Sehari setelah aku bertemu dengan teman-teman. Sekarang aku bersama Madoka berada di depan gerbang SMA Tojidai. Aku masih takut untuk masuk ke sekolah karena jika satu sekolah sudah tau kalau aku sudah kembali maka aku akan dijadikan bahan gosip yang tidak enak.
"Aku merubah pikiran ku! Aku akan kembali kerumah—".
"Kaname!! Katanya kamu pengen aku sekolah disini juga kan!?".
Aku melihat kearah wajah Madoka yang cemberut tapi imut seperti kucing. "T-Tapi kalau aku ke kelas nanti kita berpisah!".
Madoka mendekatiku lalu dia menarik dasiku dan menyeretku masuk kedalam sekolah. Aku terus menolak tapi dia mengatakan hal yang yang harusnya dia katakan.
"Aku bakal putus dengan mu kalau begini terus."
Aku pun menurut dan berusaha melawan ketakutan. Penampilan ku masih sama, yaitu Kaname Style. Rambut putih dan luka garis dipipi adalah penampilan ku yang paling kusuka sekarang ini. Tapi kalau rambut putih gini mungkin dikira ubanan lagi.
Sekarang aku berada di depan pintu kelas. Madoka akan sampai sini saja menemaniku karena dia harus ikut tes masuk agar bisa bersekolah disini.
"Nanti kalau sudah temui aku ya," kataku.
"Iya, iya."
Madoka mengelus kepalaku ku. "Kalau begitu aku pergi dulu."
"Hmm. Kamu harus lulus ya Madoka!".
"Tenang saja! Aku ini pintar loh!".
Setelah itu Madoka pergi ke ruang badan konseling untuk menjalankan ujian masuk.
Aku mengambil nafas lalu dengan perlahan menghembuskan nya secara perlahan. Baiklah! Apapun yang terjadi, terjadi lah!.
Aku membuka pintu, masuk, menutup pintu, langsung berjalan menuju meja, duduk, membuka handphone ku, dan melihat foto Madoka yang sedang tertidur di pangkuan ku.
Kecemasan dan ketakutan tadi yang muncul saat aku masuk ke kelas langsung hilang seketika saat melihat wajahnya Madoka.
"Ki-Kigahara?…."
"Bukan! Aku Kaname!".
Sial, kebiasaan dua bulan masih ada.
Aku berdiri dan meminta maaf. Lalu kembali duduk dan memandangi wajah Madoka di handphone ku.
Aku tidak bisa tenang jika tidak melihat wajah Madoka di kelas ini. Aku merasa dihakimi satu kelas saat aku tidak melihat wajah Madoka.
Sial! Hidupku sekarang dipenuhi oleh Madoka!.
"Kukira kau tidak akan masuk sekolah Kazuto."
Aku langsung melihat kearah orang yang memanggil ku Kazuto. "Bukan! Aku Kaname!".
Ternyata orang itu Mamoru. "Woi!".
"Maaf, kebiasaan."
Kemudian Mamoru melihat kearah handphone ku yang masih terpajang wajah Madoka yang tertidur.
"Kau ini… benar-benar menyukai Madoka ya kamu ini."
"Tentu saja! Dia bidadari ku!".
Tanpa sadar aku berteriak. Semua orang melihatku. Aku mulai cemas dan langsung melihat handphone ku.
"Ahh kenapa kita harus berpisah… selama 2 jam."
"Sudah! Sudah! Menjijikan Kazuto!".
Kizuna yang baru saja datang minat ke handphone ku. "Kau benar-benar berubah ya. Padahal saat dengan dia kau benar-benar keren dan percaya diri."
"Aku hanya akan menunjukkan sisi kerenku dihadapan Madoka saja mulai sekarang."
"Begitu? Ah, ah, ah menjijikan. Kembalikan Kazuto ku yang dulu."
"Berisik!".
Lalu ada orang dari belakang memelukku. "Pagi!! Kazuto!! Lama aku tidak melakukan hal ini," kata Chloe yang memelukku dari belakang.
"Jangan sampai kelihatan Madoka ya. Habis aku kalau Madoka sampai liat."
"Hehe, tenang saja. Lagian aku sudah menyerah melihat Kazuto yang benar-benar bahagia bersama Madoka," balas Chloe.
"Terima kasih."
Setelah itu teman-teman kelas turut memberiku salam lama tidak bertemu. Awalnya aku sangat takut karena aku mengira mereka akan mengatakan hal buruk kepadaku, tapi aku salah. Mereka semua baik, aku tidak menyangka nya.
"Kazuto, habis ini Homeroom loh. Apa kau tidak masalah bertemu dengan Yuuki-Sensei?".
"Tidak masalah, selama aku melihat wajah Madoka."
"Huwahh benar kata Kizuna, kau sangat menjijikan sekarang ini."
Lalu bel Homeroom berbunyi dan wali kelas masuk kedalam kelas.
"Ayo duduk semua! Homeroom akan dimulai."
Aku menghiraukannya. Aku masih memandangi foto Madoka dan hatiku sangat begitu tenang sekarang ini.
"Kazuto….?".
"Bukan! Aku Kaname…."
Refleks kebiasaan selama dua bulan. Sial, kami berdua malah bertatap mata.
"Lama tidak bertemu… Sensei."
———
C-CANGGUNG!!.
Sejak kejadian dikelas tadi, suasana sangat canggung sekarang ini. Apalagi aku sedang berjalan bersama Reina menuju ruang konseling.
Aku ke ruang konseling untuk ikut ulangan akhir semester agar aku bisa naik kelas. Tapi tidak masalah, karena disana ada Madoka juga.
