Chereads / Me And My Teacher Relationship?! / Chapter 40 - Kejutan Yang Tidak Disangka-sangka

Chapter 40 - Kejutan Yang Tidak Disangka-sangka

Setelah aku setuju membantu komite kedisiplinan, aku diberitahu oleh Urukawa Kotone kalau OSIS telah menjadi kaki tangan kepala sekolah. Dan juga ada fakta mengejutkan yang baru aku tahu yaitu, Futaki Mizore telah mengundurkan diri menjadi ketua OSIS.

Ketua OSIS baru adalah murid kelas 1 Hattori Suzuki, dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah Hattori Suzuki adalah anak laki-laki kepala sekolah.

Dan sehari setelah aku diberitahu berita yang mengejutkan itu, OSIS membubarkan komite kedisiplinan, klub surat kabar, dan klub sosial. OSIS membubarkan komite kedisiplinan, klub surat kabar, dan klub sosial ini dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Komite kedisiplinan telah gagal mendisiplinkan murid-murid di SMA Tojidai dan membiarkan murid-murid merusak fasilitas sekolah. Contohnya kasus pemerusakan perpustakaan yang terjadi minggu lalu.

2. Klub surat kabar di bubarkan karena mereka dianggap telah merusak nama baik kepala sekolah dengan menyebarkan beberapa berita yang tidak baik tentang kepala sekolah.

3. Klub sosial di bubarkan karena tidak memiliki ijin dari kepala sekolah untuk mendirikan sebuah klub.

Sekian dari pertimbangan OSIS yang telah membubarkan ketiga organisasi yang ada di sekolah itu.

Aku bisa membantah semua pertimbangan OSIS itu dengan sangat mudah. Pemerusakan perpustakaan yang terjadi minggu lalu itu terjadi saat jam pelajaran berlangsung, dan ketahuan saat jam istirahat.

Saat hari pertama masuk sekolah semester 2, klub surat kabar telah menyebarkan berita tentang keburukan kepala sekolah tapi tidak ada yang percaya karena semua orang menganggap itu cuman hoax. Tapi eh tapi, kalau begini ceritanya ya berarti berita yang dipublikasikan oleh klub surat kabar itu benar adanya.

Dan yang ketiga ini benar-benar aneh. Reina sendiri yang bilang kalau dia sudah mendapat persetujuan dari kepala sekolah untuk menggantikan klub perpustakaan menjadi klub sosial, kalau tidak percaya Reina masih menyimpan kertas pergantian klub yang ditandatangani oleh kepala sekolah.

Aku masih melihat papan pengumuman dan aku merasa ingin tertawa. "Lucu."

"Benar."

Aku melihat orang yang berbicara di sampingku, dia adalah Mizore dengan wajah yang terlihat marah.

"Aku tau dari Kotone, kamu membantu dia kan?".

"Benar. Sekarang ini aku ingin sekali membuat kepala sekolah malu dengan perbuatannya!".

Mizore tersenyum lalu dia memberikan aku sebuah kertas kecil. "Sampai jumpa nanti," Ucap Mizore lalu dia pergi meninggalkan aku.

Aku membuka kertas itu dan bertuliskan 'Sore ini, di kafe Le Auliet dekat sekolah. Kotone, Masato, Mamoru, Takeshi, dan aku akan datang'.

Takeshi adalah ketua klub surat kabar dan dia adalah kakaknya Kotone. Dia kelas tiga dan aku lumayan mengenalnya waktu aku dan dia bekerja sama saat ada event festival sekolah.

Tentu saja dibalik pertemuan sore ini akan menjadi pertemuan membahas ketua OSIS yang baru dan cara mengelengserkan kedudukan kepala sekolah lalu membuat dia mengakui dosa-dosanya selama ini.

Saat aku berbalik dan berjalan menuju ke kelas, aku melihat Reina yang berjalan sempoyongan.

"Kazuto…"

"Reina? Ada ap—".

Reina langsung pingsan dan aku dengan cekatan langsung menangkapnya agar dia tidak terbentur di tanah. Aku terjatuh dan Reina berada di atas ku. Bajuku kotor dan kakiku lecet, tapi tidak apa-apa asalkan Reina tidak terluka.

Aku berdiri lalu mengangkat Reina dan pergi ke UKS dengan cepat. Sesampainya di UKS aku langsung membaringkan Reina di tempat tidur UKS dan membuatkannya teh.

