"Kazuto kamu ngapain bawa sikat pel?".
"Ngapain? Mau membersihkan pemandian air panas lah."
Ibu geleng-geleng kepala lalu dia mendekatiku. "Ibu tau selama 2 bulan kamu bekerja di penginapan, tapi sekarang kamu sudah dirumah."
"Ah!".
Aku baru sadar, aku sudah pulang kerumah. Karena kebiasaan hingga aku tidak sadar kalau sudah dirumah.
Biasanya pagi-pagi gini aku membersihkan pemandian, ngepel lantai, dan merapikan kamar para tamu. Sekarang aku sudah pulang dan sudah tidak tinggal di penginapan, jadi bingung mau ngapain pagi-pagi gini.
Karena tidak ada yang bisa aku kerjakan, jadi aku duduk di teras rumah sambil berjemur dibawah matahari pagi.
"Tapi ibu terkejut Kazuto, kamu benar-benar berubah," ucap ibu yang mendatangi aku diteras rumah.
"Yah aku juga tidak menyangka nya kalau keterpurukan bisa merubahku seperti ini."
Ibu memegang pipiku yang ada bekas luka nya. "Lalu Kazuto, luka ini kenapa?," Tanya ibu.
"Luka ini aku buat sendiri Bu. Waktu aku di kereta menuju Takayama aku melukai pipiku sendiri menggunakan pisau. Luka ini adalah tanda aku lari dari masalahku."
Ibu lalu mengelus kepalaku dengan sangat lembut dan perlahan. "Yang penting Kazuto telah kembali dan tambah dewasa lagi."
"Terima kasih bu."
Ibu mencium pipiku yang ada garis lukanya lalu ibu meninggalkan ku sendirian di teras. Lalu setelah itu aku mendengar suara Madoka yang mengucapkan selamat pagi ke ibu.
"Pagi! Kaname!".
"Madoka hari ini kita kencan."
"Wih senangnya!".
Lalu aku dan Madoka masuk ke dalam rumah untuk makan pagi bersama ayah dan ibu.
———
Siangnya, aku dan Madoka pergi ke berbagai tempat yang ingin dikunjungi Madoka. Dari mall, kafe, toko baju, dan toko buku.
Di mall Madoka membeli aksesoris beruang dan boneka panda kecil. Sungguh dia menyukai hewan-hewan berbulu, dan saat dia memeluk boneka panda itu Madoka sangat terlihat imut sekali.
Sekarang kami berada di sweet cafe Tokyo untuk istirahat sebentar.
"Kaname ayo ambil foto."
"Iya, iya."
Lalu kami berdua foto bersama dan foto itu langsung dijadikan wallpaper handphone Madoka. Anak ini benar-benar menyukaiku.
"Jadi Kaname, kapan kau akan menemui teman-temanmu?".
Aku melihat jam tangan dan menunjukan pukul 14:47. "Ayo kita ke sekolahku, sebentar lagi mereka semua akan datang.
Lalu kami berdua beranjak dari kafe dan langsung menuju SMA Tojidai. Aku sudah menentukan set tempat kami semua akan bertemu yaitu atap gedung sekolah.
Aku memerintahkan Mamoru untuk mengajak teman-teman yang lain ke atap sekolah pada jam 3 sore. Agar teman-teman yang lain ingin mengikuti Mamoru, aku Memberitahu Mamoru untuk memberitahukan yang lain kalau dia menemukan lokasi aku berada sekarang ini.
Aku dan Madoka sampai duluan di atap gedung sekolah. Dua bulan ku tinggalkan tempat ini dan banyak yang berubah. Kursi duduk jadi banyak di tempat ini, mungkin ayah yang menaruh kursi-kursi ini disini. Yang artinya tempat ini bukanlah tempat khusus ku untuk bermalas-malasan.
"Kaname… tanganmu gemetar."
"Jelas lah. Aku lumayan takut menghadapi mereka. Apalagi Kizuna dan Chloe. Mereka berdua adalah teman masa kecilku dan kujamin mereka berdua yang paling khawatir kepadaku."
"Lalu kenapa kau takut?".
"Kizuna dan Chloe… bisa saja membanting ku kalau dia tau aku kembali."
Oh iya, aku belum memberitahukan kepada Madoka hubunganku dengan mereka berdua. Semoga saja mereka berdua tidak berusaha merayu ku, aku tidak ingin melihat wajah Madoka marah.
"Tenang saja, aku ada disini bersamamu. Aku akan melindungi mu Kaname."
Aku memegang kedua pipi Madoka lalu memicum keningnya.
"Kenapa gak dimulut?".
"Belum saatnya."
Wajahnya sedikit cemberut.
Tak lama kemudian aku mendengar suara ribut-ribut mendekat. Itu pasti mereka.
Pintu atap gedung terbuka dan yang pertama menunjukan wujudnya adalah Mamoru dibarengi Mizore.
Aku dan Madoka melihat kearah Mamoru. Mizore tampak kebingungan melihat kami berdua.
Setelah itu semuanya menampakkan dirinya termasuk Kizuna yang sedang menyamar, karena dia Idol.
"Loh, ada orang lain disini," ucap Rize.
Aku tersenyum jahat. Madoka melihat senyum jahatku lalu dia menghela nafas nya.
"Aku tidak ikut-ikutan loh Kaname," ucap Madoka lalu dia menggenggam tanganku dengan erat.
"Loh itu bukannya pelayan di penginapan itu?," Ujar Misaki.
