Chereads / Me And My Teacher Relationship?! / Chapter 57 - Kembali 5

Chapter 57 - Kembali 5

Terkadang aku suka curiga kepada keluarga ku sendiri. Apakah aku ini anak adopsi sehingga mereka melakukan hal yang seenaknya kepadaku?

Tidak mungkin juga aku anak adopsi, karena foto ibu saat memelukku waktu aku lahir itu terpajang dalam album foto keluarga.

Aku berkata seperti ini karena tadi pagi aku sudah diusir dari rumah dan dipaksa pergi ke rumah kakek. Sedangkan Madoka tidak boleh bersamaku karena mereka katanya akan melakukan sesuatu kepada Madoka. Aku harap mereka tidak melakukan hal yang aneh kepada pacarku itu.

3 jam perjalanan menggunakan kereta akhirnya aku sampai di desa tempat kakek tinggal. Desa ini terlalu terpencil, bahkan lebih terpencil dibandingkan dengan desa Shirakawa. Desa ini juga kebanyakan diisi oleh anggota keluarga yang sudah membesarkan nama keluarga Kigahara.

Kakek Hirata adalah kepala desa disini dan yang baru aku tau adalah desa ini sebenarnya salah satu pulau pribadi yang dimiliki oleh kakek Hirata.

"Kakek… aku datang berkunjung," teriak ku di depan pintu.

"Kazuto?…." Kakek yang baru saja keluar dari kamarnya langsung berjalan dengan cepat kearah ku sambil membawa koran yang digulung. "Dari mana saja kau selama dua bulan hah?! Anak tidak tahu diri!".

Kakek memukuliku dengan gulungan koran itu hingga hancur.

"Maaf, telah membuat kakek Khawatir."

Kakek melihat ku lalu mengelus kepalaku secara perlahan. "Sudahlah, yang penting kamu sudah kembali Kazuto."

Sudah lama sekali… kakek mengelus kepalaku.

Terasa hangat dan penuh kasih sayang, mengingatkan ku kepada nenek juga.

"Terus Kazuto, apa-apaan penampilan mu itu? Kamu tampak seperti berandalan."

Oh ya rambut dan luka ini masih belum ku singkirkan.

"Haha, keren tidak?".

Kakek malah memukul kepalaku.

"Ayo ikut kakek, kita lunturkan warna rambut itu."

Lalu aku mengikuti kakek ke halaman belakang. Kepalaku sudah berada di dekat ember dan kakek sudah siap melunturkan warna rambutku menggunakan baking soda.

Kakek mulai menggosok-gosok kepalaku menggunakan baking soda. Rambutku rasanya pengen copot saat di gosok-gosok oleh kakek karena kakek pakai tenaga saat menggosok-gosok kepalaku.

"Jadi Kazuto, apa kamu tetap bersama Reina?".

"Tidak. Aku tidak bisa bersamanya lagi."

"Setahun lagi kamu akan menggantikan ayahmu. Dalam keluarga Kigahara, semua pemimpin nya harus memiliki—".

"Tenang saja kakek, aku bertemu dengan orang yang benar-benar menyayangiku selama aku kabur dua bulan ini."

"Namanya?".

"Yumikara Madoka…."

Kakek berhenti menggosok kepalaku. "Yumikara…?".

"Ada kek?".

Kakek langsung menyiram rambutku dengan ember yang penuh dengan air. Kepalaku langsung basah kuyup begitu juga dengan bajuku.

"Mandi sana, baru kita bicara."

Wajah kakek tampak sangat serius. Ada apa gerangan setelah dia mendengar nama Madoka?.

———

Setelah aku mandi membersihkan badanku dan mencuci rambutku yang penuh dengan baking soda, kakek pun menyuruhku ke halaman belakang lagi. Kakek sedang memegang sisir, gunting cukur, dan kain putih.

"Rambutmu seperti berandalan, kesini cepat."

Kuakui memang, rambutku seperti berandalan. Gondrong dan poni panjang mirip sekali dengan anak emo.

"Jadi kamu bertemu dengan salah satu keluarga Yumikara?," Tanya kakek.

"Iya... Memangnya kenapa kek?," Tanyaku balik.

Rambutku mulai dipotong dan berjatuhan ditanah. "Yumikara adalah keluarga yang pernah melayani anggota keluarga Kigahara pada zaman Sengoku. Dan istri pendiri keluarga Kigahara adalah orang dari keluarga Yumikara."

Aku lumayan kaget mendengar keluarga Yumikara pernah melayani keluarga Kigahara pada zaman Sengoku. "Lalu kenapa sekarang keluarga Yumikara tidak melayani keluarga kita lagi?".

