"Pagi Kaname."
Madoka sedang duduk disebelah ku. Aku baru saja bangun tidur dan kalau tidak salah kamar ku kunci tadi malam. Bagaimana dia bisa masuk ke kamarku?.
"Madoka."
"Apa?".
"Bagaimana kau bisa masuk ke kamarku?".
Madoka memperlihatkan aku sebuah paper klip yang sudah dia permak menjadi kunci darurat. Sekarang aku lumayan takut dengannya.
"Jadi itu sarapanku?".
"Iya ini sarapan mu yang khusus kubuatkan untukmu."
Aku beranjak dari futon dan memperbaiki rambutku yang berantakan.
"Kamu libur kan hari ini Madoka?".
"Iya. Memangnya kenapa mau mengajak saja kencan?".
"Iya. Aku ingin mengajakmu kencan di Takayama."
Aku duduk di depan makanan yang disediakan Madoka. Aku menyantap sop miso lalu melihat wajah Madoka yang memerah.
"Serius... Kaname kamu mengajak saya kencan?".
"Iya. Memangnya kenapa?".
Aku juga sudah bosan kalau dia terus menggoda ku. Harga diriku sebagai laki-laki akan turun drastis jika dia terus yang menggoda ku.
"T-Tidak apa-apa," ucap Madoka sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Sebenarnya tujuan utamaku pergi kencan dengan Madoka adalah menghindari mereka semua. Aku takut jika Reina, Kizuna, ataupun Chloe menyadari penyamaranku. Aku benci mengakuinya tapi mereka memiliki insting yang kuat.
"Oh ya Kaname, kalau saya ajak temanku ikut kencan gimana?".
Aku terdiam sebentar. Aku berusaha mengolah perkataan "Maksudmu apa itu? Ingin membuatkan aku Harem atau apa?".
Madoka memukul kepalaku "Bukan begitu bodoh. Temanku juga punya pacar jadi kencan ganda. Tidak masalah kan?".
"Gak masalah."
Semakin banyak orang semakin berkurang juga keberadaan ku.
———
"Ayah, ibu aku berangkat dulu."
"Hati-hati Madoka! Laki-laki itu serigala!".
"Aku tidak akan berbuat hal sekejam itu!," Teriakku.
Aku tau memang laki-laki itu serigala tapi aku bukanlah serigala buas, aku serigala jinak.
Dengan pakaian sederhana, jaket tebal yang pertama kali kubeli di stasiun, dan syal yang dibelikan oleh Madoka waktu itu, penampilan ku cukup keren juga.
"Madoka! Sini! Sini!," Ucap seorang gadis bermantel yang lumayan tebal.
Madoka mendatangi gadis itu lalu memeluknya. Sepertinya dia adalah teman baik Madoka yang dia ceritakan dulu.
Aku mendekati mereka berdua yang tengah asik berpelukan. Ini adalah pemandangan yang adem dan jarang banget bisa terjadi.
"Jadi dia pacarmu Madoka?".
"Untuk sekarang dia bukan pacarku. Dia masih liar, belum kujinak kan."
Aku menepuk kepala Madoka "Aku bukan anjing liar loh."
"Hehe maaf."
Teman Madoka itu menundukkan kepalanya kepadaku "Namaku Hashira Shinobu, salam kenal Kaname."
"Bagaimana kau tau namaku?".
"Madoka sering membicarakan mu."
Heh ini anak benar-benar menyukaiku rupanya.
"Terus Shinobu, dimana Takeya?".
"Dia lagi beli tiket bus. Ayo kita susul dia."
Madoka merangkul tanganku lalu kami jalan menuju loket tiket. Aku sudah terbiasa oleh perlakuan Madoka kepadaku. Aku lumayan menyukainya juga karena dengan ini kami terlihat sangat akrab.
"Takeya, sudah dapat tiketnya?".
"Sudah nih… Si-Siapa orang keren bersama mu itu Madoka?".
"Dia? Dia Kaname, yang sering kuceritakan itu loh."
"Oh jadi dia Kaname. Salam kenal, namaku Takahashi Takeya."
"Ya, salam kenal Takeya."
"Tapi aku tidak menyangka jika Kaname adalah orang yang sangat keren."
Jadi maksudnya aku yang dia bayangkan itu jelek dan tidak keren. Maaf saja aku lebih keren dan tampan dari Takeya. Tapi harus kuakui juga Takeya lumayan tampan.
Setelah basa-basi di loket tiket, akhirnya kami naik kedalam bus. Sebelum naik ke bus, aku menyempatkan membeli makanan hangat untuk mereka agar suhu tubuh mereka normal.
Di bus aku duduk didekat jendela dan disebelah Madoka, lalu Shinobu duduk disebelah Takeya.
Aku melihat pemandangan desa yang damai tentram membuat hatiku semakin damai.
"Lama ya kita tidak jalan-jalan bersama Madoka!," Ucap Shinobu.
