"Apa maksud anda Kigahara-Sensei?".
"Anda telah menerima banyak sekali sogokan dari orang tua siswa di SMA Tojidai. Dan sebagai guru di SMA ini saya tidak ingin ada perbuatan kotor, karena itu saya akan melaporkan anda ke polisi dengan bukti-bukti—".
"Anda yakin ingin melaporkan saya ke polisi, Kigahara-Sensei?".
Kepala sekolah mendatangi Reina dan mengangkat dagu Reina. Aku yang melihatnya langsung mencengkeram erat tangan kepala sekolah. "Lepaskan tangan anda!".
"Oh, maafkan saya tuan muda Kigahara. Saya baru ingat kalau kalian berdua adalah Sepasang Kekasih yang akan menikah setelah tuan muda menikah."
Aku dan Reina terkejut bukan main. Bagaimana kepala sekolah mengetahui hubungan kami berdua? Ayah tidak mungkin memberitahukan kepada kepala sekolah kalau aku dan Reina…sebentar. Reina memakai nama marga Kigahara yang seharusnya dia memakai nama Yuuki sebagai nama marganya…sial, pantas aja kepala sekolah tau.
"Aoyama Masato bukanlah satu-satunya orang yang memalsukan biodatanya. Kigahara Reina—tidak, maksud saya Yuuki Reina-Sensei. Jika anda ingin melaporkan saya maka saya akan dengan mudah melaporkan anda balik atas pemalsuan biodata anda."
Aku dan Reina kalah telak dengan kepala sekolah. Sialan! Sial! Sialan! Aku baru sadar kalau tidak semudah itu mengubah marga seseorang! Ini kedua kalinya ayah bertindak tanpa berdiskusi denganku terlebih dahulu.
Setelah gagal membuat kepala sekolah mengakui dosa-dosanya, aku dan Reina langsung pulang ke rumah. Di rumah kami saling menyenderkan kepala kami, lalu aku menelpon ayahku.
(Ayah, lagi sibuk?).
(Iya lagi sibuk, ada apa Kazuto?).
(Ada yang ingin kubicarakan dengan ayah nanti malam.)
(Ada apa Kazuto? Kamu terdengar sangat lemas.)
Aku langsung menutup telponku.
"Lebih baik kita simpan dalam-dalam dahulu kebusukan kepala sekolah Kazuto."
"Kenapa?".
"Ini demi kamu dan nama baik keluarga Kigahara."
Aku memegang kedua tangan Reina lalu memegang pipinya. "Ya, lebih baik kita simpan dahulu skandal ini" kemudian aku mencium pipi Reina. "Ini bukan demi aku dan nama keluarga ku, tapi ini untuk mu juga Reina."
Lalu kami tersenyum dan menyimpan semua berkas-berkas bukti skandal penyuapan kepala sekolah di sebuah tempat di rumah.
•••
Aku sedang menghadap ayah di ruang tamu dan Reina seperti biasa membantu ibu memasak di dapur.
Ayah sedang asik merawat katana kesayangan nya dan sepertinya dia tidak memperdulikan aku yang sedang menghadap di depannya.
"Ayah aku ingin—".
"Masalah kepala sekolah? Untuk sekarang ayah ingin kamu diam saja dengan masalah ini."
Sudah kuduga ayah mengetahui apa yang ingin kubicarakan. "Ayah pasti mendengarnya dari kepala sekolah."
Ayah langsung menodongkan katana nya ke wajahku. "Sekali ayah peringatkan kepadamu Kazuto, untuk diam dengan masalah ini."
Tiba-tiba amarahku langsung naik. Aku mencengkeram bilah katana ayah dan mengambilnya dari tangan ayah. "Yang aku permasalahah kan adalah ayah yang tidak bicara denganku saat membuat Reina menjadi guru di SMA Tojidai dan mengganti marganya menjadi Kigahara! Mungkin ini terdengar kurang ajar, tapi karena ayah hubungan kami terancam sekarang ini!".
Aku melempar katana itu ke lantai dan membiarkan tanganku yang penuh darah karena katana yang ku cengkram.
Aku terus menatap ayah, tapi ayah menutup kedua matanya dan langsung diam membatu. "Kazuto, pulanglah dinginkan kepalamu."
"Aku tidak bisa tenang sampai—".
"Dengarkan ayah. Mungkin ayah memang salah kali ini tapi tenang saja ayah akan menangani ini."
Tak lama kemudian Reina berlari ke arahku dengan panik melihat kedua tanganku yang penuh darah. Saking marahnya, aku sampai tidak merasakan rasa sakit di tangan.
Ibu juga mendatangiku dan melihat tangan, katana yang berdarah, dan ayah yang diam membatu. Ibu menyadari apa yang sebenarnya terjadi, Ibu langsung mengantar aku dan Reina pulang kerumah. Kedua tangan ku masih di pegang erat oleh Reina untuk menghentikan pendarahan nya.
