Semua masih belum jelas. Masato telah menceritakan kebenarannya kepada kami semua, dan aku sudah tau garis besarnya. Masato telah mengemban beban yang harusnya tidak dia terima selama 10 tahun ini. Dia sangat menyayangi adiknya sampai sekarang, bahkan dia rela memalsukan semua biodata nya agar tidak ketahuan adiknya. Sekarang sesuai dengan janji di awal sebelum Masato memberitahukan kebenarannya kepada kami, aku, Reina, Mamoru pergi ke rumah Aoyama.
Aku, Reina, Mamoru, Masato sudah mendapat ijin dari sekolah untuk menyelesaikan masalah keluarga ini. Walaupun ini masalah keluarga, tetap saja kami harus ikut campur karena ini menyangkut SMA Tojidai. Selain menyelesaikan masalah keluarga ini, kami juga datang untuk meminta pertanggungjawaban ayah Masato yang telah memalsukan semua biodata Masato.
*Ting tong
Aku memencet bel rumah Aoyama. Tak lama kemudian Aoyama datang membukakan pintunya. Hari ini Aoyama tidak turun sekolah karena dia ku perintah untuk memberitahukan kepada orangtuanya kalau dia sudah bertemu dengan Masato.
"Ayo Senpai, Sensei, dan…kakak," ucap Aoyama mempersilahkan kami masuk.
Kami berempat masuk dan langsung pergi ke ruang tamu. Di ruang tamu, ayah dan ibu Aoyama telah duduk menunggu kami berempat. Kami dipersilahkan duduk di hadapan ayah dan ibu Aoyama.
"Tapi sebelum itu saya selaku guru dari Masato dan Kaede meminta maaf karena ikut campur dalam urusan keluarga ini," Ucap Reina sambil menundukkan kepalanya sebagai permintaan maaf.
Aku dan Mamoru pun menundukkan kepala kami agar terlihat sopan. Menundukkan kepala di Jepang merupakan hal lumrah jika sedang meminta maaf atau berkenalan.
"Baiklah, saya tidak perlu basa-basi dan saya akan menanyakan ke intinya saja," Reina mengambil berkas biodata Masato yang palsu lalu menunjukkan nya ke ayah Aoyama. "Berapa besar uang yang anda keluarkan untuk membuat biodata palsu ini agar diterima oleh kepala sekolah?".
"35.000¥…," Jawab ayah Aoyama.
Itu merupakan uang yang sangat besar. Dengan uang itu aku bisa membeli rumah mewah dan satu buah mobil.
"Apakah anda tau jika anda bisa dipenjara karena telah memalsukan data?".
"S-Saya tahu itu tapi ini kan demi—".
"Demi Kaede kan? Terus anda tidak peduli dengan Masato?".
Nice Reina, aku makin mencintai mu!. Inilah yang ku suka dari Reina, dia pintar melawan argumen seseorang dan membalikkan argumen seseorang hingga orang yang dilawan nya tidak bisa melawan balik argumen miliknya.
"Saya sudah tahu semua yang terjadi diantara Masato dan Kaede. Apakah anda sebagai orang tua rela membuat Masato tersiksa? Terus anda bilang semua ini demi Kaede? Sebentar, sepertinya anda memang telah membuat Masato tersiksa selama 10 tahun ini."
Ayah dan ibu Aoyama terdiam dan tidak bisa membalas perkataan Reina. Mereka telah kalah telak melawan Reina, tidak ada celah untuk mereka melawan Reina balik.
"T-Tapi kan Masato juga bilang akan bahagia kalau dia melihat Kaede bahagia juga—".
"Benar, Masato juga telah memberitahukan kepada saya kalau dia akan senang kalau Kaede juga senang. Tapi apakah itu benar? Apakah itu bukan sugesti yang anda berikan kepada Masato?".
Setelah Masato menceritakan kebenarannya kepada kami kemarin, Reina menyadari sesuatu kalau ada yang salah dengan Masato. Reina memeriksa Masato dan Reina dapat menyimpulkan bahwa Masao telah disugesti oleh ayahnya agar dia tetap bahagia walaupun dia terpisah dari Kaede dan kedua orang tuanya. Reina menyadari kalau Masato telah disugesti saat Masato bilang kalau dia menangis tapi dia bahagia juga saat melihat Kaede setelah 10 tahun berlalu.
"Su-Sugesti? A-Apa maksud anda?".
Reina tersenyum jahat lalu dia mengeluarkan sebuah kertas yang berisikan biodata Aoyama dan memperlihatkan pekerjaan ayahnya.
