Setelah perjalanan selama 9 jam 40 menit, akhirnya aku sampai di kota Takayama. Kota yang berada di prefektur Gifu ini merupakan tempat bagus untuk melepas penat dari pekerjaan. Sudah lama aku ingin pergi ketempat ini tapi tidak ada waktu.
Pertama-tama mungkin aku harus mandi dulu di pemandian air panas terdekat lalu pergi ke pasar Miyagawa untuk membeli beberapa barang di sana.
Selain itu aku harus mengubah penampilan ku.
…
Setelah cukup lama berada di pemandian air panas, akhirnya aku berangkat ke pasar Miyagawa. Tapi saat ingin pergi kesana aku melihat salon. Sepertinya aku harus mengubah gaya rambutku biar tidak mudah dikenali oleh orang.
"Potong pendek saja. Lalu warnai rambut ku jadi putih perak."
"Siap!".
Awalnya aku berpikiran untuk botak, tapi aku benci orang botak jadi ku urungkan niatku untuk botak. Penampilan ku pasti akan sangat berubah saat rambutku menjadi putih perak.
"Kigahara Kazuto-san kan?".
Sudah kuduga, pemotong rambut ini tahu siapa aku. Tentu saja dia kenal aku, skandal hubungan murid dan guru itu sangat dilarang. Aku yakin berita infotainment pasti membahas masalah skandal ini, apalagi aku penerus resmi keluarga Kigahara.
"Iya…," jawabku.
"Anda harus kuat. Hidup itu penuh cobaan."
Aku tersenyum dan lumayan senang saat pemotong rambut ini memberiku nasehat "Terima kasih."
Beberapa menit kemudian rambutku sudah selesai dipotong dan diwarnai menjadi putih perak.
Aku berkaca di depan cermin dan aku lumayan kaget dengan penampilan ku "Aku merasa menjadi Marie Antoinette."
Setelah itu aku pergi dari salon dan menuju pasar Miyagawa. Di pasar Miyagawa aku membeli beberapa makanan untuk sarapan pagi. Setelah ke pasar aku pergi ke Takayama Jinya untuk melihat hal-hal bersejarah disana.
"Halo, permisi."
Seorang perempuan berkacamata sedang berbicara kepadaku "Ada apa?".
"Apa anda seorang pekerja?".
Hmm "Bukan, aku adalah seorang pengangguran yang lari dari rumah karena malu jadi pengangguran."
Wajahnya langsung terlihat bahagia lalu dia menggenggam erat kedua tanganku "Kalau begitu apa kau tertarik bekerja di penginapan saya?!".
Bekerja? Aku tidak berpikiran untuk bekerja juga. Tapi ini adalah tawaran yang lumayan menarik karena dengan tawaran ini aku dapat memulai hidup baruku. Lagian kenapa ada orang yang mencari pekerja di situs bersejarah ini?!.
"Penginapan dimana?".
"Di desa Shirakawa!".
Huwah, bersemangat sekali orang ini. Tapi di desa ya…
"Di penginapan aku jadi apa?".
"Pelayan! Kebetulan sekali di penginapan kami kekurangan pelayan laki-laki!".
Pelayan laki-laki di penginapan biasanya menjamu tamu, membersihkan lantai, membersihkan pemandian, dan menjadi penjaga saat malam hari. Aku tau pekerjaan pelayan laki-laki karena waktu kecil aku pernah melihat secara seksama pekerjaan pelayan laki-laki di penginapan keluarga Kigahara.
"Baiklah aku terima. Tapi apa kau yakin menawarkan pekerjaan ini kepada orang asing sepertiku?".
Dia mundur selangkah lalu melihat penampilan ku dari bawah kaki sampai atas kepala. Wajahnya tampak serius saat melihat penampilan ku.
Setelah lumayan lama dia memperhatikan penampilan ku akhirnya dia mengangguk kan kepalanya dan mendekatiku lagi.
"Anda orang yang baik. Saya yakin itu!".
Bagus juga pengamatan nya. Untung aku memang orang yang baik, kalau tidak sudah ku culik dia dan kujual organ tubuhnya mumpung aku membuang identitas ku.
"Serius nih mau menerima aku sebagai pelayan di penginapan mu?".
"Iya! Saya serius kok!".
Kok sekarang aku malah curiga kepada dia ya? Aku takut jika di penginapan nanti aku bakal dimutilasi dan organku dijual olehnya.
"Kalau begitu nama anda siapa?".
"Ki—".