"Jadi aku benar ya… yang di penginapan itu kamu ya Kazuto."
"B-Benar. Selama dua bulan aku tinggal disana."
Kemudian suasana canggung lagi. Ya aku tidak peduli lagi karena aku ada Madoka.
Sesampainya di ruang konseling, aku sangat bersemangat dan langsung membuka pintu.
"Loh? Kaname? Ngapain kesini?".
"Aku harus ngerjain ujian akhir semester. Kalau tidak aku tidak akan naik kelas."
"Dasar."
Kemudian aku duduk disebelah Madoka. Dia masih asik mengerjakan soal-soal ujian masuk. Wajahnya juga imut waktu serius seperti ini.
"Ini soalnya, waktu mu sampai jam 5 sore," ujar Reina sambil memberiku soal-soal ujian akhir semester.
"Baik," balasku.
Aku mengambil alat tulis yang dibawa Madoka. "Jangan pakai yang itu! Itu pemberian Shinobu!".
Madoka lalu memberiku pensil yang lumayan imut, karena gambarnya teddy bear. "Kamu ini benar-benar menyukai beruang ya."
"Kamu juga sangat menyukai ku kan?".
"Woi aku gak ngebahas itu ya."
"Ahem!".
Aku dan Madoka melihat kearah Reina yang terlihat nya marah melihat kami berdua. "Kerjakan tanpa suara ya!".
Aku dan Madoka langsung fokus dengan soal masing-masing. "Baik."
Aku mulai mengisi data dalam lembar kerja jawaban.
Jam demi jam berlalu. Madoka duluan selesai dan dia akan menemaniku sampai aku selesai.
Sekarang dia bersender dibadan ku sambil membaca buku yang selalu tersedia di tasku. Dia santai banget bersender dibadan ku padahal dia tau ada guru didepannya.
Kalau guru biasa, ayolah. Ini mantan loh Madoka. Wajahnya juga sangat tidak enak dipandang sekarang ini.
"Oh ya. Kaname, habis ini pergi ke kedai ramen ya."
"Padahal aku pengen makan yakiniku."
"Yakiniku?… Boleh lah."
"Dan Kaname… apa kau lupa sesuatu?".
Aku melihat kearah Madoka yang tersenyum kepadaku. "Memangnya aku melupakan apa?".
"Sudah lupakan. Memalukan soalnya."
Aku berusaha mengingat apa yang aku lupakan.
….
Ah!.
"Benar, memalukan. Mari lupakan itu selamanya."
"Baik."
"AHEM!".
Untuk kedua kalinya, Reina menegur kami berdua. Pokonya kalau aku sudah bersama Madoka maka aku akan membuat duniaku bersama Madoka tanpa memperdulikan orang sekitar.
"Maaf."
———
"Akhirnya selesai!!!".
"Lama banget. Kukira Kaname punya otak yang bagus."
"Aku memang punya otak yang bagus!" Aku mengelus-elus rambut Madoka sampai rambutnya acak-acakan.
"Kazuto, bisa bicara sebentar?," Ucap Reina kepadaku.
Wajahnya serius. Sepertinya ada hal yang penting yang ingin dia bicarakan kepadaku.
Aku berdiri dan mengikutinya keluar. "Sebentar ya Madoka."
"Hmm. Baiklah."
Reina membawaku ke perpustakaan. Aku cukup kaget dia membawaku kesini. Dua bulan ku tinggalkan, perpustakaan di sekolah ini masih sama seperti dulu.
"Ayo bicara di ruang berkas," ucap Reina.
Aku pun mengikutinya dan masuk ke ruang berkas yang penuh debu dan buku-buku lama.
Reina mengunci pintunya. Lalu tiba-tiba dia memelukku erat. Aku terdiam sebentar karena kaget, tapi aku langsung melepaskan nya.
"K-Kazuto?".
"Maaf, tapi aku sudah memiliki seseorang yang betul-betul mencintaiku."
"T-Tapi aku—".
"Maaf. Aku telah memiliki nya. Hanya dia saja yang dapat mengembalikan aku seperti sekarang ini. Tanpa dia aku mungkin sudah bunuh diri."
Aku memalingkan wajahku. Aku ingin sekali mengatakan hal jahat kepada Reina, tapi tidak bisa. Berkat dia juga aku dapat bertemu dengan Madoka. Cintaku kepada Madoka lebih besar dibandingkan dengan Reina dulu.
"Bukan… bukan ini yang kuinginkan. Yang kuinginkan adalah bersamamu! Bersamamu Kazuto! Aku telah salah waktu itu! Aku tidak membuat keadaan menjadi lebih baik, tapi malah membuat keadaan semakin memburuk! Maaf, maafkan aku Kazuto! Karena itu, pilih lah aku lagi!!".
Reina memelukku lagi. Aku melihat kearah pintu dan benar saja ada Madoka dibalik pintu. Aku melihat Madoka namun dia menghindar saat aku melihatnya.
"Madoka… masuklah."
Reina terkejut saat aku memanggil nama Madoka.
Madoka membuka pintu dan langsung berlari ke arahku. Dia memelukku tangan ku.
"Ka-Kaname! Dia milikku! Kaname juga sudah melupakan mu, karena itu Kaname adalah milikku sekarang ini."
Reina seperti tidak percaya apa yang dia katakan.
"Karena itu Reina, maaf" aku menggenggam erat tangan Madoka. "Madoka lah yang cocok bersamaku. Sejak awal memang hubungan kita itu sangat dilarang, karena itu mustahil untuk kita berdua bisa bersama lagi."