"Ya udah, cepetan abisin makannya Khuma. Kakak udah kenyang, dan mau pulang," ucap Fathan pada akhirnya.

Khuma terkekeh. "Kakak ngambek ceritanya? Ya udah, Khuma juga kenyang deh. Yuk pulang aja..."

"Nggak, siapa yang ngambek? Diabisin, nanti mubazir kan sayang..." sahut Fathan sambil mengerucutkan bibirnya.

Jeffry yang melihat interaksi antara kakak - beradik itu hanya tersenyum sambil menggeleng - gelengkan kepalanya.

•-----•

"Aisyah, kenapa kamu bohong sama aku? Laki - laki tadi bukan pacar kamu kan?" tanya Arnan memecah keheningan yang terjadi di dalam mobil.

Ya, Aisyah diantar pulang oleh Arnan setelah sempat berdebat dengan Fathan. Berhubung Fathan ingin mengantar Aisyah, tapi wanita itu menolaknya dan lebih memilih Arnan untuk mengantarnya pulang.

Aisyah melirik sekilas ke arah Arnan. "Soalnya aku risih pas tau kamu nyusul ke sini... Sebenernya buat apa?" Dia menoleh sepenuhnya.

Bukannya menjawab, Aisyah malah mengutarakan perasaannya. Lagi pula, Arnan sudah mengetahuinya kan?

"Kenapa pertanyaan kamu kayak gitu? Aku nyusul kamu karna rasa ini masih buat kamu, Aisyah..." sahut Arnan sambil sesekali melirik ke arah wanita di sampingnya.

Kembali fokus menatap jalan, Arnan menghela napas pelan. "Aku masih sayang sama kamu. Aku mau merjuangin hubungan ini, Aisyah..."sambungnya.

"Aku nggak bisa. Setelah keputusanku untuk pergi dari sisi kamu, aku udah mikirin itu mateng - mateng. Aku mau ngejar impianku di sini."

Arnan menautkan kedua alis matanya sambil melirik Aisyah. "Kamu mau ngejar impian atau cinta pertama kamu?"

Deg!

Cinta pertama?

Siapa cinta pertama Aisyah?

Jeffry Ibnu Bukhari, dia adalah cinta pertama Aisyah. Memang benar salah satu alasan kenapa Aisyah pergi meninggalkan Indonesia dan Arnan, karena ingin lebih dekat dengan Jeffry.

Lantas kenapa Aisyah lebih memilih Arnan saat sekolah dulu? Jawabannya karena Aisyah ingin membuat Jeffry cemburu, tapi sayangnya Jeffry tak pernah menaruh hati pada Aisyah. Maka Jeffry biasa saja saat Aisyah mengatakan mempunyai kekasih.

Pernahkah Arnan membenci angin dikala embusannya menerpa wajah bersama debu yang ikut serta? Begitu pula dengan alasan Aisyah yang ingin mengejar impiannya. Arnan tahu, mungkin usahanya kurang selama ini untuk menjaga Aisyah.

"Aku tau Aisyah. Kamu menyukai laki - laki itu udah lama. Tapi aku mau nyoba buat buka hati kamu ke aku..."

Aisyah menyela omongan Arnan. "Dan hati aku nggak pernah tersentuh dengan semua yang kamu lakuin ke aku, Arnan. Aku nggak pernah deg - degan atau pun gugup saat deket sama kamu... Nggak kayak waktu sama Jeffry..."

"Jadi cuma karna itu? Oke, mulai sekarang aku akan berusaha buat bikin kamu deg - degan atau gugup saat deket - deket sama aku."

"Jangan larang atau pun menghindar dariku, Aisyah... kalau emang kamu nggak ada rasa sama aku. Anggap aku nggak ada, itu terserah kamu..."

Aisyah terdiam. Dia membisu mendengarkan penuturan dari Arnan. Memang benar, laki - laki satu itu tak mudah menyerah. Dari jaman sekolah dulu, Arnan selalu terlihat memerhatikannya bahkan sering membantunya diam - diam disaat Aisyah merasa kesulitan atau bersedih.

Namun, hati tak bisa dipaksakan bukan? Sekaras apa pun usaha Arnan agar Aisyah melihat ke arahnya, tapi kalau hati Aisyah belum tersentuh apalagi bergerak... akan susah.

Sampai pada akhirnya Aisyah melihat ke arah Arnan walau hanya sebagai pelarian dari rasa takut akan luka yang wanita itu khawatirkan atas perasaannya pada Jeffry.

Tak apa. Arnan pun juga sama. Dia tetap kekeuh bahwa dirinya mencintai Aisyah. Tanpa melihat lebih dalam lagi, siapa sebenarnya perempuan yang Arnan cintai.

•-----•