"Kazuto, apa yang ayahmu katakan sebelum kamu pulang?," Tanya Ibu.
"Ayah bilang 'ayah akan menangani ini'."
Ibu tersenyum. "Kalau begitu biarkan saja ayahmu yang menangani masalah ini. Ayahmu itu orang yang paling bisa diandalkan di keluarga, karena itu jangan khawatir."
Kemudian ibu pergi meninggalkan aku dan Reina di depan pintu rumah. Reina masih memegang kedua tanganku dengan erat hingga membuat tanganku mati rasa.
"Ayo masuk, dan lepaskan genggam mu biar tanganku gak mati rasa lagi."
"Ma-Maaf…," Ucap Reina.
.
.
.
—Keesokan Harinya
Jam istirahat kedua, aku ingin pergi ke perpustakaan untuk istirahat di sana sekaligus bolos di sana. Tapi saat aku ingin keluar dari kelas, Urukawa Kotone dan Masato mendatangiku.
Karena aku masih memiliki masalah dengan Urukawa Kotone, jadinya aku akan menyapa Masato saja. "Ada apa Masato?—Penampilanmu berubah banget ya."
"Ya kan dulu Leon, sekarang Masato."
Lalu kami tertawa didepan Urukawa Kotone yang merasa diabaikan olehku.
"Sudah selesai?," Ucap Urukawa Kotone.
Aku membalikan badanku lalu melambaikan tanganku kepada Masato. "Kalau begitu sudah dulu ya Masato—".
"Tunggu dulu! Kami berdua ada urusan denganmu!".
Yaelah, males banget berurusan dengan orang yang bernama Urukawa Kotone di sekolah ini. "Apa yang kau inginkan Urukawa Kotone?".
"Akhirnya—Maksudku, aku ingin kamu ikut kami ke ruang komite kedisiplinan."
"Untuk apa?," Tanyaku kepada Urukawa Kotone.
Masato mendekatiku lalu membisikan ku sesuatu. "Masalah kepala sekolah."
Aku terkejut mendengar Masato membisikkan itu. "Baiklah aku ikut. Asalkan orang yang suka menguping di balik pintu kelas ini ikut juga."
Aku membuka pintu kelas yang tertutup dan terlihat sesosok orang yang paling ingin tahu di dunia. "Yaitu aku! Kan Kazuto?".
Ya siapa lagi kalau bukan Mamoru.
Sesampainya aku dan Mamoru di ruang komite kedisplinan, kami berdua disuguhkan teh yang sepertinya teh racikan Kaede. Sekarang aku memanggil Aoyama dengan nama depannya, yaitu Kaede sesuai dengan yang dia inginkan.
"Seperti yang kau tau, kepala sekolah memiliki beberapa skandal yang tidak diketahui oleh segelintir warga SMA Tojidai," Ucap Kotone melihat kearah Masato, lalu Masato memberikan aku dan Mamoru sebuah kertas yang berisikan skandal kepala sekolah. "Tidak hanya penyuapan, tapi pelecehan, pemerasan, korupsi, pengancaman dan penipuan."
Dari bukti-bukti kebusukan kepala sekolah yang telah dikumpulkan oleh Reina selama seminggu ini, Reina hanya dapat skandal penyuapan saja. Dan betapa terkejutnya aku melihat skandal sebanyak ini! Kepala sekolah SMA Tojidai sudah rusak.
"Terus?".
"Aku ingin meminta bantuan mu Kazuto. Kamu telah membantu Masato menyelesaikan masalah keluarga nya dan karena itu aku yakin kamu dapat membantu kami, yaitu komite kedisiplinan untuk mengungkap skandal kepala sekolah SMA Tojidai."
Baiklah, biarkan aku berpikir secara rasional. Jika aku membantu mereka membuktikan kebusukan kepala sekolah, maka kepala sekolah akan membocorkan hubungan ku dengan Reina. Tapi dengan membantu mereka hubunganku dengan Reina terjamin aman sampai aku lulus walaupun resikonya kembali lagi hubungan ku dan Reina akan terbongkar.
….
Walaupun ayah bilang kepadaku kalau dia yang akan menangani masalah ini, tapi tetap saja aku tidak bisa diam. Melihat pengancaman yang pernah dilakukan oleh kepala sekolah, aku takut jika Reina dijadikan budak oleh kepala sekolah karena diancam dibeberkan nya hubungan kami.
"Kalian dapat semua ini darimana?".
"Kami mendapatkan ini dari orang yang paling hebat meretas keamanan seketat apapun."
Aku melihat Mamoru yang sudah membusungkan dada nya yang menandakan kalau dia yang memberikan informasi ini kepada komite kedisiplinan.
"Mamoru kah…" Sepertinya aku harus membantu mereka.
"Baiklah aku akan membantu kalian."
"Benarkah?!—".
"Dengan satu syarat."
"Apa itu?".
"Aku akan bekerja di balik bayangan."