Chereads / Ta'aruf | Jung Jaehyun / Chapter 10 - Hunting Photo

Chapter 10 - Hunting Photo

•-----•

Sepertinya saya harus gerak cepat. Saya akan pulang ke Indonesia minggu depan.

•-----•

At Edinburgh Writers' Museum.

"SubhanAllah, coba liat deh kak... patung yang di sana indah banget. Nggak salah memang, Edinburgh dijuluki sebagai kota seni."

Khuma yang tengah memegang kamera di tangannya, terkagum - kagum melihat semua benda yang ada di museum tersebut. Ditambah temanya adalah klasik kuno, membuat Khuma semakin menyukai tempat itu.

Jeffry hanya tersenyum melihatnya. Membuat seorang wanita yang ada di sebelahnya menatapnya tak suka. Ya, Aisyah ikut dalam perjalanan yang direncakan oleh Khuma, Fathan dan Jeffry.

Bagaimana bisa Aisyah ikut? Jawabannya ada pada Fathan. Sebab laki - laki itu yang mengajak Aisyah ikut serta. Membuat Jeffry sedikit risih karena sedaritadi dia menyadari kalau Aisyah terus menerus memerhatikannya. Jeffry menjadi tak enak pada Fathan.

"Kamu harus melihat yang satu ini, Khuma. Ayo ikut sama saya, akan saya tunjukkan prasasti kuno yang bisa kamu abadikan dengan kamera itu," ajak Jeffry pada akhirnya.

Daripada terus - terusan jengah dengan sikap Aisyah. Lebih baik Jeffry mengajak Khuma berkeliling museum tersebut. Juga akan ada baiknya kalau Aisyah ditinggal bersama Fathan. Agar ada waktu untuk mereka berdua.

"Aisyah," sapa Fathan ketika mendapati Aisyah yang terus memerhatikan Jeffry dan Khuma.

Aisyah menoleh. "Hm? Kenapa Fath?"

"Kamu nggak apa-apa kan saya ajak ke sini? Abisnya saya takut jadi nyamuk."

Menautkan kedua alis mata, Aisyah berkata, "nyamuk? Maksudnya gimana Fath?"

"Iya, Jeffry sedang masa pendekatan terhadap adik saya— Khuma." Fathan menyahuti pertanyaan Aisyah dengan santai.

Fathan tak tahu bahwa hati Aisyah sakit mendengar pernyataan itu. Aisyah yang sudah lama memendam perasaan pada Jeffry, harus menerima fakta bahwa laki - laki itu menyukai perempuan lain.

Aisyah membisu. Ia tak tahu harus berkata apa. Dalam pikirannya hanya tentang bagaimana dirinya setelah mengetahui fakta ini. Jeffry sudah menentukan pilihannya, dan itu bukan Aisyah— melainkan Khuma.

"Aisyah, kamu kenapa?"

Tersentak, Aisyah menggelangkan kepalanya pelan. "Aku nggak apa - apa, Fath."

Tanpa menaruh rasa curiga, Fathan mengangguk dan kembali memerhatikan Jeffry dan Khuma yang sedang bersenang - senang di ujung sana. Terlihat Khuma tertawa lepas, dengan Jeffry yang tersenyum ke arah perempuan itu.

Pemandangan yang indah— bagi Fathan. Tapi tidak untuk Aisyah dan hatinya.

Ya Allah, ternyata seperti ini rasanya menggantungkan perasaan pada makhluk ciptaan-Mu? batin Aisyah.

"Khuma, boleh saya lihat hasil jepretan kamu?" pinta Jeffry.

Khuma yang sedaritadi memfokuskan lensanya— menoleh. "Nih kak. Bagus nggak?" Perempuan itu memberikan kameranya pada Jeffry.

Jeffry menerima kamera tersebut dan mulai mendekatkan ke kedua matanya. Diam - diam Jeffry membidik subjek yang ada di hadapannya. Siapa lagi kalau bukan Khuma. Membuat Jeffry menyunggingkan senyum manisnya.

SubhanAllah... sungguh indah ciptaan-Mu ya Robb... batin Jeffry sambil memandangi Khuma dari balik lensa kamera.

"Kak, gimana? Bagus nggak hasilnya?" tanya Khuma penasaran dengan penilaian Jeffry.

Tersentak, Jeffry menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. Ia tersenyum lalu menyodorkan kameranya pada Khuma.

"Ih, kak Jeff kenapa nggak jawab? Jelek ya hasil protret Khuma?" protes Khuma sambil mengerucutkan bibirnya.

Jeffry menggelengkan kepalanya pelan. "Hasilnya bagus banget. Kamu emang berbakat ya..."

"Coba deh kak, kak Jeff berdiri di samping sana. Biar Khuma ambil fotonya."

"Hah? Saya? Nggak ah, saya malu..."

Khuma cemberut, seperti merajuk. Melihat itu membuat Jeffry merasa gemas dengan perempuan berhijab di hadapannya itu.

"Ya udah, sekali aja ya..." ucap Jeffry pada akhirnya.

Tersenyum lebar, Khuma senang akhirnya Jeffry bersedia menjadi model untuk potretnya hari ini. Menurut perempuan itu, hasilnya nanti pasti akan sangat bagus. Sebab Jeffry lumayan tampan.

Lumayan? Ha ha ha. Sangat!

Jeffry pun menghampiri sudut yang Khuma maksudkan tadi. Dengan langkah ringan, Jeffry membalikkan tubuhnya dan menatap Khuma yang tengah berfokus pada kameranya dari kejauhan sambil tersenyum.

