(POV MADOKA)
Setelah mengantar Kaname di stasiun, aku dan Taiga…Chan akan memulai acara pagi yang sudah direncanakan diam-diam oleh ibu.
Aku agak sedih karena Kaname malah tidak boleh ikut dengan acara ini. Kaname pergi kerumah kakeknya karena dipaksa oleh ayah.
Aku masih ingat wajah Kaname saat dipaksa pergi, wajahnya seperti anjing peliharaan yang dilepaskan oleh majikannya. Begitu imut!.
"Jadi Madoka-Chan, kamu suka makan apa?," Tanya Taiga-Chan.
"Saya? Saya suka makan apa saja asalkan bukan makanan pedas," balasku.
Taiga-Chan memelukku dari belakang dengan erat. "Jangan terlalu formal!".
"Baik…."
Walaupun begitu tetap saja susah untukku bersifat formal kepada keluarga Kigahara. Keluarga Kigahara adalah tuan kami diera Sengoku dulu. Walaupun keluarga Yumikara sudah tidak melayani keluarga Kigahara tapi tetap saja dalam semua anggota keluarga Yumikara harus hormat dan segan kepada keluarga Kigahara.
Alasan sebenarnya kenapa aku formal adalah… Taiga-Chan lebih tua dariku. Aku terlalu malu bersifat non-formal dihadapan orang yang lebih tua dariku.
"Madoka-Chan, ayo masuk."
Aku terkejut karena tiba-tiba ada mobil limosin dihadapan ku. Keluarga Kigahara memang sangat kaya hingga dapat memiliki mobil mewah ini.
"Haruskah saya melepas alas kaki?".
"G-Gak perlu! Masuk saja."
Aku masuk dan setelah itu mobil mulai berjalan dengan perlahan. Di dalam mobil limosin terdapat banyak sekali sake berbagai jenis dan kelihatannya sangat mahal.
"Jadi Madoka-Chan, bagaimana dengan Kazuto? Apakah dia benar-benar laki-laki yang dapat kau andalkan?".
Wajah Kaname langsung terlintas dipikiran ku. "Tentu! Kaname sangat bisa saya andalkan!".
Taiga-Chan tersenyum kepadaku. "Kenapa kamu benar-benar menyukai Kazuto, Madoka-Chan?".
K-Kalau ditanya seperti itu aku bisa-bisa mati karena malu. Banyak sekali alasan kenapa aku bisa menyukai Kaname dan aku harus memilih salah satu kelebihan Kaname yang dapat bisa ku pamerkan.
"Kaname… adalah laki-laki yang berhasil memetik hati saya. Saat saya melihatnya pertama kali, hati saya langsung meleleh dan firasat saya mengatakan 'Ah dia adalah pangeran saya' begitu... Hehe."
Taiga-Chan mengambil segelas cangkir lalu menuangkan air dibotol bewarna kuning terang ke cangkir tadi.
"Lalu apa kamu tidak keberatan dengan beberapa perempuan yang menyukai Kazuto?".
Taiga-Chan memberiku gelas yang berisi air kuning. Aku mencium baunya dan ternyata ini cuman minuman soda rasa jeruk.
"Sedikit. Mereka juga teman baik Kaname jadi saya tidak keberatan… asalkan Kaname tidak main-main dibelakang saya!!".
AKU JADI INGAT CIUMAN YANG DILAKUKAN HIDA KIZUNA BEBERAPA HARI YANG LALU DI ATAP SEKOLAH!!! AKU SAJA BELUM MENCIUM KANAME DIMULUT NYA!.
"Tapi aku terkejut. Kazuto berubah 360° setelah bertemu denganmu. Dia tidak lagi kelihatan seperti anak kecil yang selalu menyalahkan sekitarnya jika terjadi sesuatu kepadanya."
"Memangnya Kaname seperti itu?".
"Iya, sebelum bertemu denganmu Madoka."
Segitu berpengaruh nya kah aku kepada Kaname? Aku jadi senang bisa membuat orang yang aku sukai berubah menjadi lebih baik.
"Karena itu Madoka-Chan, mari kita lebih dekat! Sebentar lagi kan kamu jadi bagian keluarga Kigahara!".
Taiga-Chan memelukku erat dan mengeluskan wajahnya ke wajahku.
Kata Kaname, Taiga-Chan itu berbahaya dan perempuan paling kasar yang pernah dia temui. Tapi malah kebalikannya. Dia sangat baik kepadaku, tidak melakukan kekerasan, dan berusaha dekat denganku.
Karena Taiga-Chan ingin lebih dekat denganku, maka aku juga akan terbuka dan ingin lebih dekat dengannya.
"Jadi Taiga-Chan, kita mau ngapain pagi ini?".
Taiga-Chan melihatku lalu dia tersenyum lebar. "Akhirnya kamu tidak formal lagi!!!".