"Karena tugas mereka sudah selesai. Keluarga Yumikara melayani keluarga Kigahara karena mereka punya janji kepada istri pendiri keluarga Kigahara."

"Janji apa?".

"Janji mereka adalah membuat nama keluarga Kigahara besar sebelum era Sengoku berakhir."

"Jadi selama ini…."

"Benar, keluarga Kigahara berjasa besar kepada keluarga Yumikara. Biar kakek tebak, sekarang keluarga Yumikara tinggal di desa Shirakawa kan?".

"Benar... Sebentar jangan bilang—".

"Benar lagi. Sebagian besar penduduk desa Shirakawa adalah anggota keluarga Kigahara."

Rumah-rumah tradisional, semboyan yang ada di penginapan, dan katana kuno yang ada di gedung penginapan… jadi selama ini aku dirawat oleh keluarga yang pernah melayani anggota keluarga Kigahara? Takdir memang tidak pernah bisa ditebak.

"Dan kamu menyukai salah satu orang dari Yumikara? Ini artinya kedua keluarga akan berhubungan lagi seperti dulu kala."

Sebentar… "Apakah ayah tau tentang hal ini kek?".

"Tentu saja."

Aku mengerti sekarang, kenapa ayah, ibu, dan kak Taiga memisahkan aku dengan Madoka hari ini. Pasti mereka bertiga akan mengintrogasi Madoka dan pergi menemui kedua orang tua Madoka.

"Kek, apakah kakek tau nama istri pendiri keluarga Kigahara?".

Kakek melihatku. "Yumikara Suzune… tidak… maksud kakek Kigahara Suzune."

Suzune… nama yang indah.

"Sudah selesai. Sana berkaca!," Ucap kakek.

Aku bergegas masuk ke dalam rumah dan menuju kamar mandi untuk berkaca. Saat berkaca aku merasa penampilan ku lebih berbeda dari yang tadi dan yang dulu. Kakek memang pandai kalau masalah potong rambut.

"Kazuto kamu pulang besok pagi kan?".

"Iya."

"Kalau begitu bagus, kakek ingin mengadakan reunian murid-murid kesayangan kakek."

Aku kaget dan tidak percaya apa yang barusan kudengar. "J-Jangan bilang…."

—2 jam kemudian

"Hirata-Sensei, lama tidak bertemu."

"Loh ada Kazuto?".

"Kazuto!!!".

Kalau kutahu kakek akan memanggil mereka bertiga, mungkin aku sudah pamit duluan dan kembali ke Tokyo.

Mereka bertiga tidak lain kalau bukan Kizuna, Chloe, dan Reina. Mereka pasti akan menggodaku habis-habisan karena tidak ada Madoka bersamaku.

Madoka, jika terjadi sesuatu maafkan aku. Kalau memang terjadi sesuatu maka itu bukan keinginanku, itu pasti hasil paksaan mereka yang tidak bisa kulawan.

"Sudahlah, ayo cepat masuk."

Lalu aku pun mengajak mereka bertiga masuk ke dalam rumah. Kizuna dari tadi menempel kepadaku, Chloe asik juga mempermainkan rambutku, namun untungnya Reina hanya diam melihat kami.

"Jadi mana tuan putri mu itu?," Tanya Kizuna.

"Aku dipisah kan dari nya untuk hari ini saja," balasku.

"Kalau begitu kami boleh melakukan apapun yang kami suka kepadamu?!," Tanya Chloe dengan penuh semangat.

Aku melihat sewot kepada Chloe yang sudah berharap berlebihan. Kemudian aku menjentikkan jari ku ke dahi nya hingga dia merasa kesakitan.

"Jangan harap!".

"Gak papa kan! Lagian… aku masih menyukaimu."

Dulu mungkin aku akan tersipu, sekarang tidak. Madoka satu-satunya dihatiku!.

"Begitu? Kalau begitu terima kasih."

Setelah itu aku melepaskan mereka berdua dan pergi ke dapur untuk memasak makanan. Kujamin mereka bertiga belum makan siang.

"B-Boleh kah aku membantumu?".

Aku melihat kearah samping dan ternyata Reina. "Silahkan."

Lalu Reina mengambil pisau dan mulai memotong-motong sayur yang aku perintahkan. Dia terlihat senang, apa ada hal yang menyenangkan yang terjadi kepadanya?.

"Nah, Kazuto…. Bisakah aku bertanya kepadamu?".

"Apa?".

"Apa kamu benar-benar sudah melupakan aku?".

Pertanyaan yang sangat menohok. "Iya, aku sudah melupakan mu sepenuhnya."

"Begitu…" Reina berhenti memotong sayur. "Kalau aku bilang waktu itu aku hanya berbohong bagaimana? Apa kau ingin kembali bersamaku?".

"Hah?".

———

*To be continued