"Senyum yaaa kak..." ucap Khuma sedikit berteriak.

Ckrek!

Satu foto berhasil Khuma abadikan dengan kamera kesayangannya. Lalu, dua foto dan terakhir foto ketiga tapi... ada yang aneh dari momen di dalam foto tersebut.

Itu, kenapa kak Aisyah ngeliatin kak Jeffry begitu banget ya? Tatapannya... batin Khuma.

Ya, di dalam foto terakhir yang Khuma ambil tak sengaja menangkap sosok Aisyah dan Fathan di belakang— tak jauh dari Jeffry berdiri. Terlihat Aisyah yang tengah memandangi Jeffry dengan tatapan yang teduh, seperti jatuh cinta.

Bagaimana pun Khuma itu perempuan. Sedikit banyak ia tahu ekspresi seorang wanita saat memandang laki - laki yang disukainya. Aisyah salah satunya, menurut Khuma.

"Khuma... gimana hasilnya?" tanya Jeffry yang sudah tiba di hadapan Khuma.

Laki - laki itu daritadi memanggil Khuma, tapi perempuan itu malah fokus pada foto terakhir yang diambilnya tadi.

Tersentak kaget, Khuma menoleh ke arah Jeffry. "Keren banget kak. Cocok jadi foto model. Seriusan deh kak!" sahutnya sekenanya.

"Mana coba saya liat..."

(Percayalah, dari sekian banyaknya orang di sana... Jeffry hanya memandang satu perempuan, sedangkan ada satu wanita yang berharap Jeffry melihat ke arahnya.)

"SubhanAllah... bagus banget fotonya. Fokusnya tetap ke saya walaupun saya berdiri di antara banyaknya orang," ucap Jeffry memuji hasil jepretan Khuma.

Khuma tersenyum canggung. Sebab, tiba - tiba saja perasaannya tak enak. Terutama pada wanita yang kini menghampiri dirinya dan Jeffry, dengan Fathan. Siapa lagi kalau bukan Aisyah.

"Gimana? Seneng nggak dek?" tanya Fathan.

Khuma mengangguk dan tersenyum, lalu ia melirik Aisyah yang masih tetap menatap lurus ke arah Jeffry. Wanita itu tak melepas pandangannya pada Jeffry, walau kedua matanya sedikit terhalang oleh poni.

"Abis ini mau ke mana lagi?" Fathan menanyai Khuma, tapi perempuan itu diam membisu.

Membuat Jeffry menyerngitkan dahi dan melambaikan kedua tangannya ke depan mata Khuma.

"Khumayroh..." panggil Jeffry.

Khuma menoleh dan menaikkan kedua alis matanya. "Iya kenapa?"

"Kamu nggak apa - apa?"

"Iya kak. Ya udah kita makan siang yang udah kesorean aja dulu kak. Khuma laper..." sahut Khuma sambil melirik jam di pergelangan tangannya.

Waktu sudah menunjukkan jam lima belas empat puluh lima menit. Berhubung

"Oke. Gimana Jeff? Aisyah?" tanya Fathan kepada kedua sahabatnya itu.

Jeffry mengangguk sebagai jawabannya, sedangkan Aisyah ia masih membisu mencuri pandang pada Jeffry.

"Aisyah, gimana?" tanya Fathan.

Aisyah pun tersadar dan menoleh ke arah Fathan. "Iya, aku setuju aja. Tapi bisa nggak kalau kita makan di deket kantor kamu Fath? Di sana ada rendang, enak banget dan itu makanan kesukaan Jeffry juga... iya kan Jeff?" sahutnya.

Tanpa sadar, Aisyah telah menunjukkan sedikit ketertatikannya pada Jeffry. Membuat Fathan menaruh rasa curiga. Dan meyakinkan asumsi Khuma, bahwa Aisyah memang menyukai Jeffry.

Sedangkan Jeffry bukannya menjawab pertanyaan Aisyah, ia malah melirik Khuma dan Fathan bergantian.

Seperti memahami situasi yang tengah terjadi, Fathan terkekeh canggung. "Iyalah, siapa yang nggak tau makanan kesukaan Jeffry. Kalau udah berhadapan sama rendang, dia bisa nambah," ucap Fathan sedikit heboh.

Jeffry mengangguk dan berkata, "abisnya rendang itu enak. Di sini susah nyari masakan Indonesia yang bener - bener sesuai sama lidah saya."

"Woaaah, kak Jeff suka rendang? Khuma juga, itu makanan favorit Khuma setelah ati-ampela dibalado. Duh jadi kangen bunda..." sahut Khuma dengan ocehannya.

Fathan mengangguk mantap. "Nah iya bener! Khuma pecinta makanan pedes."

"Oke, kalau gitu kita makan rendang aja. Ayo." Jeffry langsung bersemangat setelah mengetahui bahwa Khuma juga menyukai masakan tersebut.

Fathan pun menyetujuinya. Berbanding terbalik dengan Aisyah. Wanita itu menghela napas lemah, dengan kedua bahu yang merosot. Gagal sudah ingin menunjukkan diri pada Jeffry kalau dia perhatian.

Baru saja mereka ber-empat melangkahkan kaki, ada suara seseorang yang menyerukan nama Khuma.

"Khumayroh!" seru seseorang itu.

Khuma menoleh, lalu terkejut. "Arnan?"

Ngapain dia ke sini?

•-----•

Jika diamku membuatmu bertanya-tanya, akankah jawabku akan menenangkan hatimu?

•-----•