"Kizuna, Chloe, Mamoru, aku butuh bantuan kalian," ucapku kepada mereka bertiga.
Tadi pagi aku diberitahu oleh Mamoru jika foto ku dan Reina berciuman dipajang di papan buletin. Dan yang memanjang nya bukan lain selain kepala sekolah busuk itu.
Untung saja aku diberitahu oleh Mamoru tadi pagi jadi aku dan Reina memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah hari ini.
Lalu setelah pulang sekolah, mereka bertiga kupanggil untuk membantu kami menyelesaikan masalah ini.
"Pertama jelaskan kepadaku" Kizuna mendatangi Reina yang berada di sebelah ku lalu dia menampar Reina dengan sangat keras. "Kau sudah tau kan akibatnya kalau sudah begini?".
Reina terdiam, aku terdiam dan tidak bisa melawan apa yang dikatakan oleh Kizuna.
"T-Tapi ini adalah salahku Kizuna, harusnya kau yang—".
"Tidak. Aku sudah berkali-kali mengatakan kepada Reina kalau suatu saat hubungan kalian akan terbongkar. Aku juga sudah mengatakan kepadamu Kazuto, tapi kau tetap tidak mendengarkan ku."
…
Kizuna menarik tangan Reina "Reina, ikut aku sebentar."
Lalu Kizuna membawa Reina keluar rumah.
Aku, Mamoru, dan Chloe saling melihat satu sama lain.
"Kazuto… kalau begini aku tidak punya jalan untuk membantumu. Foto itu bukan editan karena foto itu jelas-jelas bukan editan."
"Ya aku tau.…"
Chloe memegang tanganku "Aku juga sudah bilang kepadamu dan Reina, hubungan kalian itu sangat terlarang. Aku harap kamu dan Reina siap menghadapi masalah ini."
"Aku sudah siap. Tapi aku tidak punya jalan untuk menyelesaikan masalah ini."
"Kemungkinan yang terburuk kau akan dikeluarkan Kazuto," ucap Mamoru.
"Kau benar.…"
———
Beberapa jam kemudian, mereka bertiga memutuskan untuk pulang dan mendoakan yang terbaik untuk kita berdua.
Reina menjadi pendiam setelah dia berbicara dengan Kizuna. Aku tidak tahu apa yang dibicarakan mereka berdua bicarakan, tapi Reina menjadi pendiam dan tidak berbicara kepadaku sama sekali setelah itu.
Malam hari, aku dan Reina dipanggil oleh ayah. Di rumah ayah, keluarga kami berdua berkumpul untuk mendiskusikan masalah ini.
"Ayah akan membuat pembelaan untuk kalian."
"Tapi—".
"Setelah membuat pembelaan ini, ayah akan menikahkan kalian. Dan Kazuto, kau akan menjadi penerus ayah secara resmi mulai sekarang."
Bukan.
"Tidak keberatan."
Bukan.
"Setelah resmi menjadi penerus ku, kau harus membersihkan nama keluarga Kigahara, Kazuto."
Bukan!.
"Pernikahan akan dilaksanakan Minggu depan. Ada yang keberatan?".
Bukan ini solusinya!.
"Aku keberatan."
Reina berdiri lalu dia menghadap ayah dan ibuku "Aku tidak ingin menikah sekarang."
"Bukan kah kalian—".
"Itu hanya akting. Semua yang kulakukan adalah akting. Aku setuju menjadi tunangan Kazuto karena aku ingin menjadi guru di SMA Tojidai."
"A-Apa?," Ucapku tidak menyangka jika semua yang dikatakan dan yang dilakukan Reina adalah akting.
Semua orang terdiam. Tidak terkecuali ayah dan ibuku.
"Maaf aku telah memanfaatkan mu Kazuto. Aku sebenarnya tidak mencintaimu. Aku hanya ingin menjadi guru karena itu aku setuju menjadi tunanganmu agar aku mudah menjadi guru di SMA Tojidai."
Aku terdiam. Aku tidak percaya. Aku tidak percaya apa yang dikatakan oleh Reina. Tapi apa yang dikatakan nya bukanlah sebuah kebohongan.
"Begitu?," Ucapku.
Aku berdiri dan menghadap Reina "Kalau begitu, terima kasih telah menjadi tunangan ku. Walaupun itu hanya akting, tapi bagiku itu semua kenangan yang indah."
