Sore hari aku dan Madoka sedang berbelanja di supermarket. Aku juga baru saja menjemput Madoka di sekolahnya karena aku ingin mentraktir makanan yang dia mau.
"Apakah ini termasuk kencan?".
"Tidak ini bukan kencan."
"Coba akui saja ini kencan."
Kenapa ini anak pengen banget jadi pacarku.
Madoka mengambil handphone di tas nya "Kaname ayo pulang, kata ayah kita kedatangan tamu."
"Mendadak sekali ya."
"Iya. Penginapan Mizutani akhir-akhir ini terkenal berkat seseorang."
Madoka melihatku dengan tatapan yang bahagia sedangkan aku mengalihkan pandanganku darinya dengan perasaan sedikit malu.
Aku bingung kenapa penginapan Mizutani dapat sangat terkenal berkat diriku? Padahal aku cuman seorang pelayan disana.
"Rombongan anak SMA?," Tanya Madoka.
Aku melihat pintu masuk penginapan dari kejauhan "Mungkin… sebentar…"
Aku memperhatikan salah satu laki-laki di rombongan anak SMA itu dan sepertinya aku tidak asing dengan anak laki-laki itu.
"Ada apa Kaname?".
"Tidak apa-apa."
Setelah rombongan anak SMA itu masuk ke penginapan, aku dan Madoka bergegas masuk lewat pintu belakang lalu mengganti baju dan mulai melayani tamu. Madoka sedang menyiapkan meja makan, sedangkan aku menunggu makanan siap di hidangkan.
"Tapi sudah lama sekali kita tidak kedatangan tamu anak SMA," ucap paman sambil memasak.
"Memangnya kapan terakhir kali anak SMA menginap disini?".
"Hmmm… waktu aku masih SMA."
Heh? Waktu paman masih SMA? Gak salah dengarkan aku? Kalau begitu tua banget ini penginapan! Berarti ini adalah usaha turun temurun keluarga Yumikara.
"Nih sudah selesai. Sana sajikan kepada tamu-tamu."
Aku pun membawa semua makanan dengan keranjang dorong makanan. Namun saat hendak membuka pintu kamar tamu aku mendengar percakapan para tamu yang suaranya sangat tidak asing bagiku.
"Besok kita akan mencari Kazuto lagi. Aku, Mamoru, Mizore, dan Misaki akan mencari di Takayama lagi. Sedangkan Reina, Chloe, Rize akan mencari di desa ini."
Tidak salah lagi. Ini adalah suaranya Kizuna.
Yang lebih penting… KENAPA MEREKA BISA BERADA DISINI?! APAKAH ADA ORANG YANG MENGETAHUI IDENTITAS ASLIKU DAN MELAPORKAN NYA KEPADA MEREKA?!.
"Loh Kaname ada—".
Aku menarik tangan Madoka yang menghampiri ku dan menyekap dia untuk tidak bicara.
Aku mendekatkan wajahku ke telinganya "Madoka, para tamu ini adalah teman-teman ku dari Tokyo. Aku tidak ingin mereka tau aku ada disini, karena itu aku ingin kau carikan aku sesuatu yang dapat menutupi wajahku!".
Setelah itu aku melepaskan Madoka. Tapi waktu aku melepaskannya… wajahnya memerah dan nafasnya memburu seperti orang yang saja lahir 500m.
"B-Baiklah! A-Akan kucarikan!".
Madoka naik ke lantai dua dengan sempoyongan "M-Madoka? Kau baik-baik saja?".
"Baik-baik saja kok! Nanti sekap aku lagi ya sebagai imbalannya!".
Apa ini? Ada apa ini? Apakah Madoka adalah orang yang tipenya itu?! Tidak-tidak, dia adalah gadis yang baik dan cantik jadi tidak mungkin dia orang yang tipe nya itu.
…
"Pembunuh berantai?," Ucap Rise.
"Tidak mungkin ada pembunuh yang membawakan makanan!," Teriak Mizore.
Jadi gini nih. Aku kan minta sesuatu yang dapat menutupi wajahku dan Madoka membawakan nya untukku. Iya sih, memang dia membawakan sesuatu yang menutupi wajahku, tapi enggak juga topeng Scream.
"Si-Silahkan dinikmati…."
Lalu aku keluar dari kamar itu dan melepas topeng Scream yang panas ini. Saat aku keluar wajah Madoka masih terlihat sangat panas dan nafasnya masih memburu-buru.
"Janji mu."
Sial.