"Aoyama Izuru, ayah dari Aoyama Kaede dan Aoyama Masato berkerja sebagai Psikolog. Sudah 18 tahun menjalani pekerjaan ini dan telah melayani ratusan pasien."
Sudah jelas kalau kali ini ayah Aoyama sudah kalah telak. Sudah menyerah saja dan selesaikan ini dengan cepat agar selanjutnya kami dapat membuka kebusukan kepala sekolah SMA Tojidai.
"Sepertinya saya telah kalah…benar saya telah mensugesti Masato waktu itu agar dia rela mendonorkan ginjal kepada Kaede…,"
Masato, Aoyama, dan ibunya terlihat tidak percaya kalau ayahnya melakukan hal seperti itu kepada Masato.
"Sebenarnya apa yang ayah pikiran?!," Ucap ibu Aoyama dengan nada tinggi.
"10 tahun lalu tepatnya sehari sebelum operasi pengangkatan ginjal Masato, saya mensugesti Masato agar dia mau mendonorkan ginjal nya. Lalu setelah operasi berhasil, saya mensugesti kembali Masato agar dia mau berpisah dari kami dan terus bahagia kalau melihat Kaede bahagia. Tapi, saya hanya bisa mensugesti pikiran seseorang saja dan saya tidak bisa mensugesti hati seseorang."
Ibu Aoyama berdiri dan menampar suami nya itu di depan kami semua. Lalu ibu Aoyama menghampiri Masato dan memeluknya sambil menangis.
"Maafkan ibu Masato! Jika ibu tau apa yang telah ayahmu lakukan maka ibu tidak akan mau membuatmu tersiksa selama 10 tahun ini."
Akhirnya semua jelas. Aku, Reina, dan Mamoru akhirnya dapat bernafas lega setelah semua ini jelas. Walaupun masalah keluarga ini telah selesai tapi masih ada satu masalah besar yang harus aku selesaikan bersama Reina.
"Kaede, Masato mulai hari ini kita akan tinggal bersama lagi. Kita akan meninggalkan ayahmu dan pergi dari rumah ini untuk memulai yang baru."
Ibu Aoyama pergi ke kamar dan kembali membawa sebuah surat yang sepertinya itu surat nikah. "Mulai hari ini aku bersama anak-anak akan meninggalkan mu!".
Surat pernikahan itu di robek di depan ayah Aoyama dan di depan kami. Sungguh adegan yang tragis sekaligus menyedihkan bagi ayah Aoyama.
Setelah itu ibu Aoyama membawa Masato dan Aoyama pergi keluar rumah. Sedangkan kami ditinggal bersama Ayahnya yang masih terkejut karena melihat surat pernikahan.
"Ano, Kazuto-kun kita harus bagaimana?," Tanya Mamoru.
"Aku rasa kita haru pergi Mamoru-kun," Jawabku.
"Kita belum selesai disini!," Ucap Reina yang membuat kami kaget.
Reina mendekati ayah Aoyama. "Saya turut berduka atas perceraian anda, tapi saya ingin meminta bantuan kepada anda."
Reina mengeluarkan sebuah dokumen dari tasnya dan memperlihatkan kepada ayah Aoyama. "Saya ingin menjadi saksi di kasus kepala SMA Tojidai. Saya sebagai guru di SMA Tojidai tidak bisa membiarkan kepala sekolah Tojidai menyalahgunakan kekuasaannya sebagai kepala sekolah. Anda tinggal tanda tangani dokumen ini, setelah itu kami akan pergi dari sini."
"Tapi jika saya menjadi saksi maka perbuatan saya—".
"Identitas dan apa yang anda telah lakukan saya akan pastikan tidak akan dibawa ke ranah hukum. Anda cukup menjadi saksi saja."
Setelah yakin dengan apa yang diucapkan Reina, ayah Aoyama pun setuju menjadi saksi dan mentandatangani dokumen.
Lalu kami keluar dari rumah Aoyama dan kembali ke sekolah.
"Besok kita akan membongkar kebusukan kepala sekolah," Ucap Reina.
Aku dan Mamoru tersenyum. "Masalah besar lagi nih," Ucap Mamoru.
"Sudah menjadi tugas kalian sebagai anggota klub sosial," Balas Reina.
Aku melihat sinis kepada Reina. "Sejak kapan aku setuju kalau klub perpustakaan diganti klub sosial?".
Reina memukulku kepalaku dengan buku yang lumayan tebal. Kemudian dia tersenyum kepadaku setelah memukul ku dengan buku tebal itu.
Hah, jika aku ikut dalam masalah kepala sekolah ini maka akses khusus masuk ke atap sekolah akan hilang selamanya!.