Chereads / Me And My Teacher Relationship?! / Chapter 58 - Perkataan Yang Tidak Bisa Dipercaya

Chapter 58 - Perkataan Yang Tidak Bisa Dipercaya

"Kalau aku bilang waktu itu aku hanya berbohong bagaimana? Apa kau ingin kembali bersamaku?".

Aku melihat kearah Reina yang melihat wajahku. "Sudah kubilang, aku memiliki Madoka."

Lalu aku melanjutkan memotong sayur dan mulai menghiraukan Reina. Kenapa dia sangat berusaha mendapatkan ku kembali, padahal dia sudah membuang ku waktu itu.

Lagian sudah mustahil bagiku untuk kembali bersama Reina seperti dulu. Satu sekolah sudah tau apa yang terjadi dimasa lalu dan pasti semuanya masih mencurigai hubungan kami berdua padahal kami sudah berpisah.

Semoga saja saat Madoka pindah sekolah, kecurigaan orang-orang kepada hubungan ku dan Reina akan hilang. Kalau bisa nanti ku umumkan satu sekolah kalau aku sudah memiliki Madoka.

"Kazuto… ini pertanyaan terakhir ku…."

"Apa?".

"Apa kau benar-benar menyukai Yumikara?".

Aku melihat tomat yang sedang ku potong dan tiba-tiba wajah Madoka terlintas dikepala ku.

"Aku sangat menyukainya."

Reina tersenyum. Dia mencuci tangannya dan mengkering kan tangannya hingga kering lalu mengelus kepalaku.

"Baiklah aku menyerah. Karena itu Kazuto…." Reina mengeluarkan air mata. "Kamu harus menjaga Yumikara, jangan seperti diriku ya."

"Baiklah, terima kasih Reina."

———

Setelah makan siang bersama mereka, aku masuk ke kamar dan ingin tidur siang. Aku tidak tahu harus melakukan apa di rumah kakek karena aku sudah puas diceramahi oleh kakek waktu makan siang.

Sekarang kakek, Reina, Chloe, dan Kizuna sedang mengadakan lomba koi-koi dengan hadiah malam ini tidur bersamaku bagi yang menang. Yang buat lomba ini kakek dan yang menentukan hadiahnya adalah Kizuna.

Koi-Koi adalah permainan kartu populer di Jepang yang dimainkan dengan kartu Hanafuda. Ungkapan "koi-koi" berarti "ayolah" dalam bahasa Jepang. Permainan ini adalah permainan yang sering dimainkan oleh kakek waktu aku kecil dan nenek selalu menang kalau melawan kakek.

Aku tidak ikut lomba itu karena hadiahnya dan aku jago bermain koi-koi, bahkan lebih jago dari kakek.

Waktu kecil aku selalu kalah dengan kecil bermain koi-koi melawan kakek dan murid-murid kakek. Tapi setelah aku diajari oleh nenek aku pun bisa mengalahkan kakek serta murid-muridnya dan tak pernah kalah sampai sekarang.

Kata kakek aku harus menurunkan ilmu bermain koi-koi ini kepada anakku agar salah satu warisan nenek tidak akan pernah lenyap.

"KOI-KOI!," Teriakan Kizuna terdengar sampai di kamarku.

Sepertinya anak itu pengen sekali memenangkan lomba koi-koi.

Aku memeriksa handphone dan melihat jam sudah menunjukkan angka 3. Aku ingin sekali menelpon Madoka namun sepertinya dia sedang bersenang-senang sama kak Taiga dan ibu.

*Tok-tok.

"Masuk! Pintunya tidak ku kunci."

Kakek membuka pintu lalu mendatangi ku.

"Loh kek? Sudah kalah?".

"Iya."

"Sengaja?".

"Iya."

Sungguh simpel jawabannya. Tapi tumben kakek mau mengalah saat bermain koi-koi.

"Kenapa?".

"Kakek ingin mereka bertiga bermain bersama dengan wajah yang bahagia seperti dulu."

Aku beranjak dari kasur tidur dan pelan-pelan berjalan ke ruang tamu untuk mengintip mereka bertiga.

Kakek benar. Lama sekali aku tidak melihat mereka bertiga tertawa dan bersenang-senang bersama. Bahkan saat kita bertemu kembali, mereka seperti menjaga jarak satu sama lain. Namun sekarang, aku tidak menemukan jarak itu lagi.

Syukurlah, teman-teman baikku dapat bercanda tawa tanpa adanya jarak.

"Bagaimana? Kakek benarkan?".

Aku masuk ke kamar dan menutup pintu secara perlahan. "Benar. Mereka bertiga sudah melepaskan jarak yang ada didepan mereka."

"Mungkin berkat dirimu Kazuto."

"Hah? Berkat diriku?".

"Iya. Karena kamu memiliki orang lain, makanya ketiga muridku itu menghilangkan jarak dan memutuskan untuk bekerjasama melawan pasanganmu. Huhuhuhu."

Tawa kakek mengerikan. Tapi apa yang dikatakan kakek mungkin benar, karena mereka tidak berhasil mendapatkan ku akhirnya mereka bertiga bekerjasama untuk memisahkan ku dari Madoka.

Situasi Harem macam apa ini?.

Tapi maaf-maaf saja, apapun yang akan terjadi aku pasti akan bersama Madoka.

