Pagi hari, tanggal 24 Desember.
Aku sedang membersihkan pemandian air panas sambil memikirkan hadiah Natal yang bagus untuk Madoka. Dari kemarin aku terus memikirkan hadiah Natal untuknya tapi aku tidak tahu apa kesukaannya.
Selama kami berdua dekat satu sama lain, Madoka tidak pernah menunjukkan sesuatu hal yang dia sangat sukai. Waktu di Takayama juga dia sama sekali tidak membeli apapun padahal aku sudah bilang akan mentraktir nya.
Jangan-jangan Madoka tidak punya hal yang dia sukai?.
"Oi Kaname ayo bantu aku mengangkat keranjang sayur!," Ucap paman yang mendatangiku di pemandian air panas.
"Baik!".
Aku pun pergi ke halaman belakang bersama paman untuk mengangkat keranjang sayur. Malam ini adalah malam natal dan banyak tamu akan datang menginap disini. Karena itu stok persediaan bahan makanan pun harus disediakan sebanyak-banyaknya nya.
"Paman… apakah Madoka menyukai semacam aksesoris?," Tanyaku kepada paman sambil mengangkat keranjang sayur.
"Aksesoris? Tidak, Madoka tidak menyukainya," balas paman.
"Kalau begitu apa yang Madoka biasanya sukai?".
"Hmm… Madoka sangat menyukai kucing."
Kucing? Jadi Madoka menyukai kucing? Tapi aku tidak pernah melihatnya menggunakan semacam aksesoris kucing.
"Tidak hanya kucing, Madoka menyukai panda, koala, hamster, llama, beruang, dan domba."
List hewan yang disukai Madoka semuanya memiliki bulu tebal dan lembut. Jadi Madoka menyukai hewan-hewan yang memiliki bulu tebal dan lembut ya…
"Berarti Madoka menyukai boneka?".
"Iya," jawab paman. "Di kamarnya banyak sekali boneka panda dan beruang. Semua bonekanya sangat lembut, bahkan kau bisa tertidur kalau memeluknya."
Apaan tuh?! Jadi pengen aku ke kamarnya!.
"Kenapa memangnya kamu nanya-nanya kesukaan Madoka? Apa kau ingin membelikannya hadiah natal?"
"Iya. Karena sudah tau apa yang Madoka sukai jadi aku akan pergi ke kota dan membelikannya boneka paling lembut untuknya!".
Paman menepuk pundak ku. "Bagus! Seperti itulah pria! Madoka tidak salah memilih pasangannya."
Aku jadi tersipu mendengar pujian paman. "Terima kasih paman."
———
Siang hari, dihari yang sama.
Sekarang aku berada di halte bus sambil menunggu bus ke Takayama. Aku ke Takayama ditemani oleh Takeya yang ingin pergi ke Takayama juga untuk membelikan Shinobu hadiah natal juga.
Kami kebetulan ketemu disini, jadi sekalian saja sama-sama.
"Sebentar lagi bus akan sampai," ucap Takeya.
Aku melempar kopi kaleng ke Takeya. "Minumlah."
"Terima kasih," balas Takeya.
Lalu kami berdua meminum kopi kaleng secara bersamaan.
"Jadi Kaname, apa kau akan kesini lagi setelah lulus?".
"Iya aku akan kembali kesini untuk tinggal disini bersama Madoka."
"Kalau begitu baguslah. Kalau Madoka tidak kembali kesini lagi kasihan Shinobu."
"Kau benar-benar sayang kepada Shinobu ya."
Takeya membuang kaleng kopinya. "Kami sudah berteman sejak kecil. Aku dan Shinobu berpacaran saja dibantu sama Madoka."
"Jadi kalian bertiga teman baik sejak kecil?".
"Iya. Karena itu Kaname kalau kamu pengen tau lebih lanjut tentang Madoka, tanya saja aku."
Sepertinya aku dapat informan yang tepat untuk mengetahui sifatnya Madoka lebih dalam.