"Iya benar," jawab Madoka.
"Memangnya kalian sudah jarang jalan-jalan bersama?".
"Iya jarang banget karena aku berpacaran dengan Takeya dan Madoka yang sibuk dengan penginapan nya."
Hanya karena pacar waktu bermain bersama teman baik jadi berkurang.
Jika aku berpacaran dengan Madoka apakah waktu bermainnya bersama Shinobu akan berkurang lagi? Ah tidak, tidak, aku masih belum bisa membukakan hatiku kepada orang lain.
"Kaname, apa kau pernah punya pacar?".
"Pernah."
"Kalau berciuman."
"Pernah…."
Shinobu tersenyum jahat, Takeya ikut tersenyum jahat, dan Madoka sudah cemberut mendengar ku pernah berciuman.
"Hooh, berapa kali?".
Aku melihat kearah Madoka lalu melihat kearah Shinobu dan Takeya "Harus banget nih dijawab."
Shinobu dan Takeya mengangguk.
"Sering, hampir setiap hari waktu aku pacaran…"
Mereka bertiga terkejut apalagi Madoka yang sepertinya sudah terkena serangan jantung.
Aku ingin mengalihkan pembicaraan ini ke pembicaraan yang tidak intim. Aku membuka tutup kaleng sup kacang lalu meminum nya perlahan.
"Kalau Sex?".
Aku langsung memuncratkan sup kacang itu dan untungnya tidak mengenai siapapun.
"Apa-apaan pertanyaan itu?!".
"Sudah, sudah jawab saja."
Aku membersihkan mulutku menggunakan sapu tangan yang diberikan Madoka "Hampir, tapi karena aku pengecut jadinya tidak jadi."
Aku jadi malu. Aku mengalihkan pandanganku ku kaca jendela bus.
"Jadi hampir ya."
Heh? Ada apa dengan suasana yang sama sekali tidak enak ini?.
"M-Madoka?".
"Begitu ya. Hehe. Memang Kaname orang dewasa ya. Begitu, ok."
"Madoka…," aku berusaha memanggil dia yang sudah jatuh dalam kegelapan.
"Apa Kaname~," Madoka melihat kearah ku dengan tatapan kosong yang mengerikan.
"Jangan jatuh pada kegelapan! Madoka!".
———
Setelah insiden pengakuan di bus tadi, akhirnya Madoka sudah kembali ke jalan yang benar. Sedangkan pelaku Shinobu dan pelaku Takeya hanya tertawa lepas.
"K-Kalau gitu ayo mulai kencan ganda nya!," Ucap Shinobu yang masih tertawa.
Aku berjalan bersama Madoka dan seperti biasa dia merangkul tanganku.
"Aku akan melakukan berkali-kali."
"Hmm? Apa?".
"Aku akan melakukannya berkali-kali dengan Kaname nanti saat aku berhasil menaklukkan Kaname."
Aku langsung tersipu malu dan mencubit pipinya "SAYANGI TUBUHMU!".
"Kaname, Madoka gimana kita makan dulu?," Tanya Takeya.
Makan dulu baru jalan-jalan? Tidak buruk juga. "Baiklah ayo."
Lalu kami berempat menuju kafe yang ada disebelah salon aku potong rambut sebulan yang lalu.
"Pesanlah makanan yang kalian suka, aku yang traktir."
"Wih serius nih?," Tanya Shinobu.
"Iya," jawabku dengan santai.
Shinobu memanggil pelayan kafe dan memesan makanan untuk kami semua. Sekarang aku tidak memilih-milih makanan jadinya aku akan makan apa yang dia pesan.
"Loh, pelayan penginapan?".
Aku dan Madoka melihat kearah orang yang menyapa Madoka dan ternyata orang itu adalah… Misaki!
Ke-Kenapa mereka ada disini?—
Oh iya! Misaki pergi ke Takayama untuk mencariku! Padahal aku mendengar pembicaraan mereka tadi malam. Coba tau aku tidak mengajak Madoka berkencan di Takayama.
"Ah, kalau tidak salah…."
"Misaki! Panggil aja Misaki."
"Kalau gitu panggil saja saya Madoka, tidak enak bukan manggilnya pelayanan penginapan."
"Jadi Madoka, kamu ngapain disini?".
"Lagi kencan!," Jawab Madoka dengan bangganya.
"Wah, kalau gitu maaf mengganggu ya!".
Hush, hush, sana pergi!
Lalu Misaki pergi dan pergi ke meja yang jauh dari meja kami.
"Ada apa Kaname?," Tanya Shinobu.
"Mereka adalah teman ku di Tokyo jadi aku tidak ingin mereka tau kalau aku berada di tempat ini."
"Heh? Tapikan kamu berumur 20 tahun? Sedangkan perempuan tadi seumuran dengan kami bertiga."
"Heh?"
*To be continued