Madoka membawaku ke lantai dua dan dia memasang pose ingin disekap. Serius, aku tidak tahu harus beraksi apa saat dia memasang pose ini.
Karena dia sudah menolong ku jadi tidak ada pilihan lain selain menyekapnya untuk kedua kali.
...
"Sudah puas?".
"PUAS SEKALI!".
Mulai hari Madoka akan kuanggap sebagai gadis cantik, manis, baik, dan masoskis.
"Oh ya Kaname! Di akhir bulan November ini bulan di desa Shirakawa akan terlihat sangat indah dibandingkan dengan bulan di tempat lain."
"Terus?".
"Ayo kita ke luar sebentar buat lihat bulan!".
Pekerjaan juga sudah selesai, para tamu juga sudah di sajikan makanan, jadi tidak masalah jika istirahat sebentar.
"Baik, ayo keluar. Tapi bentar aja ya! Dingin banget diluar soalnya."
"Baik!," Jawab Madoka lalu dia merangkul tanganku.
Yah sekali-kali tidak apa-apa. Lagian kami juga pasti kelihatan seperti kakak dan adik.
Lalu saat kami turun ke lantai satu dan hendak menuju pintu keluar, kami berpapasan dengan seseorang. Kami berhenti berjalan karena dia menanyakan dimana kamar kecil ke Madoka.
Saat Madoka memberitahukan kepada orang itu dimana kamar kecil, pandanganku mulai teralihkan dengan bulan yang kelihatan di jendela lorong.
"Kaname… Kaname!".
"Oh ada apa Madoka?".
"Aku akan mengantarkan nyonya ini sebentar. Kamu jangan kemana-mana ya."
Aku membalikkan badanku dan menghadap Madoka "Baik, baik."
Lalu aku melihat ke tamu yang bertanya dimana kamar kecil. Aku lumayan terkejut, ternyata dia adalah Reina.
Aku memasang ekspresi biasa saja walaupun aku terkejut melihat Reina. Aku harus mempertahankan sifatku sebagai Kaname.
Aku menghindar kontak mata dengan Reina agar aku tidak dikenali olehnya.
Aku mengarah lagi ke jendela lorong dan melihat kearah bulan lagi.
"A-Anu…"
Reina menarik tanganku dan sialnya kami malah kontak mata.
Aku harus tenang dan tetap berada di sifat Kaname "Ada apa? Apakah Madoka lupa dimana kamar kecil?".
"Sebentar, apakah Kaname baru saja menghina saya secara tidak langsung?," Tanya Madoka dengan eksepsi marah.
"Bu-Bukan itu! Apakah kita pernah bertemu?".
Aku tersenyum "Tidak, aku rasa tidak."
Lalu Madoka mendekatiku "Iya tidak mungkin. Kaname kan pengangguran."
Aku lumayan kesal juga mendengar ucapan Madoka. Karena kesal aku mencubit kedua pipinya "Coba bilang sekali lagi?!".
"Give up! Give up!," Ucap Madoka meminta ampun.
"Tapi instingku mengatakan jika kita pernah bertemu!" Ucap Reina lalu dia memasang wajah yang sedih. "Kau sangat mirip dengan dia…."
Madoka melihatku "Kaname, apa kau memang pernah bertemu dengan nyonya ini?".
Aku tidak akan percaya wajah itu lagi "Orang yang memiliki wajah sama itu banyak di dunia. Mungkin aku mirip saja dengan kenalan anda."
"Mungkin. Karena orang yang kukenal memiliki rambut hitam dan gaya bicaranya lumayan kasar."
Setelah itu Madoka mengantarkan Reina ke kamar kecil sedangkan aku masih melihat bulan yang sangat indah di langit.
Hari ini lumayan penuh dengan kejutan. Aku tidak menyangka mereka semua mencariku sampai ke tempat yang terpencil seperti desa ini. Aku lumayan bersyukur memilik teman-teman baik seperti mereka, tapi aku tidak ingin kembali sekarang ini. Aku sudah betah disini bersama Madoka, paman, dan bibi. Mereka adalah satu-satunya orang yang menerimaku apa adanya tanpa memperdulikan masa laluku.
"Bulan nya sangat indah."
"Benarkah? Bulan nya yang indah atau aku yang indah."
Aku melihat kearah belakang ku ternyata Madoka yang sudah mengantrakan Reina ke kamar kecil.
"Kamu yang indah," jawabku dengan niat menjahilinya.
Tapi bukannya marah dia malah tersipu dan memukul perutku dengan keras.