Setelah itu aku pergi dari ruang tamu dan keluar dari rumah lalu berlari menjauhi rumah itu. Aku terus berlari dan berlari tanpa tujuan.
Ini pertama kalinya aku merasakan patah hati. Sial, tidak kusangka jika patah hati bisa sesakit ini.
Walaupun hanya akting, tapi aku bahagia bersamanya.
Walaupun hanya akting, aku senang dapat berbagi kesedihan dengannya.
Walaupun hanga akting, aku dapat merasakan kehangatan nya.
Walaupun hanya akting… aku tetap mencintai nya, walaupun dia tidak mencintaiku.
Berkat akting itu juga, keluarga Kigahara sudah tercoreng namanya.
Aku sudah tahu kebenarannya, aku tidak bisa kembali karena aku sudah mencoreng nama Kigahara. Aku akan pergi dari kota ini dan menghilang dari mereka semua.
…
Setelah berlari cukup jauh, akhirnya aku sampai di stasiun kereta.
Uang di dompet ku masih banyak jadi aku bisa pergi ke tempat yang terpencil sampai kehabisan uang. Aku harus membuang handphone ku dan membuang kartu identitas ku agar keberadaan ku tidak bisa dilacak oleh siapapun. Aku ingin menghilang dan memulai hidup baru.
Aku pergi ke loket tiket
"Tolong tiket ke Takayama."
Setelah mendapat tiket, aku pun langsung pergi ke toko baju yang ada di stasiun kereta dan membuang baju yang kupakai sekarang ini. Dengan jaket tebal, syal hitam, kaos oblong, celana jeans, aku sudah siap pergi ke desa Takayama yang berada di prefektur Gifu.
Aku tidak punya rencana juga di tempat itu, tapi instingku mengatakan kalau aku harus pergi ketempat itu untuk menenangkan diriku.
Aku berangkat jam 9 malam dan sekarang jam 7:30 malam. Handphone masih belum ku buang, rencananya saat naik kereta baru ku buang.
Aku masih ada waktu juga, lebih baik aku mengatakan perpisahan kepada teman baikku.
…
…
"Kazuto? Ada apa?".
"Mamoru… terima kasih telah membantuku selama ini."
"Woi woi ada apa? Apa kau ingin pergi ke suatu tempat?".
…
"Iya. Aku akan pergi jauh dari tempat ini."
…
"Kau serius?".
"Iya."
"Kalau begitu aku ikut."
"Tidak usah. Mamoru, kau adalah teman baikku sampai sekarang. Karena itu kau adalah satu-satunya orang yang kuhubungi sekarang ini."
"Kazuto. Apa yang sebenarnya terjadi."
Aku menceritakan kejadian tadi kepada Mamoru. Setelah mendengar nya Mamoru pun tidak punya alasan untuk menghentikan ku.
"Apa kau akan kembali?".
"Tidak tahu. Mungkin aku kembali ketika aku sudah sampai pada waktunya."
"Maksudmu meninggal?".
…
"Benar."
Mamoru mengehela nafasnya "Sudah 5 tahun aku mengenalmu dan aku sudah tau jika kau sudah memutuskan sesuatu kau tidak akan mundur."
"Haha. Mamoru, akur-akur ya sama Mizore."
"Itu pesan terakhir mu?".
"Iya."
"Baiklah. Besok akan kutembak Mizore, ini adalah hadiah perpisahan ku."
Aku terkejut dan tertawa "Hadiah perpisahan yang sangat bagus. Kalau begitu selamat tinggal kawan."
…
"Selamat tinggal Kazuto, jika kau kembali hubungi aku pertama kali ya."
Aku mematikan handphone ku lalu mematikan nya dan mematahkan kartu SIM nya.
Tidak terasa sudah jam 9 lewat 5 menit dan kereta ke Takayama sudah sampai.
Aku berdiri dari kursi tunggu dan berjalan masuk ke dalam kereta. Aku duduk di tempat duduk sesuai dengan tiketku, lalu aku membuka jendela kereta dan mengeluarkan tanganku dengan handphone di tangan.
"Selamat tinggal."
…
Akting? Akting kah? Tidak kusangka dia berakting. Tapi sudahlah… aku memutuskan untuk pergi dan melupakan semuanya.
Aku akan tidur dan setelah bangun nanti aku akan menjadi orang yang baru dan akan melupakan masa lalu ku.
…