Chereads / Me And My Teacher Relationship?! / Chapter 36 - Buku Kenangan 4

Chapter 36 - Buku Kenangan 4

Setelah pulang sekolah aku langsung pergi menuju kelas Leon dan mengajak Leon ke perpustakaan untuk diinterogasi. Sepertinya Leon memiliki rahasia yang sangat besar yang dia simpan dalam-dalam hingga dia memalsukan semua biodata nya.

Di perpustakaan Reina, Mamoru, Rize, Aoyama, dan anggota yang baru bergabung, Rintaro sudah berkumpul. Rize dan Mamoru dipanggil oleh Reina untuk hadir dalam interogasi Leon ini.

Aku juga baru ingat kalau aku harus mengembalikan buku berharga milik Aoyama, tapi situasi sekarang tidak mendukung jadi aku akan mengembalikan nya nanti saja.

Aku duduk di depan Leon. Reina berdiri sambil melihat-lihat berkas biodata Leon. Mamoru dan Rize berusaha terlihat keren di hadapan Leon padahal mereka tidak tahu ada masalah apa. Aoyama seperti biasanya membuat teh khas racikannya dan anggota baru Rintaro bertugas mendokumentasikan interograsi ini.

Aku tidak tahu harus memulai dari mana untuk menginterogasi Leon. Aku baru saja kenal dengan dia kemarin dan hari ini aku dan dia saling menghadap dengan situasi serius begini.

"Simakura, apa kau tau kenapa kamu dipanggil kesini?," Ucap Reina.

"Aku tidak tahu kenapa aku dipanggil kesini? Ada apa ini sebenarnya?".

Reina memberikan biodata miliknya lalu Reina duduk di sebelahku. "Tadi siang orang tua mu dipanggil oleh Honda-Sensei. Lalu saat ditanya-tanya oleh Honda-Sensei, kedua orang tuamu seperti orang linglung tidak tahu harus mau menjawab apa. Kemudian saat Honda-Sensei memeriksa kembali biodata mu, Honda-Sensei menemukan kalau semua biodata mu itu palsu."

Frontal sekali Reina! Apakah dia tidak bisa basa-basi dahulu sebelum memulai masalah utamanya?! Ya aku juga orang yang tidak suka basa-basi tapi terkadang basa-basi itu perlu jika situasi nya seperti ini!.

Baiklah, untuk ini akan ku serahkan dahulu kepada guru pembimbing klub sosial ini yaitu Reina.

"Tidak mungkin kalau biodata saya itu palsu Kigahara-Sensei. Coba pikirkan baik-baik. Jika biodata saya itu palsu, tidak mungkin saya bisa masuk ke sekolah ini?".

Ok, disini Leon sudah mengskakmat Reina. Nada bicara Leon sudah berubah, sekarang nada bicaranya itu seperti mengintimidasi. Kakek Hirata pernah mengatakan kepadaku kalau orang yang baik dalam omongan, tindakan, dan perbuatan seperti Leon pasti memiliki kemampuan mengintimidasi yang hebat.

Reina tidak mengetahui seberapa busuknya kepala sekolah di sekolah ini makanya dia sudah tidak bisa melawan Leon dengan biodatanya yang palsu ini. Mungkin sekarang saatnya aku menggantikan Reina.

"Kau benar Leon. Jika biodata itu palsu, bagaimana bisa kamu masuk ke sekolah ini?."

"Benarkan! Makanya—".

Jangan senang dulu. "Tapi kalau uang yang berbicara, maka lain cerita."

Leon terdiam dan keringat mulai bercucuran di wajahnya.

Sekarang, aku lah yang mengskakmat Leon. Dia sudah tidak bisa melawan argumen ku. Aku bisa jamin kalau Leon menggunakan jalan uang untuk masuk ke sekolah ini dengan semua biodata palsu itu. Sekali lagi, kepala sekolah di sekolah ini sangatlah suka dengan namanya uang. Oleh karena itu demi uang dia akan melakukan apapun.

"U-Uang maksudmu?".

"Jangan berlaga seperti orang bodoh Leon. Aku dan kamu tau kalau kepala sekolah kita itu gila dengan uang."

Mendengar aku mengucapkan 'kepala sekolah kita itu gila dengan uang' Reina terkejut dan melihat kearah ku. "Apa maksudmu mu Kazuto?".

"Akan ku jelaskan nanti, Reina-Sensei" Aku memandang Leon yang semakin terdesak. "Bagaimana Leon? Masih mencoba perlawanan?".

Leon tertunduk. Dia sudah tidak bisa melawanku. Dia mengangkat lagi wajahnya dan memandang ku "Bagaimana kau tau kalau kepala sekolah gila dengan uang?".

Sepertinya aku harus mengungkapkan kalau yang punya atap sekolah itu aku. "Aku tau karena aku membayar kepala sekolah untuk membeli atap sekolah dan membuat atap sekolah hanya bisa diakses olehku dan Reina-Sensei" Aku melihat kearah Mamoru yang sedang menikmati teh buatan Aoyama. "Benar kan Mamoru?".