Setelah membuatkan Reina teh, aku duduk di samping nya dan mulai bertanya-tanya apa yang terjadi sampai Reina pingsan dan pucat seperti ini?.

Tak lama kemudian Reina bangun dan aku langsung memegang tangannya. "Ada apa Reina? Apa kamu sakit?".

"K-Kazuto…"

Reina menangis. Dia langsung memelukku hingga membuatku terkejut dan semakin bertanya-tanya.

"Ada apa Reina?!".

"T-Tolong aku."

"Tolong apa?!".

"T-Tolong aku!," Tangisan Reina semakin kuat.

"Tolong apa Reina?! Tolong jelaskan kepadaku kenapa kamu meminta tolong kepadaku!".

Reina melepaskan pelukannya dan melihat wajahku. Dia menciumku langsung dan membuatku kaget. Aku semakin bertanya-tanya, APA YANG SEBENARNYA TERJADI PADA REINA?!.

"Aku diancam kepala sekolah, kalau aku tidak mau berhubungan badan dengannya maka dia akan membeberkan hubungan kita berdua ke satu sekolah dan satu kota."

"Begitu kah…"

Aku mengelus kepala Reina. Lalu pergi dari UKS tanpa mengatakan apapun dengan Reina. Saat berada di depan tembok, aku meninju kan tanganku ke tembok hingga tanganku berdarah dan tembok yang kutinju sedikit rusak.

Ketakutan ku tejadi, untung Reina memberitahukan nya kepadaku.

Aku mengeluarkan ponselku dan menelpon Ren.

(Ren, bawakan aku katana.)

(Untuk apa Kazuto?).

(Ada musuh yang mencari masalah.)

(Baiklah, aku akan pulang dan mengambil katana anda.)

Beberapa menit kemudian Ren datang dengan dua katana yang sangat tajam. Aku memberitahukan kepada Ren apa yang terjadi dan dia setuju untuk mencincang kepala sekolah saat ini.

Sesampainya di depan pintu kepala sekolah, Ren menendang pintu kepala sekolah dengan sangat keras hingga rusak. Kepala sekolah melihat kami berdua, dan aku melihatnya saja sudah membuat emosiku menjadi-jadi. Aku menarik katana dari sarungnya dan berlari kearah kepala sekolah lalu membelah mejanya itu dengan katana ku.

Aku memandang nya dan melepar kan katana ku hingga menancap dikaca di belakangnya.

"Saya belum mencari masalah dengan anda, tapi anda telah mencari masalah dengan saya."

Kepala sekolah kelihatan ketakutan. "Ji-Jika kau membunuhku kau akan—".

Aku mengulurkan tanganku ke belakang untuk memberi sinyal ke Ren untuk memberiku pistol. Pistol sudah di tangan dan aku menembakkan pistol itu ke samping kepalanya. Biar sekalian telinganya tuli.

"Aku tidak akan ragu membunuhmu. Jika kau berani memegang Reina dan mengancam Reina sekali lagi" Aku menaruh ujung pistol di kepalanya. "Peluru di pistol ini tidak lagi meleset ke samping kepalamu!".

Setelah itu aku menarik katana ku dan berbalik menjauhi kepala sekolah busuk itu. Ren mengambil katana dan pistol yang ku pegang lalu dia menaruhnya kembali di tas hitam, tempat menaruh senjata yang seharusnya tidak dibawa ke sekolah.

"Jika dia berani mengancam anda dan Reina-Sensei, saya akan membunuh orang itu dengan tangan saya sendiri."

"Ya, aku akan mempersilahkan mu untuk membunuhnya jika dia berani mengancam Reina lagi."

Kemudian kami berdua kembali ke UKS untuk memeriksa keadaan Reina dan bertingkah laku seperti tidak terjadi apa-apa. Jika aku memberitahukan kepadamu kalau aku telah membuat takut kepala sekolah maka dia akan marah dan menasehati aku untuk tidak melakukan hal itu lagi.

"Reina, sudah baikkan?".

"Iya. Kamu tadi kemana Kazuto?".

"Ada urusan bentar sama Ren."

"Iya, tadi kami disuruh Honda-Sensei membersihkan halaman belakang."

Bagus Ren. Habis ini akan kutraktir kamu makan yakiniku.

Aku memegang kedua tangan Reina dengan erat. "Reina jangan takut, aku akan melindungi mu. Aku berjanji."

Reina tersenyum dan menaruh tanganku di pipinya. "Aku percaya kepadamu, Kazuto."