"1 bulan lalu mereka mendatangi kakek dan meminta kakek mencari dirimu Kazuto. Saat itu Kizuna dan Chloe benar-benar membenci Reina atas perbuatannya kepadamu."

Mereka benar-benar sangat menyayangi ku ya… aku beruntung punya teman seperti mereka. Kecuali Reina, mungkin dia ingin mencariku karena dipaksa oleh Kizuna.

Kata Mamoru saat aku menghilang hanya Kizuna lah yang paling mati-matian mencariku. Bahkan dia selalu menyuruh Reina untuk mencariku bersama-sama.

"Tapi sekarang syukurlah…," lanjut kakek. "Syukurlah mereka dapat tertawa bersama lagi."

Aku melihat kearah kakek yang tersenyum bahagia. "Aku juga turut bersyukur kek."

Tak lama kemudian Chloe mendobrak pintu kamarku dan menyatakan kalau dia yang memenangkan lomba. Artinya dia akan tidur bersamaku malam ini.

Aku sih tidak keberatan asalkan dia tidur terpisah dariku. Maksudnya dia tidur di kasur dan aku tidur di bawah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Aku sangat berharap tidak terjadi apa-apa tapi…

"Chloe."

"Apa?".

"Bisakah kau memakai piyama yang lebih tertutup?".

"Hehh? Ini kan sudah tertutup."

Aku melihat badannya yang memakai piyama, yang katanya sudah tertutup.

"Jelaskan padaku. Bagiamana yang tertutup kalau piyama mu itu TRANSPARAN!".

Chloe tertawa lalu dia melompat dan menerjang ku. "Gak ada lagi kesempatan kayak begini tau!".

Sial, aku merasakan sekali dadanya. Tidak! Kazuto! Kamu haru menjaga hati seorang wanita yang kau sayangi! Jangan mudah tergoda oleh rayuan iblis kecil ini!.

"Aku ingin tidur! Selamat malam!".

Aku membalikkan badanku dan memejamkan mata ku.

Tak berlangsung lama, kepalaku ditarik oleh Chloe dan aku merasakan hal yang sangat empuk yang menerpa kepalaku.

Aku membuka mataku dan betapa terbelalak nya mataku melihat dua buah bola yang sedang memelukku. Aku berusaha melawan tapi Chloe memegang ku dengan sangat erat.

"Sudah nikmatin saja Kazuto."

Enak baginya mengatakan nikmati saja! Aku tidak ingin menikmati punya orang lain selain punya Madoka! Walaupun aku belum pernah menikmatinya.

"Chloe… aku mohon."

Chloe melihatku dan akhirnya dia melepaskan ku. Akhirnya aku dapat bernafas! Sesak sekali tadi di apit oleh dua gunung.

"Aku memang tidak memiliki kesempatan ya… bahkan Kizuna saja sempat memiliki kesempatan."

Chloe membalikkan badannya dan aku sempat melihat dia mengeluarkan air mata sebelum membalikkan badannya.

Entah kenapa aku merasa bersalah. Aku pun memegang kepala Chloe dan mengusapnya perlahan.

"Chloe… terima kasih telah menyukaiku. Tapi maaf aku tidak bisa membalasnya."

Chloe langsung memelukku dan mulai menangis deras.

"Kenapa ya? Padahal aku tau sudah ditolak tapi kalau dikatakan oleh orangnya langsung kenapa… kenapa rasanya sesakit ini?!".

Chloe terus menangis deras sambil terisak-isak di pelukanku. Aku terus mengelus-elus punggungnya sambil mengatakan "Maaf".

Setelah beberapa menit akhirnya dia melepaskan pelukannya dan tidak menangis lagi. Tapi bajuku penuh dengan air mata dan ingus nya. Sepertinya aku akan ganti baju dulu sebelum tidur.

"Maaf ya Kazuto, malah membuatmu melihat aku yang menyedihkan ini."

"Tidak masalah."

Chloe menarik bajuku dan kami pun langsung berciuman. Aku kaget dicium olehnya, eh tidak lebih tepatnya sudah terbiasa. Ini seperti pattern nya Kizuna, langsung menciumku tanpa aba-aba.

"Ini adalah ciuman perpisahan. Dan mulai besok dan seterusnya… aku akan berusaha melupakan mu Kazuto."

Aku tersenyum dan mengelus kepalanya lagi. "Terima kasih sekali telah mencintai ku, Chloe."

———

Keesokan harinya aku, Kizuna, Reina, dan Chloe pun memutuskan untuk pulang karena kami semua punya kepentingan masing-masing.

Dari tadi pagi Kizuna dan Reina memaksa Chloe menceritakan apa yang terjadi semalam di kamarku. Chloe pun menceritakan nya dengan penuh kebohongan dan aku hanya tertawa saja.

"Oh ya kek, aku baru ingat."

"Ada apa?".

"Siapa nama pendiri keluarga Kigahara?".

"Kazuto, kamu melupakan pendahulu mu?!".

"Maaf. Lagian sudah lama sekali sejak aku kecil. Jadi pantas aja aku lupa kan?".

Kakek memukul kepalaku dengan koran yang dia gulung. "Dasar cucu bodoh" kakek membalikkan badannya lalu membenarkan lagi korannya. "Kigahara Kaname, itu nama pendiri keluarga Kigahara."

"Heh?".