Kami berdua pun terus mengobrol sampai lupa waktu. Aku dan Taiga-Chan sudah lebih dekat dan sudah saling mengenal satu sama lain.
Kaname harusnya bersyukur mempunyai kakak yang sangat perhatian dan penyayang seperti Taiga-Chan.
———
Setelah selesai jalan-jalan dan berbelanja sama Taiga-Chan, akhirnya aku pulang dan memulai acara siang bersama ibu.
Taiga-Chan mengantarkan ku sampai rumah dan dia langsung pergi menuju hotel dimana suaminya mengadakan rapat. Kata Taiga-Chan dia akan pulang kerumah sebelum makan siang.
Aku juga lumayan terkejut mendengar kalau suami Taiga-Chan adalah Rey Albertina, pemimpin keluarga Albertina. Ini artinya Kaname dan perempuan bernama Chloe itu adalah sepupu ipar.
Dan artinya lagi adalah rival ku kurang satu… semoga.
"Ibu, saya pulang."
"Ah Madoka-Chan! Ayo bantu ibu masak."
Aku langsung bergegas menuju dapur, memakai celemek, mencuci tangan, dan langsung memotong sayur-sayuran yang sudah ibu siapkan untukku.
Sepertinya akan ada pesta makan sebentar lagi, karena banyak sekali jenis sushi yang ada di meja makan di ruang tamu.
"Wah kamu terampil sekali ya memakai pisau Madoka-Chan."
"Terima kasih. Saya sudah memasak sejak berumur 8 tahun, jadi saya sudah terbiasa."
"Heh?! Kamu sudah mulai masak sejak berumur 8 tahun?!".
Be-Begitu mengejutkan kah anak berumur 8 tahun sudah mulai memasak?.
"Saya anak pemilik penginapan dan saya juga anak sulung. Karena itu saya mulai belajar memasak untuk membantu ibu saya di dapur."
Ibu tersenyum melihatku lalu memelukku dari samping. "Kamu benar-benar anak yang baik! Kazuto benar-benar beruntung memiliki mu."
"Hehe, jadi malu."
"Madoka-Chan… tolong tetaplah bersama Kazuto ya. Anak itu sebenarnya lemah dan selalu ingin diperhatikan oleh orang lain. Ibu… ibu tidak ingin melihat dia seperti dua bulan yang lalu…."
Ibu sangat menyayangi Kaname, begitu juga dengan Taiga-Chan. Mereka berdua benar-benar ingin melihat Kaname bahagia, dan tugasku adalah memastikan Kaname bahagia bersamaku.
"Baik. Serahkan saja Kaname kepada saya bu."
Setelah itu aku dan ibu mengobrol tentang Kazuto sampai kami selesai memasak. Mengobrol dengan ibu sama saja mengobrol dengan Taiga-Chan. Aku merasa mengobrol dengan ibu Kaname sama seperti aku mengobrol dengan ibuku sendiri.
Jadi kangen sama ibu… semoga ibu tidak kerepotan di sana mengurus penginapan.
———
Dari siang sampai sore aku bersama ibu mengobrol sambil belajar merajut bersama ibu. Rencananya aku akan melanjutkan belajar merajut ini sebelum aku pulang ke Shirakawa, karena aku ingin membuatkan Kaname syal agar dia ingat aku kapan saja.
Lalu malamnya… aku diajak kencan sama ayah.
Ibu malah memperbolehkan nya, aku jadi bingung. Apakah ini termasuk jenis NTR yang sering dibicarakan oleh Shinobu setiap hari?.
"Madoka-San, mau makan malam dimana?".
"Di-Dimana saja yang penting enak!".
"Hmm… baiklah kalau gitu yakiniku bagaimana?".
Aku mengangguk tanda setuju untuk makan malam yakiniku.
Tapi tetap saja aku tidak habis pikir, kencan sama ayah mertua… kalau Kaname tau apa jangan-jangan dia akan marah dan cemburu? Kalau begitu setelah dia pulang aku akan memberitahukan kepadanya kencan aneh ini. Biar aku tau apakah dia cemburu atau tidak dan kalau dia cemburu bagus, artinya dia memang tergila-gila kepadaku.
"Madoka-San? Ada apa? Kenapa dari tadi diam saja?".
"Ah tidak, tidak. Saya cuman kaget melihat daging mewah sebanyak ini di depan saya."
Serius, ini daging bintang 5 semua. Mungkin ini pertama kalinya dalam hidupku merasakan daging bintang 5, aku harus menikmatinya sepenuh hati.
"Selamat makan!," Ucap ayah lalu dia mulai mengambil daging dari pembakaran.
"Selamat makan…."
Aku mengambil sumpit lalu memakan daging kelas atas ini.
…
"Enak!!…."
Ayah tertawa lalu dia mengambil piring kecil dan menaruh daging-daging yang sudah masak lalu memberikannya kepadaku.