Beberapa menit kemudian bus datang dan kami berdua langsung naik. Disepanjang perjalanan kami bercerita tentang Shinobu dan Madoka. Takeya bilang kepadaku kalau Madoka itu sangat terkenal di sekolah karena wajahnya yang cantik. Tapi Madoka tidak punya teman selain Shinobu karena perempat dikelasnya tidak menyukai Madoka.
Begitu juga dengan Shinobu, dia menjauhi semua orang dan hanya berteman dengan Madoka. Kalau Takeya malah lebih bersahabat dengan teman-teman kelasnya. Aku sih tidak heran karena aku bisa ngobrol santai dengan Takeya walaupun kami baru ketemu beberapa kali.
Tapi mengetahui Madoka terkenal di sekolahnya membuatku sedikit minder. Aku takut jika Madoka nanti pindah ke SMA Tojidai nanti dia dikejar-kejar oleh banyak laki-laki jomblo.
"Tapi Kaname ada satu hal yang kuberitahu kepadamu."
"Apa itu?".
"Madoka akan berubah sifat dan kepribadian nya saat dia sangat sedih. Karena itu jangan pernah membuat dia sedih Kaname."
Wah ini informasi yang penting untukku. "Bagaimana sifat nya saat dia sangat sedih?".
"... Madoka menjadi orang yang sangat kasar, suka melukai seseorang, dan suka sekali membuat keonaran. Bahkan dia pernah menjadikan aku dan Shinobu sebagai budaknya."
"K-Kenapa kalian mau saja jadi budaknya?".
"Karena terpaksa. Kalau tidak dia akan memberontak dan mencakar-cakar wajah kami layaknya seekor kucing. Bukan itu sih alasannya, kami mau saja menjadi budaknya karena dia teman kami yang sangat kami sayangi."
Indahnya persahabatan mereka bertiga. Tapi, ok aku akan berhati-hati untuk tidak membuat Madoka sedih.
"Terkahir kali dia sangat sedih dan sifatnya berubah kapan?".
"1 tahun lalu saat kelas satu, dia dituduh merebut pacar orang."
Sial aku malah mendengar hal yang tidak ingin kudengar. "Bagaimana bisa Madoka dituduh merebut pacar orang?".
"Seperti yang kukatakan tadi, Madoka sangat terkenal disekolah karena kecantikannya. Berkat kecantikannya itu Madoka sering ditembak oleh banyak orang. Nah waktu itu ada kakak kelas yang menembak Madoka namun dia sudah punya pacar. Madoka menolaknya baik-baik, tapi keesokan harinya pacar kakak kelas itu ke kelas kami dan menuduh Madoka merebut pacarnya.
Kata pacar kakak kelas itu, Madoka menembak pacarnya dan memaksanya untuk berpacaran dengannya."
"Terus, apakah masalahnya dapat diselesaikan dengan cepat?".
"Untungnya iya, masalah dengan cepat selesai. Tapi Madoka sangat terpuruk dan sangat sedih karena ini pertama kalinya dia dituduh semacam itu. Lalu sehari setelah kejadian itu, aku dan Shinobu menjenguk Madoka dan saat masuk ke kamarnya…" Takeya menutup wajahnya dengan tangannya "Kami langsung dijadikannya budak!".
Sepertinya Takeya memiliki pengalaman buruk saat Madoka menjadikannya sebagai budak.
"Aku dan Shinobu disuruh menjadi anjing, disuruh ciuman didepannya, dan kami berdua hampir dipaksa melakukan seks didepannya."
Yang terakhir itu sangat ekstrim! Oke aku akan sangat berhati-hati untuk tidak membuat dia sedih berlebihan! Aku tidak ingin menjadi budak pelampiasannya!.
———
Satu jam berlalu, akhirnya kami sampai di Takayama.
Kami berdua tidak ingin berlama-lama di Takayama karena kami tahu malam natal adalah malam paling sibuk. Karena itu kami berdua langsung ke toko tujuan masing-masing.
Pertama aku dan Takeya pergi ke toko boneka untuk membelikan hadiah Madoka. Aku membeli boneka beruang dan boneka panda untuk Madoka.