"Betul. Dan disebelahnya… kok gak asing ya," ucap Rize.
Aku menahan tawaku. "Ah kalau tidak salah kalian tamu di penginapan Mizutani bulan lalu ya?".
"Iya…," jawab Misaki.
Tiba-tiba Kizuna berjalan kearah kami. Dia melepas masker dan topinya. Dia mengayunkan tangannya dan sepertinya dia hendak menamparku.
Namun saat tangannya hampir mengenai wajahku, Madoka dengan refleks yang begitu hebat menahan tangan Kizuna.
Sumpah, aku baru tau kalau Madoka punya refleks sehebat itu.
"Ap—".
"Maaf ya. Aku tidak ingin Kaname ku rusak wajahnya. Sudah cukup dipipinya," ucap Madoka.
Kizuna melepaskan tangannya dari tangan Madoka. Kizuna menghela nafasnya dan sepertinya dia sudah tenang.
Ah terima kasih bidadari ku. Kalau tidak aku sudah merasakan tamparannya yang sangat menyakitkan itu.
"Jadi Kazuto… dari mana saja kamu?".
"Kazuto? Tidak aku Kaname. Kamu salah orang."
"Berhenti berpura-pura! Dua bulan ini aku mencarimu ke berbagai tempat dan hasilnya nihil semua!! Dan tiba-tiba kamu datang dengan penampilan dan tatapan yang beda dari yang dulu!!".
Aku terdiam. Kizuna menangis di depanku dan Madoka.
Madoka melihat wajahku dengan tatapan marah yang mengisyaratkan "Berhenti berpura-pura!".
Aku memegang kepala Kizuna. "Maaf, aku tau aku sudah menyusahkan banyak orang. Tapi aku sudah kembali. Karena itu Kizuna jangan menangis."
Lalu yang lain mendekatiku. Chloe ikut menangis, Misaki hanya kaget, begitu juga Rize dan Mizore. Sedangkan mamoru sudah disamping ku sambil memegang pundak ku.
"Kamu benar-benar Kigahara Kazuto kan?".
"Iya. Aku Kigahara Kazuto. Aku sedih kalian tidak mengenaliku saat di penginapan Mizutani."
Kizuna langsung menarik telingaku. "Siapa yang tahu kalau itu kamu! Kamu aja pake topeng Scream!".
Lalu semuanya tertawa. Kizuna dan Chloe langsung memelukku, sedangkan Madoka yang melihat pemandangan ini terlihat sangat marah.
"Lalu Kazuto, siapa wanita cantik dan imut yang selalu kau pegang tangannya itu?," Tanya Mamoru.
Semuanya langsung melihat kearah Madoka dan kearah tangan kami berdua.
"Dia pacarku, eh bukan. Kita ini sebenarnya apa sih Madoka?".
Madoka langsung memukul kepalaku. "Pacar! Tunangan! Apakah aku harus memberitahu mu?!".
"Hehe aku hanya ingin melihatmu marah."
"Dasar."
Tanpa sadar kami berdua sudah masuk ke dunia kami sendiri. Semua langsung menatap kami dengan tatapan sinis.
"Setelah Reina, kau langsung mencari gadis baru yang lebih cantik?," Tanya Kizuna.
"Madoka tidak hanya cantik! Madoka itu bagaikan bidadari yang dikirimkan untuk menyelamatkan ku dari keterpurukan dan keputusasaan! Kalau tanpa dia aku mungkin sudah bunuh diri! Kami juga saling mencintai!," Balasku dengan suara lantang.
"Hooh… jadi Kazuto lebih memilih gadis itu dibandingkan aku?," Tanya Chloe.
"Tentu! Dia adalah pasangan yang ditakdirkan untukku!".
Dulu aku malu mengatakan hal ini, tapi sejak aku bersama Madoka aku tidak malu mengatakan ini.
"Dasar" Kizuna mendekatiku lalu menarik kerah baju ku. "Kukira setelah kamu pisah dengan Reina aku dapat berada di sisimu" Lalu Kizuna menciumku tepat dimulut.
Aku kaget sekali dicium oleh Kizuna. Aku berusaha melepaskan nya tapi Kizuna menahannya sekuat tenaga… ditambah… dia main lidah lagi. Sial.
Setelah beberapa lama kemudian akhirnya dia melepaskan ku.
"Ini adalah yang terakhir Kazuto," ucap Kizuna.
Saat dia melepaskan ku, aku melihat kearah Madoka yang sudah terlihat jatuh ke dalam keputusasaan.
Aku mendekati Madoka dan menyentuhnya. Tapi tidak ada reaksi. "M-Madoka?".
"Apa Kaname-kun?".
"K-Kau baik-baik saja?".
"Iya. Aku baik-baik saja."
Madoka meraba kantung jaketnya dan dengan cepat dia berusaha menusuk perutku. Untuk aku menghindar dengan cepat kalau tidak aku sudah mati ditangannya.
"MADOKA?!".
"Kaname… Kaname…"
Kemudian aku berlari menghindari Madoka yang berusaha menusukku dengan pisau yang entah bagaimana ada di saku jaketnya.
Yang lain hanya diam dan menyaksikan aku dikejar oleh yandere. Kizuna tertawa terbahak-bahak diikuti oleh Mamoru dan Chloe.
Sejam setelah itu, akhirnya Madoka sadar tapi dia masih cemberut marah berkat kejadian ciuman tiba-tiba Kizuna.