"Gila, Kazuto mengakui dosanya!".

Salahku meyakinkan dosaku dengan Mamoru.

Leon tertawa, dia terlihat pasrah karena dia sudah terdesak dan tidak bisa melawan. Satu-satunya cara agar dia bisa keluar dari situasi ini adalah menceritakan alasan mengapa dia memalsukan biodatanya.

"Jadi Simakura, bisa berikan kami alasannya kenapa kamu memalsukan biodatamu?".

Leon tersenyum lembut dan itu membuat kami semua terkejut. Leon yang tadi terdesak dan tertawa kecil seperti orang gila tiba-tiba berubah menjadi orang lembut seperti diawal dia datang ke perpustakaan.

"Sepertinya aku harus menceritakan kebenarannya sekarang juga. Ayah, ibu maafkan aku. Aku tidak bisa melindungi Kaede."

'Tidak bisa melindungi Kaede'?! Apa yang dimaksud Leon?! Tentu saja apa yang dia katakan barusan membuat aku dan Aoyama terkejut.

"Kemarin aku memberitahukan kepadamu kan Kazuto, kalau aku teman baiknya Masato 10 tahun lalu?".

"I-Iya benar…."

"Itu semua bohong" Leon mendatangi Aoyama lalu memeluknya dengan erat. "Nama asliku adalah Aoyama Masato, kakak Aoyama Kaede yang sudah dianggap meninggal dunia 10 tahun lalu."

Aku dan Aoyama terkejut setengah mati. Aku dan Aoyama tidak percaya kalau Leon adalah Masato! Aoyama yang bilang sendiri kalau kakaknya Masato telah meninggal dunia 10 tahun lalu karena penyakit yang dia derita sejak kecil.

"Tidak mungkin! Kakakku sudah—".

"Apa Kaede pernah pergi ke pemakaman Masato?".

"Tentu saja…se-se-sebentar…" Aoyama melepaskan pelukan Leon lalu berlari menuju ke belakang badanku.

Reina, Rize, Mamoru, dan Rintaro tampak kebingungan karena mereka tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi sekarang ini. Tapi Reina sepertinya dapat sedikit memahami situasi ini dan dia langsung memeluk Aoyama.

"Apa kau sungguh Masato? Bisakah kau membuktikannya kalau kau memang benar Masato?".

Leon mendekati ku. "Bisa kasih aku lagi buku gambar yang kuberikan padamu kemarin?".

Aku membuka tasku yang ditaruh di meja komputer lalu mengambil buku gambar Aoyama dan menyerahkan nya ke Leon.

"Aku masih ingat, sehari sebelum operasi aku menggambar di buku ini bersama Kaede. Saat itu Kaede bersenandung kecil disebelah ku sambil melihat aku menggambar. Walaupun Kaede sakit tapi tetap saja dia ingin bersamaku. Aku sangat menyayangi Kaede hingga aku rela melakukan apapun agar Kaede bisa sembuh dari penyakitnya."

Aoyama mendekati Leon kembali lalu dia menangis. "K-Kakak…apa benar kamu kakakku?".

Leon tersenyum. Dia mengusap air mata Aoyama yang membasahi pipinya lalu mengelus-elus kepala Aoyama. "Kaede, maaf ya kakak tidak berada di sisimu selama bertahun-tahun."

"I-Itu tidak penting! K-Kakak selama ini kemana?! Aku sangat merindukanmu!," Ucap Aoyama sambil menangis tersedu-sedu.

Reina dan Rize yang menyaksikan momen haru ini tidak bisa menahan air matanya. Aku melihat ke arah Mamoru dan aku bisa melihat kalau matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis tapi dia tahan. Lalu Rintarou, dia menangis tapi tetap berusaha ditahannya.

Kalau aku tidak sedih tapi merasa tidak percaya saja. Kenapa Leon—maksudku Masato bisa memalsukan kematiannya. Tapi yang pasti, ada campur orang dewasa dibalik kepalsuan kematian nya Masato. Tentu saja yang ku maksud orang dewasa adalah kedua orang tua Masato dan Aoyama.

Setelah selesai dengan momen kembali bertemunya kakak dan adik, aku pun menyuruh Masato untuk duduk kembali. "Sekarang Masato, bisakah kau ceritakan kepada kami kebenaran yang kamu maksud kemarin? Terus beritahu kami, kenapa kamu bisa memalsukan kematian mu?".

Masato menarik satu tarikan nafas yang panjang lalu menghembuskan nafasnya nya secara perlahan. "Baiklah, kalau sudah begini akan kuceritakan saja semuanya. Dan setelah aku menceritakannya aku ingin kalian semua membantuku untuk menghadap kedua orang tua kami."

"Tenang saja, kami pasti akan membantumu," Jawab Mamoru.

"Baiklah, 10 tahun lalu tepatnya di hari Kaede…."

.

.

.

*to be continued