"Te-Terima kasih."
"Sudah jangan terlalu formal sama ayah. Lagian kita sedang kencan! Hahaha."
Jadi bingung harus sedih atau bahagia. Sedih karena dia ayah mertua dan bahagia karena bisa memakan daging bintang 5.
Kalau orang lain dengar ucapan ayah barusan mungkin orang itu akan salah paham dan pasti orang itu mengira jika aku menyukai bapak-bapak.
"Jadi Madoka-San, apa kamu yakin ingin bersama Kazuto?".
"Iya!! Aku ingin terus bersama Kaname!".
Ayah berhenti makan lalu melihatku dengan tatapan yang mengancam. "Padahal keluarga Yumikara tidak ingin lagi berurusan dengan keluarga Kigahara."
Sumpit ku terjatuh begitu juga daging yang ada disumpit ku. Aku kaget setengah mati kaget mendengar ucapan ayah barusan.
"Seharusnya ayah melarang hubungan kalian sejak pertama kali kamu kerumah karena bisa terjadi perselisihan antara kedua keluarga yang bisa saja mengakibatkan perang."
…
Keluarga Yumikara memang tidak terkenal, namun keluarga Yumikara dahulu dikenal sebagai prajurit perang paling tangguh yang bisa menghadang ratusan bahkan jutaan pasukan.
Setelah era Sengoku, pemimpin keluarga Yumikara saat itu bersumpah tidak ingin berhubungan lagi dengan keluarga Kigahara dan beliau juga melarang siapapun di keluarga nya berhubungan asmara atau pertemanan dengan keluarga Kigahara. Siapapun yang melanggar akan terjadi peperangan demi memutuskan hubungan asmara atau pertemanan itu.
…
Aku menaruh sumpit ku baik-baik dan memasang wajahku sebaik mungkin.
"Jadi Madoka-San, apa kamu sanggup menerima konsekuensi atas hubunganmu dengan Kazuto?".
Jika aku sudah maju maka aku tidak akan mundur, itu adalah prinsipku.
"Selama bersama Kaname aku akan melakukan apapun itu. Aku berani melepas nama Yumikara di tubuhku agar bisa bersama Kaname."
Aku mengangkat wajahku. "Karena itu saya akan menerima apapun hukumannya karena telah melanggar sumpah pendahulu saya."
…
"Hahahahaha! Itu yang aku harapkan! Madoka-San! Kamu lulus!".
Heh?.
"L-Lulus apa?".
"Lulus tes keluarga Kigahara."
Aku baru dengar, ada tes yang seperti ini.
"Maaf ya telah mengancam mu tadi. Tapi ini semua demi kebaikan Kazuto… ayah tidak ingin hal yang sama terjadi kepadanya."
Ayah, ibu, dan Taiga-Chan benar-benar menyayangi Kaname dan mereka sudah mempercayakan kepadaku untuk membuat Kaname lebih bahagia.
"Ja-Jadi masalah keluarga tadi?".
"Persetan dengan itu. Itu masalah pendahulu, sekarang beda lagi. Lagian ini bukan era Sengoku."
Aku dapat bernafas lega lagi. Hampir kukira aku akan berpisah dari Kaname setelah makan yakiniku ini.
"Ayah dan ibu mu juga sudah merestui hubungan kalian berdua Madoka-San."
"Ayah bertemu dengan kedua orang tua saya?!".
"Iya. Ayah juga meminta izin kepada mereka berdua untuk melakukan tes ini kepadamu."
Aku hanya tersenyum dan tertawa kecil. Aku melanjutkan memakan daging tadi yang sepertinya sudah dingin.
"Lusa kamu akan pulang kan?".
"Iya, setelah itu saya akan balik lagi di musim semi."
"Apa kamu dan Kazuto memutuskan untuk tinggal dirumah Kazuto dulu?".
Itu bekas mantannya, mana mungkin aku mau.
"Kaname ingin hubungan sehat, karena itu kami memutuskan untuk tinggal dirumah ayah dan ibu saja."
"Begitu ya. Anak kesayangan ku sudah berubah ya."
Lalu kami pun mulai mengobrol panjang sekali sampai kami berdua tidak sadar kalau sudah menghabiskan puluhan piring daging.
Setelah itu aku dan ayah pulang sambil membawa banyak sekali barang-barang untuk oleh-oleh kedua orang tuaku.
"Aku dengar namamu itu sebenarnya Suzune ya, Madoka-San?".
"Seharusnya, karena waktu saya berumur 1 tahun selalu saja sakit, makanya saya ganti nama jadi Madoka."
"Kebetulan sekali ya. Kaname dan Suzune…," ucap ayah.
"Hehe, jika saja saya masih menggunakan nama Suzune dan nama asli Kazuto itu Kaname, mungkin sejarah akan terulang lagi," ucapku.