Kedua aku dan Takeya pergi ke toko perhiasan. Awalnya aku bingung kenapa Takeya ingin pergi ke toko ini, tapi setelah kulihat dia membeli kalung yang kelihatannya sangat mahal aku langsung mengerti kalau itu untuk hadiahnya Shinobu.
Lalu yang terkahir aku membeli empat gelang kumihimo di sebuah toko suvenir dekat toko perhiasan.
"Aku warna merah, lalu Takeya hitam dan Shinobu warna putih."
Aku mendatangi Takeya lalu memberikan gelang kumihimo yang bewarna hitam dan putih kepadanya.
"Untuk apa ini?".
"Tanda persahabatan. Kau warna hitam dan Shinobu putih, biar kayak gelang pasangan untuk kalian."
Takeya langsung memakai gelangnya. "Terima kasih Kaname, akan kujaga ini baik-baik."
"Sama-sama."
"Terus untuk Madoka?".
"Ada" aku menunjukkan gelang kumihimo bewarna pink. "Aku warna merah dan dia warna sian. Cocok bukan?".
"Mengikuti sudut pandang fisika?".
"Benar. Begitu juga dengan gelang mu dan Shinobu. Hitam dan Putih bagaikan Yin dan Yang."
"Kau memang tidak asal-asalan ya milih warna gelang."
"Percuma kalau tidak punya arti yang dalam."
Setelah itu kami bergegas ke halte bus untuk pulang sebelum sore.
———
Malam harinya penginapan Mizutani sangat sibuk. Semua kamar penuh karena tamu dari seluruh Jepang hampir semua ada disini. Karena terlalu sibuk, Madoka pun meminta bantuan kepada Takeya dan Shinobu untuk membantu kami.
Dengan kedatangan mereka berdua, pekerjaan kami lebih ringan.
———
Tengah malam, tanggal 25 Desember.
Aku sedang duduk di halaman belakang sambil menunggu Madoka. Aku ingin memberikan hadiah itu sekarang mumpung suasana bagus dengan cahaya bulan yang mendukung.
"Maaf menunggu Kaname" Madoka langsung duduk di sebelahku. "Ada apa? Apa kamu ingin liat wajahku?".
"Kalau iya gimana?".
Wajahnya langsung memerah. Dia yang pengen ngerayu malah ku rayu balik.
"Sudah, sudah, lupakan" aku mengambil tangan kanan Madoka dan memasangkan gelang Kumihimo. "Selamat natal, Madoka."
Madoka terkejut saat aku memasang kan gelang itu. Lalu aku memasang gelang kumihimo warna merah. "Liat? Warna kita serasi."
"Pfft. Lawan warna menurut sudut pandang fisika?".
"Iya. Kalau begini kan kita serasi."
Aku memegang tangan Madoka yang kupasang gelang kumihimo. "Terima kasih telah hadir dikehidupan ku, Madoka."
Madoka mengangkat wajahku dan mencium pipiku. "Aku juga, terima kasih telah hadir dikehidupan ku, Kaname."
Lalu setelah itu kami kembali ke dalam penginapan dan ingin pergi ke kamar masing-masing.
"Jadi hadiah mu itu saja?," Tanya Madoka.
"Iya. Aku miskin sekarang, jangan berharap yang berlebihan," jawabku.
Wajahnya sedikit kecewa. Namun aku puas melihat wajahnya yang kecewa.
Dia tidak tahu kalau aku menaruh boneka beruang dan boneka panda di kamarnya. Dan dimasing-masing boneka, ada kartu ucapan selamat natal.
Aku masuk ke kamar, mengunci pintu, lalu memasang futon, dan mulai memejamkan mata.
"KANAME! AKU MENCINTAIMU!!!!!".
Jadi dia sudah melihat bonekaku ya. Tapi aku tidak menyangka kalau dia akan berteriak seperti itu. Tapi sudahlah, yang penting dia bahagia.
"10 hari lagi aku akan kembali…."