Tidak, aku bukan lagi Kigahara Kazuto.
"Namaku Hashida Kaname, umurku 20 tahun."
"Hashida Kaname…"
"Kenapa? Jelek ya namaku?," Kalau jelek wajar sih, namanya juga aku asal bikin nama baru.
"Tidak kok! Nama yang bagus" kemudian dia menarik tanganku untuk berjalan bersamanya "Namaku Yumikara Madoka, salam kenal Kaname-san."
Dia memiliki nama yang lebih bagus dibanding nama palsuku "Kaname saja gak apa kok."
"Kalau gitu Kaname. Terus panggil aja aku Madoka. Umurku 17 tahun, jadi kita beda 3 tahun aja."
Padahal kita seumuran. Maaf aku menipu mu ya.
Setelah itu Madoka mengajakku ke berbagai tempat di Takayama. Bilangan nya sebelum bekerja di penginapan miliknya, aku harus mengenal kota Takayama.
"Kaname kamu dari Tokyo ya?".
"Iya aku dari Tokyo."
"Bagaimana dengan Tokyo? Apakah lebih bagus dibandingkan dengan Takayama?".
"Hmm susah ya kalau disuruh membandingkan."
"Hehh."
Setelah asik berkeliling Takayama, akhirnya aku dan Madoka berangkat ke desa Shirakawa menggunakan bis. Di bis kami berbincang-bincang tentang Tokyo dan bagaimana kehidupan di Tokyo. Sejauh ini bisa kusimpulkan jika Madoka adalah anak desa yang sangat ingin pergi ke Tokyo, tapi karena dia harus mengurus penginapan nya jadi niatnya ingin pergi ke Tokyo selalu gagal.
"Madoka… bisa katakan kepadaku, alasan sebenarnya kamu menawarkan pekerjaan kepadaku."
"Alasan sebenarnya? Alasan sebenarnya adalah kau terlihat seperti orang yang butuh pertolongan."
"Bagaimana kau tahu aku butuh pertolongan?".
Madoka terdiam sebentar lalu dia seolah-olah memperbaiki kacamatanya.
"Kalau aku bilang jangan ketawa ya."
"Ya, aku tidak akan ketawa."
Madoka menarik satu tarikan nafas yang panjang "Aku punya Indra keenam. Dan aku bisa tahu mood dan emosi seseorang hanya dengan melihat wajahnya."
Wow. Kalau gini mah aku gak ketawa tapi takjub. Ini pertama kalinya aku ketemu dengan orang yang punya Indra keenam.
"Oh gitu? Kalau gitu aku percaya deh alasanmu."
"Heh? Kaname percaya apa yang saya katakan?".
"Aku tidak punya pilihan selain percaya setelah kau bilang aku butuh pertolongan."
Madoka tersenyum lebar lalu dia memegang tangan kananku "Terima kasih telah memercayai saya! Ini pertama kalinya orang lain percaya dengan Indra keenam saya kecuali keluarga saya!".
Dia terlalu bersemangat. Tapi dia dapat menghasilkan energi positif disekitarnya berkat semangatnya yang terlalu berlebihan.
"Jadi Kaname, kenapa kau butuh pertolongan?".
Aku tidak ingin menjawabnya. Aku belum boleh terbuka kepada orang lain tentang masalah ini.
Aku melihat kearah jendela bus dan memandang matahari tenggelam dengan warna oranye yang sangat menyilaukan mata.
"Kalau Kaname tidak mau membicarakan nya tidak masalah."
"Pokoknya kamu anggap aja aku pengangguran yang kabur dari rumah karena malu jadi pengangguran."
"Baiklah. Tapi suatu saat ceritakan kepadaku ya!".
"Baik, baik."
Walaupun aku baru bertemu dengannya, entah kenapa aku merasa sangat dekat dengan dia. Dari cara bicaranya yang sangat sopan, membuatku nyaman berada didekatnya.
Dia layaknya adik kecil yang selalu ceria kepada kakak nya.
Aku menyukainya karena dia sangat baik kepada orang asing sepertiku. Aku yakin Madoka adalah murid paling terkenal di sekolah nya.
"Oh ya Madoka, nama penginapan mu apa?".
"Oh iya saya lupa memberitahukan kepada mu nama penginapan saya. Namanya Penginapan Mizutani. Yang menjalankan penginapan itu selain saya adalah ibu dan ayah saya."
Nama penginapan nya juga bagus. Mizutani, Lembah Air.
…